Jumat, 06 September 2013

Posted by UKM Al-Islam 0 Comments Category:

Refleksi Akhir Tahun


“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.” (QS. At Taubah: 105)

“Maka jika kamu telah selesai (dari suatu hal), segeralah bangkit (untuk hal yang lain)” (QS. As Syarh:7)

Refleksi Akhir Tahun
Waktu begitu cepat berlalu. Siang-malam silih berganti menemani hari-hari. Hingga tanpa terasa kita telah sampai di penghujung tahun untuk menyongsong tahun yang baru. Banyak dari kita bergembira menyambut tahun baru seakan telah mendapatkan sesuatu yang berharga. Padahal sejatinya tahun baru yang disambut dengan hura-hura itu, tidak lain hanyalah pembawa kabar tentang hari kematian yang semakin mendekat.
Bagaimana  tidak? Jika setiap kita hakikatnya hanyalah kumpulan hari-hari yang telah ditentukan jumlahnya. Batas waktu hidup telah di tetapkan akhirnya. Tak pernah diperpanjang atau pun dikurangi. Allah berfirman, ”Maka apabila telah tiba ajal mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya.” (Qs. An-Nahl : 61) Maka setiap hari yang berlalu, hanyalah menunjukkan bahwa jatah hidup kita yang tersisa semakin menipis. Setiap penghujung akhir tahun yang disambut dengan awal tahun yang baru semakin menjauhkan kita dari dunia dan mendekatkan kita kepada ajal yang pasti kan datang. Lalu mengapa seseorang harus berpesta untuk menyambut kabar kematiannya?
Hidup Hanyalah Perjalanan
Rasulullah bersabda, “Jadilah engkau di dunia ini ibarat seorang musafir!”. Ya, dunia ini hanyalah sebuah perjalanan yang fana dan bersifat sementara. Ia berjalan cepat menuju akhir masanya. Sedangkan akhirat yang abadi telah menunggu di depannya dan semakin mendekat. Allah berfirman, “Sesungguhnya kehidupan dunia Ini hanyalah kesenangan (yang sementara) dan Sesungguhnya akhirat Itulah negeri yang kekal.” (QS. Al Mukmin:39)
Setiap hari yang terlewati dan berganti. Setiap teguk air yang kita reguk, lalu ia keluar lagi dan telah berubah. Setiap helai pakaian yang kita kenakan, lalu ia menjadi lusuh. Bahkan setiap inchi tubuh kita yang makin kendur dan mengeriput setelah sebelumnya kencang menawan. Semuanya dengan jelas memberikan kesaksian bahwa kehidupan dunia ini memiliki batas waktu dan pasti berakhir.
Orang yang memperhatikan hal ini, tentu akan menyadari bahwa dunia bukanlah tujuan akhir hidupnya. Dan bahwa ia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi perjalanan berikutnya. Sebagaimana perkataan imam Syafi’i, “Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang cerdas, mereka menceraikan dunia dan menghindari gangguannya. Mereka telah memperhatikan lalu merekapun faham bahwa dunia ini bukanlah negeri keabadian. Maka mereka anggap ia bagai lautan yang akan menenggelamkan, dan mereka jadikan amal shalih di dunia itu sebagai bahtera yang menyelamatkan.”
Kumpulkan Perbekalan
Maka sungguh benar sabda Rasulullah. Bahwa setiap kita hendaknya bersikap seperti seorang musafir. Ia tahu bahwa perjalanan yang dilaluinya akan sangat panjang. Maka ia pun memperbanyak bekal agar dapat melaluinya dengan selamat. Ia tidak sembarangan mengambil bekal. Sebaliknya, ia sangat berhati-hati memilihnya. Seorang pengembara yang cerdas tidak akan membawa perbekalan yang kelak hanya akan menjadi beban yang memberatkan dalam perjalanan. Allah berfirman, “Dan berbekallah kalian, Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.”
Dawud ath-Tha’i berpetuah, “Sesungguhnya pergantian hari dan perputaran waktu siang-malam ini hanyalah fase-fase kehidupan. Ia datang satu persatu untuk mengantarkan setiap orang kepada ajal yang telah ditentukan. Maka jika dalam setiap fase anda dapat mengumpulkan bekal yang akan bermanfaat untuk mengarungi fase-fase berikutnya, lakukanlah itu sebaik mungkin! Barangkali ajal itu kini telah begitu dekat.”
Apa Yang Telah Tercapai?
Setahun penuh telah berlalu. Setahun penuh dari jatah hidup kita yang tersisa telah terenggut. Dan setiap orang memiliki cara sendiri dalam menghabiskan hari-harinya. Allah berfirman “ Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda.” (QS. Al-Lail:4)
Rasulullah bersabda, “Ketika pagi menjelang, setiap orang akan berusaha lalu ia mempertaruhkan jiwanya. Ada yang membebaskannya (dari belenggu dosa), ada juga yang membinasakannya (dengan dosa-dosa).” HR. Muslim
Sebagian orang mungkin telah menorehkan berbagai prestasi selama setahun terakhir ini. Ada yang telah berhasil menjadi perantara keislaman beberapa orang. Ada yang telah memberikan pencerahan kepada orang lain melalui berbagai media. Ada juga yang membantu mengentaskan beberapa keluarga dari kemiskinan. Dan juga berbagai prestasi kebajikan yang akan mengangkat derajatnya di akhirat.
Namun ada juga yang selama setahun terakhir telah menorehkan catatan terburuk dalam hidupnya. Mungkin ia dalam setahun terakhir ini telah melakukan korupsi yang menyengsarakan rakyat. Atau memberikan fasilitas untuk berlakunya suatu kemaksiatan. Atau bahkan melakukan berbagai macam dosa baik kecil maupun besar yang akhirnya terkumpul menjadi banyak hingga dapat membahayakannya di akhirat kelak.
Maka selayaknya setiap orang bertanya kepada dirinya, apa saja yang telah dia torehkan dalam lembaran hidupnya selama satu tahun yang baru saja ia tinggalkan. Kita hendaknya merasa rugi jika telah melewatkan berbagai kesempatan yang terbuka untuk melakukan kebajikan. Sebagaimana kita juga kecewa ketika gagal meraih keduniaan.
Rencanakan Masa Depan
Setelah meneliti dan mengintrospeksi diri dalam setahun terakhir. Mungkin kita akan menemukan banyak kesempatan berbuat baik yang telah kita sia-siakan. Atau bahkan kita telah menorehkan catatan bermacam-macam dosa dan keburukan. Maka dengan Itu kita hendaknya berbenah diri, menginsafi kekurangan dan kesalahan, dan lebih siap untuk menghadapi berbagai kesempatan yang mungkin akan datang pada tahun yang baru ini.
Tidak masalah apakah di tahun sebelumnya prestasi yang tercapai begitu buruk atau sudah cukup baik. Karena jelas, keduanya tetap butuh perbaikan dan pengembangan untuk meraih hasil yang lebih baik. Selagi kita masih menghirup nafas di hari ini maka itu adalah kesempatan kita untuk berubah dan itu butuh perencanaan yang baik.
Sebagaimana setiap orang perlu melakukan efaluasi lalu mengadakan perencanaan dalam setiap peri kehidupannya baik dalam berkeluarga, berbisnis ataupun studinya. Padahal semua itu bersifat duniawi dan fana. Maka seyogyanya ia juga mempersiapakan dan mencanangkan program-program penunjang untuk membangun kehidupan ukhrawinya yang lebih kekal. Wallohu A’lam.

0 komentar:

Posting Komentar