Kamis, 01 November 2012

Posted by UKM Al-Islam 0 Comments Category:

Isti'adzah kepda selain Allah syirik



ISTI'ADZAH (MINTA PERLINDUNGAN)
KEPADA SELAIN ALLAH ADALAH  SYIRIK
 
  1. Pengertian isti'adzah
·      Secara bahasa.
Isti'adzah adalah memohon perlindungan, atau bernaung dan berlindung[1]. Untuk itu dzat yang dimintai perlindungan disebut dengan ma'adz dan malja' . Karena orang yang berlindung kepada Allah, secara tidak langsung ia telah menjauh dari sesuatu yang menyakitinya atau membinasakannya[2]
·      Secara Istilah

Ibnu Katsir berkata; Isti'adzah adalah berlindung kepada Allah dan mendekatkan diri di sisi-Nya agar terhindar dari kejahatan segala penjahat. Al iyadz adalah untuk menolak keburukan, sedangkan al liydz untuk meminta kebaikan[3]. Sedangkan makna "aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk" adalah aku memohon perlindungan di sisi Allah dari setan yang terkutuk yang hendak menimpakan marabahaya atas agama dan duniaku, atau yang akan menghalangiku untuk mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan kepadaku, dan  yang akan memerintahkan kepadaku untuk melanggar segala sesuatu yang dilarang bagiku[4].
  1. Dalil Disyareatkannya Berlindung kepada Allah
Dalil dari alqur’an. Firman Allah :

 “Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui”al-Fushilat; 36
Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh al-Falaq

Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia” an-Naas

Berkata imam Ibnu Katsir “sesungguhnya Allah menunjukkan bagaimana cara bermuamalah dengan orang yang berbuat ma’siat dari kalangan manusia berupa muamalah yang ma’ruf (membalas kejahatan mereka) dengan yang lebih baik. Karena hal tersebut dapat mencegah kedurhakaanya dengan izin Allah. Kemudian Allah menunjukan supaya meminta perlindungan kepadanya dari setan jenis jin. Karena dia tidak cukup hanya dicegah dengan kebaikan. Sebenarnya dia menginginkan kehancuran dan kebinasaanmu secara total. Sesungguhnya dia adalah musuh yang nyata bagimu dan bagi bapakmu (adam ) sebelum kamu”[5].
Jadi isti’adzah adalah suatu ibadah yang Allah perintahkan untuk hamba-hamba-Nya, maka mengarakannya kepada selain Allah adalah syirik dalam ibadah. Barangsiapa mengahkan sesuatu dari ibadah-ibadah ini kepada selain Allah, maka orang tersebut telah menjadikan selain Allah sebagai sekutu bagi Allah dalam beribadah kepada-Nya dan melawan Allah dalam sifat Ketuhanan-Nya, seperti orang yang shalat untuk Allah dan orang yang shalat untuk selain-Nya, maka dengan demikian ia telah menjadi hamba selain Allah. 
             
  1. Kesimpulan (Pembahasan Rujukan Utama[6] dalam bab ini)

·      Tafsir  firman Allah;
 
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan[7] kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”al-Jin; 6

                                Ibnu Katsir berkata; Maksudnya adalah jin berpendapat, bahwa kami mempunyai keutamaan atas manusia, karena mereka berlindung kepada kami. Yaitu ketika mereka turun ke lembah atau tempat angker, sebagaimana kebiasaan orang Arab pada zaman jahiliyah, sebagian mereka meminta perlindungan kepada penguasa tempat itu yang berupa jin, agar tidak tertimpa sesuatu yang membahakan mereka. Seperti salah seorang diantara mereka memasuki negeri  musuhnya dibawah perlindungan, kekuasaan dan penjagaan para pembesar negeri. Ketika jin telah mengetahui bahwa manusia berlindung kepadanya lantaran ketakutan mereka terhadap jin, maka jin-jin itu membuatnya semakin takut. Maksudnya adalah takut, rasa terancam, dan bingung hingga mereka terus semakin takut dan semakin berlindung kepada jin tersebut.
                        Abu al-Aliyah, Ar-Rabi dan Zaid bin Aslam berkata, kata رهقا artinya adalah takut. Sedangkan Al-Aufi berkata, dari Ibnu Abbas فزادوهم رهقا (maka jin itu menambah dosa bagi mereka), kata رهقا diartikan dengan dosa, begitupula pendapat Qatadah.
                        Dahulu laki-laki arab jika sedang berada di lembah pada sore hari, ketika mereka merasa sunyi dan takut,mereka berkata, “Aku berlindung kepada penguasa lembah ini dari pengikut-pengikutnya yang bodoh”. Yang dimaksudkan adalah pembesar jin. Para ulama telah bersepakat bahwa tidak boleh hukumnya beristi’adzah kepada selain Allah.
                        Mula Ali Qori al-Hanafi berkata, tidak boleh beristi’adzah kepada jin, karena Allah telah mencela orang-orang kafir karenanya. Sebagaimana disebutkan dalam surat al-An’am;

“Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman): "Hai golongan jin, Sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia", lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: "Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya sebahagian daripada Kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain)[8] dan Kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami". Allah berfirman: "Neraka Itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)". Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui”al-An’am; 128
                                Kesenangan manusia dari jin adalah karena tercapai hajatnya, terlaksana perintahnya dan pemberitahuan jin untuknya tentang sampainya berita-berita ghaib. Sedangkan kesenangan jin atas manusia adalah karena manusia mengagungkannya, berlindung dan tunduk kepadanya.

·      Syarah Hadist
                               
وعن خولة بنت حكيم قالت: سمعت رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: "من نزل منزلاً، فقال: أعوذ بكلمات الله التامات من شر ما خلق، لم يضره شيء حتى يرحل من منزله ذلك" رواه مسلم

“Dari Khaulah binti Hakim, menuturkan “Aku mendengar Rosulullah saw. Bersabda, ‘Barangsiapa singgah disuatu tempat, lalu berdo’a;  أعوذ بكلمات الله التامات من شر ما خلق  aku berlindung dengan kalam Allah yang sempurna dari segala kejahatan makhluk yang Dia ciptakan)HR Muslim

             Allah mensyariatkan kepada umat islam supaya mereka berlindung dengan kepada-Nya dengan asma’ dan sifatnya, sebagai pengganti apa yang dilakukan orang-orang jahiliyah, yaitu berlindung kepada jin.
            Syaikhul Islam rahimahullah berkata, “Para imam telah menetapkan seperti Imam Ahmad dan yang lainnya, bawasanya tidak boleh beristi’adzah kepada makhluk” secara mutlaq, maksudnya adalah tidak boleh terhadap apa-apa yang tidak mampu dikerjakan kecuali oleh Allah semata, karena dalam dalam hal beristi’dzah (berlindung) kepada makhluk ada perincian sendiri. Ini adalah dalil yang mereka gunakan untuk menegaskan, bahwa firman Allah bukanlah makhluk. Mereka berdalil bahwasanya Rasulullah berasti’adzah dengan kalimat-kalimat Allah dan menyuruh hal itu.
            Syaikh Utsaimin rahimahullah berkata, sesungguhnya kalimat-kalimat Allah adalah salah satu dari sifat-sifat Allah, oleh karena itu ulama mengambil kesimpulan dari hadist ini bahwa kalimat-kalimat Allah adalah salah satu dari sifat-sifat-Nya dan bukan makhluk, sebagai mana dikatakan oleh orang-orang mu’tazilah. karena isti’adz dengan makhluk dilarang dalam masalah ini, jika kalam Allah adalah makhluk maka tidak mungkin Rasulullah akan menyuruh umatnya untuk beristi’adz kepadanya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah yang lain;

أعوذ بعزة الله وقدرته من شر ما أجد وأحاذر رواه مسلم
          Adisini tidak disebutkan berlindung terhadap Allah, namun berlindung terhadap I’zah dan Qudroh, karena Qudroh dan I’zah adalah sifat Allah. Oleh karena itu diperbolehkan juga untuk bersumpah dengan Allah dan sifatnya karena sifat Allah bukan makhluk[9].



Nur Cahyo                   

Bekasi,10-November-2010                       


[1] Mu'jamul Wasit 635
[2] Fathul Majid 195
[3] tafsir qur'anul adhim 1/23
[4] ibid
[5] rafsir qur’an adhim 2/340
[6] Fathul Majid
[7] Ada di antara orang-orang Arab bila mereka melintasi tempat yang sunyi, Maka mereka minta perlindungan kepada jin yang mereka anggap Kuasa di tempat itu.

[8] Maksudnya syaitan telah berhasil memperdayakan manusia sampai manusia mengikuti perintah-perintah dan petunjuk-petunjuknya, dan manusiapun telah mendapat hasil kelezatan-kelezatan duniawi karena mengikuti bujukan-bujukan syaitan itu.

[9]  Qoulul Mufid fi Kitabi Tauhid

0 komentar:

Posting Komentar