Selasa, 18 Desember 2012

Posted by UKM Al-Islam 0 Comments Category:

BIRRUL WALIDAIN

BIRRUL WALIDAIN

حدثنا آدم: حدثنا شعبة: حدثنا حبيب بن أبي ثابت قال: "سمعت أبا العباس الشاعر - وكان لا يتهم في حديثه - قال: سمعت عبد الله بن عمرو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يقول: «جاء رجل إلى النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يستأذنه في الجهاد فقال: "أحي والداك؟ " قال: نعم. قال: "ففيهما فجاهد». وفي رواية: ". . «قال رجل للنبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أجاهد؛ قال: "ألك أبوان؟ " قال: نعم. قال: "ففيهما فجاهد»

Telah bercerita kepada kami Adam telah bercerita kepada kami Syu'bah telah bercerita kepada kami Habib bin Abi Tsabit berkata aku mendengar Abu Al 'Abbas Asy-Sya'ir, dia adalah orang yang tidak buruk dalam hadits-hadits yang diriwayatkannya, berkata aku mendengar 'Abdullah bin 'Amru radliallahu 'anhuma berkata: "Datang seorang laki-laki kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu meminta izin untuk ikut berjihad. Maka Beliau bertanya, ‘Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Laki-laki itu menjawab, ‘Iya’. Maka Beliau berkata, ‘Kepada keduanyalah kamu berjihad (berbakti)’.”
Takhrij hadits
Bukhori : hadits ke 3004, bab berjihad dengan izin orang tua nomer 5972
Muslim : bab kebaikan, hubungan dan adab, bab  berbakti kepada orang tua nomer 2549
Biografi sanad awal
Abdullah bin Amru bin Ash bin Wail. Imam yang sholih lagi alim. Seorang sahabat Rasulullah dan anak sahabat Beliau. Disebutkan bahwa dia masuk Islam lebih awal dari bapak nya. Nama aslinya adalah al ‘Ash maka ketika dia masuk Islam Rasulullah mengganti namanya menjadi Abdullah. Dia mewarisi ilmu yang sangat banyak dan meriwayatkan banyak hadits dari nabi Muhammad SAW. Menjadi awal sanad atas 700 hadits. Bukhori dan Muslim sepakat mentakhrij 700 hadits. Bukhori pribadi menyepakati 800 hadits, sedang Muslim hanya 20 hadits. Dalam musnad terdapat 626 haditsnya. Abdullah bin Amru adalah seorang hamba yang menyeru kepada jalan Allah dengan menukil hadits dari Rasulullah dan menyampaikannya kepada umat manusia. Dia adalah contoh yang baik bagi muslimin, berpuasa sehari dan berbuka sehari, mengkhatamkan Al Qur’an dalam seminggu bahkan dalam 3 hari. Rajin melaksanakan qiyamullail dan amalan berbarokah. Jarak umur nya dengan ayahnya hanyalah 12 tahun. Dia adalah orang yang paling banyak mengambil hadits dari Rasulullah. Abu Hurairah berkata tentangnya, “Tidak ada seorangpun yang meriwayatkan hadits lebih banyak dariku melainkan Abdullah bin Amru, dikarenakan dia menulis hadits tersebut sedangkan aku tidak.” Adapun sedikitnya periwayatan dari hadits yang dia dapatkan dikarenakan Dia tinggal di Mesir, sehingga sedikit orang yang mengambil hadits darinya. Berbeda dengan Abu Hurairah yang menetap di madinah dan menjadi rujukan kaum muslimin dari segala penjuru. Dia meninggal tahun 63 hijriyah. Ada yang mengatakan tahun 65 dan 68 atau 69 H dalam umur 72 tahun. (Siyar A’lamin Nubala’ 3/79-95)


Penjelasan hadits
Pentingnya bermusyawarah dengan pemimpin atau ulama atau dai
Besarnya peranan pemimpin, ulama dan da’I secara nyata dalam urusan dunyawi dan ukhrowi. Di antara yang menjelaskan hal ini adalah sikap lelaki yang datang kepada Rasulullah untuk meminta izin berjihad dan meminta pendapat. Rasul menanyakan apakah pemuda memiliki orang tua yang masih hidup, karena sang pemuda masih memilki orang tua, Rasul memerintahkan untuk kembali dan berbakti kepada keduanya. Itulah jihad pemuda tersebut. Di sinilah tampak begitu penting dan besarnya fungsi musyawarah. Karena yang dimintai pendapat adalah orang yang terpercaya maka sudah selazimnya Rasul memberi arahan atau keputusan dengan nasehat yang tulus. Maka sudah selayaknya bagi setiap da’i untuk memilih bermusyawarah sebagai solusi cepat untuk mendapatkan berbagai manfaat dan mencegah keburukan dan memperoleh tambahan kebaikan. Begitulah yang terjadi kepada pemuda yang mendapatkan keputusan yang lebih utama dari permintaannya berjihad dengan musyawarah. Sebagai penegas akan pentingnya musyawarah bahwa pribadi yang berakal tidak egois dengan pendapatnya sendiri dalam memutuskan perkara perkara penting, kecuali setelah meminta pendapat dari orang orang yang lebih kompeten dalam perkara terkait. Maka penting bagi da’I konsultan untuk mengerti dan mencari tahu kondisi object dakwahnya. Mengedepankan kepadanya keputusan yang baik. Imam ibn Abi Hamzah berkata, ”Ada dasar bahwa konsultan bertanya tentang kondisi penanya sehingga dia mengetahuinya dan dapat memberikan keputusan paling baik berkaitan dengan haknya.” Karena Nabi Muhammad ketika dimintai pendapat tentang sahabatnya agar berangkat berjihad atau tidak. Bertanyalah Nabi tentang ahwalnya sehingga Nabi tahu akan haknya yang paling utama dan memberi arahan sesuai keadaannya
Antusiasme sahabat dalam berjihad di jalan Allah
Sesungguhnya sahabat adalah sebaik baik manusia dalam akhlaq dan antusiasme dalam berbuat baik dan mencintai segala yang di sisi Allah. maka dari itu datanglah sahabat ini kepada nabi meminta izin untuk diikutsertakan dalam berjihad  dengan pernyataannya, “Apakah akau boleh berjihad?” Ini menunjukkan semangat sahabat untuk melaksanakan hal yang paling utama. Ibnu Hajar pernah menjelaskan bahwa pemuda ini memisahkan yang paling utama dalam ketaatan untuk dikerjakan, karena dia mendengarkan keutamaan jihad dan bersegera kepadanya, namun belum cukup puas sampai meminta izin dahulu. Maka Rasul menunjukkan yang lebih utama hakikatnya dari jihad tersebut. Sudah selayaknya bagi tiap muslim terutama para da’I di jalan Allah untuk senantiasa bersemangat selalu dalam melaksanakan ketaatan  sampai datang ketetapan Allah kepadanya.
Perlunya bertanya tentang keadaan madh’u mengenai hal hal yang belum jelas
Pertanyaan mengenai hal hal yang masih bias dalam urusan agama adalah perkara yang penting. Karena bertanya merupakan pintu ilmu dan pengetahuan bagi manusia . Disebutkan dan Ibnu Hajar berkomentar dalam hadits ini , “Andai tidak ada pertanyaan dari sahabat tersebut tentulah tidak akan ada ilmu mengenai hal tersebut.” Maka sudah seharusnya bagi pribadi muslim untuk bertanya tenang hal hal yang masih belum ia mengerti sehingga dia mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan hilanglah kejahilan yang ada padanya.
Di antara metode dakwah
Tanya jawab
Tidak diragukan lagi bahwa di antara cara penyampaian yang penting  dalam dakwah adalah metode ini.  Untuk para da’I maka hendaklah menanyakan kepada sebagian sasaran dakwahnya untuk menggali informasi dari mereka dan memberikan tanggapan yang benar sebagaimana telah dicontohkan Nabi. Banyak bertanya menyebabakan tergalinya informasi dan data yang pastinya membantu. Dan dengan banyak mendengarkan akan menambah bijak dalam mengambil pertimbangan.
Memberi kabar gembira
Metode dakwah lainnya adalah dengan memberikan kabar gembira. Sesungguhya memberikan kabar gembira adalah cara yang penting yang mampu menyentuh hati para objek dakwah. Telah terbukti cara ini dalam perkataan Rasulullah kepada sahabatnya, “Apakah orang tuamu masih hidup?” dan memerintahkannya untuk berbakti. Menunjukkan keutamaan berbakti kepada orang tua dan lebih utama dari jihad sunnah di jalan Allah . Ibnu Hajar berkata, “Dalam hadits ini disebutkan keutamaan berbakti kepada orang tua, memenuhi hak hak mereka dan banyaknya pahala.” Maka semakin jelaslah bagi para da’i akan pentingnya memberitakan kabar gembira dan dampaknya.
Di antara tema dakwah : seruan untuk berbakti kepada orang tua
Dorongan untuk berbakti kepada mereka adalah hal yang sangatlah penting, pengorbanan terbesar dan karena kepentingan yang agung itulah nabi Muhammad bertanya kepada sahabat nya, “Apakah kau memiliki orang tua yang masih hidup?”. Berkata Ibnu Hajar, “Jika engkau memiliki kedua orang tua maka beralihlah fungsi jihadmu menjadi bentuk berbakti dan berbuat baik kepada keduanya karena itu sudah masuk kategori jihad.” Maksud dari berjihad kepada orang tua adalah = mengerahkan segenap kesungguhan, kesempatan, dan daya upaya dalam aplikasi berbuat baik kepada kepada keduanya. Atas kepentingan tersebut , ulama menjelaskan bahwa tidak diperbolehkan berangkat berjihad kecuali dengan rekomendasi atau izin dari keduanya bila memang kedua orangtuanya muslim. Karena hukum berbakti kepada keduanya adalah fardhu ‘ain, sedangkan berjihad / perang di jalan Allah adalah fardhu kifayah. Namun jika hukum jihad menjadi fardhu ‘ain maka tidaklah perlu izin, karena jihad menjadi wajib bagi semuanya dalam keadaan diperintahkan pemimpin, ataupun serangan musuh .
Berbakti kepada orang tua adalah kewajiaban bagi tiap muslim muslimah. Itulah ketaatan terbesar dan kewajiban paling utama karena banyaknya keadilan dari nya.
Allah menyandingkan hak orang tua dan berbuat baik kepada keduanya dengan ibadah kepadaNya sebagaiman Allah menyandingkan sikap syukur kepada kedua orang tua dengan sikap syukur kepada Allah. Allah telah menjadikan orang tua sebagai wasilah terbentuknya anak. Dan ini menunjukkan secara tegas akan hak keduanya beserta sikap berbuat baik kepada keduanya dalam ucapan dan perbuatan.  Pada mereka berdualah cinta yang dalam kepada sang anak saat masih kecil dan lemah. Maka kewajian anak adalah menunaikan hak mereka, berbuat baik. Larangan bagi anak menyakiti mereka pada tingkatan paling remeh sekalipun,  berupa keengganan melayani mereka, menyakiti atau mencela mereka dengan mengangkat suara ataupun menunjuk nunjuk mereka. 
Berbakti kepada kedua orang tua adalah sebaik baik amal kedua setelah sholat berjama’ah yang merupakan urusan pokok dalam Islam. Rasulullah mengabarkan hal tersebut dan menyusun berurutan dengan kata sambung “kemudian”. Diriwayatkan dari Abdullah ibn Mas’ud, ”Aku bertanya kepada Rasulullah amal apakah yang paling utama ?” Rasul menjawab, ‘Sholat pada waktunya.’ Aku berkata, ‘kemudian apa?’ Beliau bersabda, ‘Birrul walidain.’ Aku berkata, ‘Kemudian apa?’ Beliau bersabda, “Jihad di jalan Allah.” ( متفق عليه: البخاري برقم، 527، ومسلم برقم 85، وتقدم تخريجه في الحديث رقم 19، الدرس الثالث، ص 168.)
