ISTI'ADZAH (MINTA PERLINDUNGAN)
KEPADA SELAIN ALLAH ADALAH SYIRIK
- Pengertian isti'adzah
· Secara bahasa.
Isti'adzah adalah memohon perlindungan, atau bernaung dan berlindung[1]. Untuk itu dzat yang dimintai perlindungan disebut dengan ma'adz dan malja' . Karena orang yang berlindung kepada Allah, secara tidak langsung ia telah menjauh dari sesuatu yang menyakitinya atau membinasakannya[2]
· Secara Istilah
Ibnu Katsir berkata; Isti'adzah adalah berlindung kepada Allah dan mendekatkan diri di sisi-Nya agar terhindar dari kejahatan segala penjahat. Al iyadz adalah untuk menolak keburukan, sedangkan al liydz untuk meminta kebaikan[3]. Sedangkan makna "aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk" adalah
aku memohon perlindungan di sisi Allah dari setan yang terkutuk yang
hendak menimpakan marabahaya atas agama dan duniaku, atau yang akan
menghalangiku untuk mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan
kepadaku, dan yang akan memerintahkan kepadaku untuk melanggar segala
sesuatu yang dilarang bagiku[4].
- Dalil Disyareatkannya Berlindung kepada Allah
Dalil dari alqur’an. Firman Allah :
“Dan
jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka mohonlah
perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi
Maha mengetahui”al-Fushilat; 36
“ Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh” al-Falaq
“Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia” an-Naas
Berkata
imam Ibnu Katsir “sesungguhnya Allah menunjukkan bagaimana cara
bermuamalah dengan orang yang berbuat ma’siat dari kalangan manusia
berupa muamalah yang ma’ruf (membalas kejahatan mereka) dengan yang
lebih baik. Karena hal tersebut dapat mencegah kedurhakaanya dengan izin
Allah. Kemudian
Allah menunjukan supaya meminta perlindungan kepadanya dari setan jenis
jin. Karena dia tidak cukup hanya dicegah dengan kebaikan. Sebenarnya
dia menginginkan kehancuran dan kebinasaanmu secara total. Sesungguhnya
dia adalah musuh yang nyata bagimu dan bagi bapakmu (adam ) sebelum
kamu”[5].
Jadi
isti’adzah adalah suatu ibadah yang Allah perintahkan untuk
hamba-hamba-Nya, maka mengarakannya kepada selain Allah adalah syirik
dalam ibadah. Barangsiapa mengahkan sesuatu dari ibadah-ibadah ini
kepada selain Allah, maka orang tersebut telah menjadikan selain Allah
sebagai sekutu bagi Allah dalam beribadah kepada-Nya dan melawan Allah
dalam sifat Ketuhanan-Nya, seperti orang yang shalat untuk Allah dan
orang yang shalat untuk selain-Nya, maka dengan demikian ia telah
menjadi hamba selain Allah.
- Kesimpulan (Pembahasan Rujukan Utama[6] dalam bab ini)
· Tafsir firman Allah;
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan[7] kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”al-Jin; 6
Ibnu
Katsir berkata; Maksudnya adalah jin berpendapat, bahwa kami mempunyai
keutamaan atas manusia, karena mereka berlindung kepada kami. Yaitu
ketika mereka turun ke lembah atau tempat angker, sebagaimana kebiasaan
orang Arab pada zaman jahiliyah, sebagian mereka meminta perlindungan
kepada penguasa tempat itu yang berupa jin, agar tidak tertimpa sesuatu
yang membahakan mereka. Seperti salah seorang diantara mereka memasuki
negeri musuhnya dibawah perlindungan, kekuasaan dan penjagaan para
pembesar negeri. Ketika jin telah mengetahui bahwa manusia berlindung
kepadanya lantaran ketakutan mereka terhadap jin, maka jin-jin itu
membuatnya semakin takut. Maksudnya adalah takut, rasa terancam, dan
bingung hingga mereka terus semakin takut dan semakin berlindung kepada
jin tersebut.
Abu al-Aliyah, Ar-Rabi dan Zaid bin Aslam berkata, kata رهقا artinya adalah takut. Sedangkan Al-Aufi berkata, dari Ibnu Abbas فزادوهم رهقا (maka jin itu menambah dosa bagi mereka), kata رهقا diartikan dengan dosa, begitupula pendapat Qatadah.
