Jumat, 06 September 2013

Posted by UKM Al-Islam 0 Comments Category:

Kisah Nabi Sulaiman serta Malaikat Harut dan Marut


Kisah Nabi Sulaiman serta Malaikat Harut dan Marut
TAFSIR SURAT AL-BAQARAH AYAT 102-103

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir." [Qs.Al-Baqarah: 102]
Banyak sekali penafsiran dari para mufassirin yang menjelaskan tentang ayat ini, dan di sini kami kutipkan penafsiran dari As-sudi, beliau berkata tentang firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 102, "yaitu hal itu terjadi pada masa Nabi Sulaiman, pada waktu itu setan masih menduduki salah satu tempat di langit, maka mereka bisa mendengar ucapan dari para malaikat tentang hal-hal yang ghaib yang ada akan terjadi di bumi seperti tentang kematian seseorang, atau perkara ghaib yang lainnya. Kemudian ia mendatangi para dukun dan mengabarkan kepada mereka akan hal itu. Ketika para dukun itu telah percaya kepada setan, maka setan memasukkan dari kata-katanya sendiri pada apa yang ia dengar. Setan menambahkan pada setiap kalimat 70 kalimat (dari pikirannya sendiri). Maka manusia pada waktu itu mencatat akan hal itu, dan tersebarlah dikalangan Bani Israil bahwa jin itu mengetahui tentang sesuatu yang ghaib. Oleh karena itu, diutuslah Nabi Sulaiman kepada manusia, maka ia mengumpulkan kitab-kitab yang ditulis (oleh Bani Israil) itu dan memasukkannya kedalam sebuah peti, kemudian ia memendamnya di bawah kursinya. Dan tidak ada satu setan pun yang bisa mendekati kursi itu. Barang siapa yang berusaha untuk mendekatinya maka ia akan terbakar. Dan Nabi Sulaiman berkata: 'tidaklah aku mendengar seseorang yang mengatakan bahwa setan mengetahui yang ghaib kecuali aku akan memenggal lehernya.
Maka ketika Nabi Sulaiman wafat, dan Ulama yang faham akan hal itu juga telah wafat, hadirlah orang-orang yang selain mereka. Kemudian setan menampakkan dirinya dengan wujud seperti manusia, lalu ia mendatangi sekelompok orang dari Bani Israil dan ia berkata kepada mereka: 'maukah kalian aku tunjukkan perbendaharaan yang kalian tidak pernah melihatnya?'. Mereka berkata: 'ya'. Maka ia berkata: 'pergilah kalian di bawah kursi itu'. Maka ia pergi bersama mereka dan menunjukkan tempatnya dan ia berdiri disamping mereka. Mereka berkata: 'itu hanya persangkaanmu saja'. Setan berkata :'tidak, jika kalian tidak menemukannya maka bunuhlah aku'. Maka mereka menggalinya dan mereka menemukan kitab itu'. Maka ketika mereka mengeluarkan kitab itu setan berkata: 'sesungguhnya Sulaiman bisa menundukkan golongan setan, jin dan burung adalah karena sihir ini'. Maka tersebarlah berita itu kepada manusia pada saat itu bahwa Nabi Sulaiman adalah seorang tukang sihir, kemudian bani Israil mengambil kitab itu. Maka ketika Nabi Muhammad diutus, beliau membantah hal itu, dan turunlah ayat 102 dari surat Al-Baqarah, yaitu firman Allah "Wa ma kafara Sulaimanu walakinnas syayathina kafaru".
Al-Hasan berkata: "yang dimaksud dari firman Allah: "Wattaba’u ma tatlus syayathinu ‘ala mulki Sulaiman", yaitu sepertiganya adalah syair, sepertiganya adalah sihir dan sepertiganya lagi adalah ilmu perdukunan". Yaitu orang-orang yahudi yang telah mengikuti apa yang dibacakan setan kepada mereka.
Al-Hasan Al-Bashri berkata: "sihir telah ada sebelum zamannya Nabi Sulaiman bin Dawud, yaitu pada masa Nabi Musa, dan beliau hidup sebelum zamannya Nabi Sulaiman. Ada juga yang mengatakan bahwa sihir telah ada sebelum masa Nabi Ibrahim, yaitu pada masa Nabi Shalih.
Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai siapa yang dimaksud pada ayat "'Alal malakain bibabil harut wa marut". Al-Qosim berkata : "aku tidak perduli dengan hal itu (ayat itu), aku beriman kepada keduanya", akan tetapi mayoritas Ulama salaf berpendapat bahwa yang dimaksud adalah dua malaikat dari langit yang diturunkan kebumi.
Banyak sekali atsar yang menyebutkan tentang malaikat Harut dan Marut yang disebutkan oleh jama'ah dari tabi'in, baik dari ulama mutaqaddimin maupun mutaakhkhirin. Namun kabar yang terperinci dari semua itu adalah kabar yang berasal dari bani Israil atau israiliyat dan tidak ada hadits yang menjelaskan tentang hal itu yang marfu' dan shahih sampai kepada Rasulullah. Sedangkan dlahir dari apa yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah hanya menjelaskan secara qlobal saja.
Firman Allah : "Wa ma yu'allimani min ahadin hatta yaqula innama nahnu fitnah fala takfur" Al-Hasan Al-Bashri berkata: "ya, memang benar, bahwasannya Allah telah menurunkan dua orang malaikat dengan sihir mereka supaya mereka mengajarkan kepada manusia, dan Allah hendak menguji manusia dengan hal ini. Sebelum itu Allah telah mengambil janji dari dua orang malaikat itu supaya tidaklah keduanya mengajarkan kepada seseorang hingga ia mengatakan “sesungguhnya kami ini adalah sebagai ujian bagi kalian maka janganlah kalian kufur"(Riwayat Ibnu Abi hatim). Makna Fitnah di sini adalah sebagai bentuk ujian bagi bani Israil. Sebagian Ulama berdalil dengan ayat ini bahwa orang yang belajar ilmu sihir maka hukumnya adalah kafir.
Firman Allah "Fayata'allamuna minhuma maa yufarriquna bihi bainal mari wa zaujih". Namun mereka malah mempelajari sihir itu sehingga bisa memisahkan seorang suami dari istrinya. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, beliau bersabda: "Setan meletakkan singgasananya di atas air kemudian ia mengutus bala tentaranya kepada manusia, maka yang paling kuat menebarkan fitnah  ia adalah yang paling tinggi kedudukannya …. Maka ada lagi yang datang melapor dan berkata: 'tidaklah aku meninggalkan orang itu kecuali aku telah memisahkan antara dirinya dengan kelurganya'. Maka iblis berkata: bagus apa yang engkau lakukan”.
Firman Allah "Wa maa hum bidhorrina bihi min ahadin illa biidznillah". Sufyan Ats-Tsauri berkata : "yaitu kecuali dengan taqdir Allah". Al-Hasan berkata: "sihir ini tidak bisa membahayakan kecuali bagi orang yang memasukinya".
Firman Allah: "Wa yata'allamuna maa yadhurruhum wala yanfa'uhum" maksudnya yaitu membahayakan agamanya dan tiada manfaat yang ia peroleh.
Firman Allah: "Walaqod 'alimu lamanisytarahu maa lahu fil akhirati min kholaq, wala bi'sa maa syarau bihi anfusuhum lau kanu ya'lamun.". Qotadah berkata: "seandainya ahli kitab mengetahui apa yang telah ditetapkan oleh Allah, yaitu bahwasannya tukang sihir itu tidak mendapat bagian sedikitpun di akhirat". (Disarikan dari kitab Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1, hal 187-206)
                Wallahu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar