“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu,
Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu,
dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan
yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.”
(QS. At Taubah: 105)
“Maka jika
kamu telah selesai (dari suatu hal), segeralah bangkit (untuk hal yang lain)”
(QS. As Syarh:7)
Refleksi Akhir Tahun
Waktu begitu cepat berlalu. Siang-malam silih
berganti menemani hari-hari. Hingga tanpa terasa kita telah sampai di
penghujung tahun untuk menyongsong tahun yang baru. Banyak dari kita bergembira
menyambut tahun baru seakan telah mendapatkan sesuatu yang berharga. Padahal
sejatinya tahun baru yang disambut dengan hura-hura itu, tidak lain hanyalah
pembawa kabar tentang hari kematian yang semakin mendekat.
Bagaimana tidak? Jika setiap kita hakikatnya hanyalah
kumpulan hari-hari yang telah ditentukan jumlahnya. Batas waktu hidup telah di
tetapkan akhirnya. Tak pernah diperpanjang atau pun dikurangi. Allah berfirman,
”Maka apabila telah tiba ajal mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya
barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya.” (Qs. An-Nahl : 61) Maka
setiap hari yang berlalu, hanyalah menunjukkan bahwa jatah hidup kita yang
tersisa semakin menipis. Setiap penghujung akhir tahun yang disambut dengan awal
tahun yang baru semakin menjauhkan kita dari dunia dan mendekatkan kita kepada
ajal yang pasti kan datang. Lalu mengapa seseorang harus berpesta untuk
menyambut kabar kematiannya?
Hidup Hanyalah Perjalanan
Rasulullah
bersabda, “Jadilah engkau di dunia ini ibarat seorang musafir!”. Ya, dunia ini
hanyalah sebuah perjalanan yang fana dan bersifat sementara. Ia berjalan cepat
menuju akhir masanya. Sedangkan akhirat yang abadi telah menunggu di depannya
dan semakin mendekat. Allah berfirman, “Sesungguhnya kehidupan dunia Ini
hanyalah kesenangan (yang sementara) dan Sesungguhnya akhirat Itulah negeri
yang kekal.” (QS. Al Mukmin:39)
Setiap
hari yang terlewati dan berganti. Setiap teguk air yang kita reguk, lalu ia
keluar lagi dan telah berubah. Setiap helai pakaian yang kita kenakan, lalu ia
menjadi lusuh. Bahkan setiap inchi tubuh kita yang makin kendur dan mengeriput
setelah sebelumnya kencang menawan. Semuanya dengan jelas memberikan kesaksian
bahwa kehidupan dunia ini memiliki batas waktu dan pasti berakhir.
Orang
yang memperhatikan hal ini, tentu akan menyadari bahwa dunia bukanlah tujuan
akhir hidupnya. Dan bahwa ia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi
perjalanan berikutnya. Sebagaimana perkataan imam Syafi’i, “Sesungguhnya Allah
memiliki hamba-hamba yang cerdas, mereka menceraikan dunia dan menghindari
gangguannya. Mereka telah memperhatikan lalu merekapun faham bahwa dunia ini
bukanlah negeri keabadian. Maka mereka anggap ia bagai lautan yang akan
menenggelamkan, dan mereka jadikan amal shalih di dunia itu sebagai bahtera
yang menyelamatkan.”
Kumpulkan Perbekalan
Maka
sungguh benar sabda Rasulullah. Bahwa setiap kita hendaknya bersikap seperti
seorang musafir. Ia tahu bahwa perjalanan yang dilaluinya akan sangat panjang.
Maka ia pun memperbanyak bekal agar dapat melaluinya dengan selamat. Ia tidak
sembarangan mengambil bekal. Sebaliknya, ia sangat berhati-hati memilihnya.
Seorang pengembara yang cerdas tidak akan membawa perbekalan yang kelak hanya
akan menjadi beban yang memberatkan dalam perjalanan. Allah berfirman, “Dan
berbekallah kalian, Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah
kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.”
Dawud
ath-Tha’i berpetuah, “Sesungguhnya pergantian hari dan perputaran waktu
siang-malam ini hanyalah fase-fase kehidupan. Ia datang satu persatu untuk
mengantarkan setiap orang kepada ajal yang telah ditentukan. Maka jika dalam
setiap fase anda dapat mengumpulkan bekal yang akan bermanfaat untuk mengarungi
fase-fase berikutnya, lakukanlah itu sebaik mungkin! Barangkali ajal itu kini
telah begitu dekat.”
Apa Yang Telah Tercapai?
Setahun
penuh telah berlalu. Setahun penuh dari jatah hidup kita yang tersisa telah
terenggut. Dan setiap orang memiliki cara sendiri dalam menghabiskan
hari-harinya. Allah berfirman “ Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda.”
(QS. Al-Lail:4)
Rasulullah
bersabda, “Ketika pagi menjelang, setiap orang akan berusaha lalu ia
mempertaruhkan jiwanya. Ada yang membebaskannya (dari belenggu dosa), ada juga
yang membinasakannya (dengan dosa-dosa).” HR. Muslim
Sebagian orang mungkin telah menorehkan berbagai
prestasi selama setahun terakhir ini. Ada yang telah berhasil menjadi perantara
keislaman beberapa orang. Ada yang telah memberikan pencerahan kepada orang
lain melalui berbagai media. Ada juga yang membantu mengentaskan beberapa keluarga
dari kemiskinan. Dan juga berbagai prestasi kebajikan yang akan mengangkat
derajatnya di akhirat.
Namun ada juga yang selama setahun terakhir telah
menorehkan catatan terburuk dalam hidupnya. Mungkin ia dalam setahun terakhir
ini telah melakukan korupsi yang menyengsarakan rakyat. Atau memberikan
fasilitas untuk berlakunya suatu kemaksiatan. Atau bahkan melakukan berbagai
macam dosa baik kecil maupun besar yang akhirnya terkumpul menjadi banyak
hingga dapat membahayakannya di akhirat kelak.
Maka selayaknya setiap orang bertanya kepada
dirinya, apa saja yang telah dia torehkan dalam lembaran hidupnya selama satu
tahun yang baru saja ia tinggalkan. Kita hendaknya merasa rugi jika telah
melewatkan berbagai kesempatan yang terbuka untuk melakukan kebajikan.
Sebagaimana kita juga kecewa ketika gagal meraih keduniaan.
Rencanakan Masa Depan
Setelah meneliti dan mengintrospeksi diri dalam
setahun terakhir. Mungkin kita akan menemukan banyak kesempatan berbuat baik
yang telah kita sia-siakan. Atau bahkan kita telah menorehkan catatan
bermacam-macam dosa dan keburukan. Maka dengan Itu kita hendaknya berbenah
diri, menginsafi kekurangan dan kesalahan, dan lebih siap untuk menghadapi
berbagai kesempatan yang mungkin akan datang pada tahun yang baru ini.
Tidak masalah apakah di tahun sebelumnya prestasi
yang tercapai begitu buruk atau sudah cukup baik. Karena jelas, keduanya tetap
butuh perbaikan dan pengembangan untuk meraih hasil yang lebih baik. Selagi
kita masih menghirup nafas di hari ini maka itu adalah kesempatan kita untuk
berubah dan itu butuh perencanaan yang baik.
Sebagaimana setiap orang perlu melakukan efaluasi
lalu mengadakan perencanaan dalam setiap peri kehidupannya baik dalam
berkeluarga, berbisnis ataupun studinya. Padahal semua itu bersifat duniawi dan
fana. Maka seyogyanya ia juga mempersiapakan dan mencanangkan program-program
penunjang untuk membangun kehidupan ukhrawinya yang lebih kekal. Wallohu
A’lam.
0 komentar:
Posting Komentar