Dahulu laki-laki arab jika sedang berada di lembah pada sore hari,
ketika mereka merasa sunyi dan takut,mereka berkata, “Aku berlindung
kepada penguasa lembah ini dari pengikut-pengikutnya yang bodoh”. Yang
dimaksudkan adalah pembesar jin. Para ulama telah bersepakat bahwa tidak
boleh hukumnya beristi’adzah kepada selain Allah.
Mula Ali Qori al-Hanafi berkata, tidak boleh beristi’adzah kepada jin,
karena Allah telah mencela orang-orang kafir karenanya. Sebagaimana
disebutkan dalam surat al-An’am;
“Dan
(ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah
berfirman): "Hai golongan jin, Sesungguhnya kamu telah banyak
menyesatkan manusia", lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan
manusia: "Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya sebahagian daripada Kami telah
dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain)[8]
dan Kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi
kami". Allah berfirman: "Neraka Itulah tempat diam kamu, sedang kamu
kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)".
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui”al-An’am; 128
Kesenangan
manusia dari jin adalah karena tercapai hajatnya, terlaksana
perintahnya dan pemberitahuan jin untuknya tentang sampainya
berita-berita ghaib. Sedangkan kesenangan jin atas manusia adalah karena
manusia mengagungkannya, berlindung dan tunduk kepadanya.
· Syarah Hadist
وعن
خولة بنت حكيم قالت: سمعت رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: "من نزل
منزلاً، فقال: أعوذ بكلمات الله التامات من شر ما خلق، لم يضره شيء حتى
يرحل من منزله ذلك" رواه مسلم
“Dari
Khaulah binti Hakim, menuturkan “Aku mendengar Rosulullah saw.
Bersabda, ‘Barangsiapa singgah disuatu tempat, lalu berdo’a; أعوذ بكلمات الله التامات من شر ما خلق aku berlindung dengan kalam Allah yang sempurna dari segala kejahatan makhluk yang Dia ciptakan)HR Muslim
Allah mensyariatkan kepada umat islam supaya mereka berlindung dengan
kepada-Nya dengan asma’ dan sifatnya, sebagai pengganti apa yang
dilakukan orang-orang jahiliyah, yaitu berlindung kepada jin.
Syaikhul Islam rahimahullah berkata, “Para imam telah menetapkan
seperti Imam Ahmad dan yang lainnya, bawasanya tidak boleh beristi’adzah
kepada makhluk” secara mutlaq, maksudnya adalah tidak boleh terhadap
apa-apa yang tidak mampu dikerjakan kecuali oleh Allah semata, karena
dalam dalam hal beristi’dzah (berlindung) kepada makhluk ada perincian
sendiri. Ini adalah dalil yang mereka gunakan untuk menegaskan, bahwa
firman Allah bukanlah makhluk. Mereka berdalil bahwasanya Rasulullah
berasti’adzah dengan kalimat-kalimat Allah dan menyuruh hal itu.
Syaikh Utsaimin rahimahullah berkata, sesungguhnya kalimat-kalimat
Allah adalah salah satu dari sifat-sifat Allah, oleh karena itu ulama
mengambil kesimpulan dari hadist ini bahwa kalimat-kalimat Allah adalah
salah satu dari sifat-sifat-Nya dan bukan makhluk, sebagai mana
dikatakan oleh orang-orang mu’tazilah. karena isti’adz dengan makhluk
dilarang dalam masalah ini, jika kalam Allah adalah makhluk maka tidak
mungkin Rasulullah akan menyuruh umatnya untuk beristi’adz kepadanya.
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah yang lain;
أعوذ بعزة الله وقدرته من شر ما أجد وأحاذر رواه مسلم
Adisini
tidak disebutkan berlindung terhadap Allah, namun berlindung terhadap
I’zah dan Qudroh, karena Qudroh dan I’zah adalah sifat Allah. Oleh
karena itu diperbolehkan juga untuk bersumpah dengan Allah dan sifatnya
karena sifat Allah bukan makhluk[9].
Nur Cahyo
Bekasi,10-November-2010
[7] Ada
di antara orang-orang Arab bila mereka melintasi tempat yang sunyi,
Maka mereka minta perlindungan kepada jin yang mereka anggap Kuasa di
tempat itu.
[8] Maksudnya
syaitan telah berhasil memperdayakan manusia sampai manusia mengikuti
perintah-perintah dan petunjuk-petunjuknya, dan manusiapun telah
mendapat hasil kelezatan-kelezatan duniawi karena mengikuti
bujukan-bujukan syaitan itu.
0 komentar:
Posting Komentar