Ridho Allah berada pada Ridho orang tua, dan kemurkaan Allah ada pada murka orang Tua
Berbakti kepada orang tua memasukkan ke dalam surga. Maka dari Abi darda’ aku mendengar Rasulullah bersabda, “Ibu adalah pertengahan pintu surga, maka jika kau mau, biarkan pintu itu atau jagalah.” Dari mu’awiyah bin jahimah, bahwa Jahimah datang kepada nabi dan berkata, “Ya Rasul Allah aku ingin berangkat berperang. Dan aku mendatangimu hendak meminta pendapat.” Maka Rasul bertanya, “Apakah kau memiliki ibu?” Maka dia menjawab, “Ya.” Rasul bersabda, “Maka jagalah dia. Sesungguhnya syurga itu ada di bawah kedua telapak kakinya.” ( أحمد في المسند، 3 / 429 )
Rasulullah berdoa atas orang yang belum pernah berbakti kepada kedua orang tuanya. Dari Abu Hurairoh berkata, Rasulullah bersabda, ”Raghma anfuhu 3x.“ Maka beliau ditanya, “Siapa ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Yaitu orang yang mendapati otangtuanya telah renta lanjut usia, salah satu atau keduanya kemudian dia tidak masuk surga.” Imam Qurtubi berkata, doa ini adalah penegas bagi siapa saja yang jarang berbakti kepada kedua orang tuanya
(صحيح مسلم، كتاب البر والصلة، باب رغم أنف من أدرك أبويه أو أحدهما عند الكبر فلم يدخل الجنة، 4 / 1978، برقم 2551.)
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan sifat baarizah (yang menonjol) dari para Nabi
Dalam beberapa ayat dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan beberapa bentuk bakti para Nabi kepada orang tua mereka, di antaranya :
"Artinya : Dan Allah memerintahkan aku berbakti kepada ibuku dan tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka" [Maryam : 32]
Kemudian Allah berfirman di dalam surat Ibrahim ayat 41
"Artinya : Wahai Rabb kami, berikanlah ampunan untukku dan kedua orang tuaku. Dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab" [Ibrahim : 41]
"Artinya : Dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat" [Asy-Syua'araa : 86]
"Artinya : Dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, bukanlah ia termasuk orang-orang yang sombong lagi durhaka" [Maryam : 14]
Kemudian dalam An-Naml ayat 19 tentang Nabi Sulaiman 'Alaihis salam.
"Artinya : Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdo'a, "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugrahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk mengerjakan amal shalih yang Engkau ridlai dan masukanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih" [An-Naml : 19]
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua merupakan sifat yang menonjol bagi para nabi. Semua nabi berbakti kepada kedua orang tua mereka. Dan ini menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua adalah syariat yang umum. Setiap nabi dan rasul yang diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ke muka bumi selain diperintahkan untuk menyeru umatnya agar berbakti kepada Allah, metauhidkan Allah dan menjauhkan segala macam perbuatan syirik juga diperintahkan untuk menyeru umatnya agar berbakti kepada kedua orang tuanya.
Bila diperhatikan bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua seperti tercantum dalam surat An-Nisaa, surat Al-Isra dan surat-surat yang lainnya menunjukkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah masalah kedua setelah mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kalau selama ini yang dikaji adalah masalah tauhid, masalah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, aqidah Salaf, untuk selanjutnya wajib pula bagi setiap muslim dan muslimah untuk mengkaji masalah berbakti kepada kedua orang tua. Tidak boleh terjadi bagi seorang yang bertauhid kepada Allah tetapi ia durhaka kepada kedua orang tuanya, wal iyadzubillah nas alullaha salamah wal 'afiyah. Bagi seorang muslim terutama bagi seorang thalibul 'ilm (penuntut ilmu), wajib baginya berbakti kepada kedua orang tuanya.
Di dalam ayat-ayat Al-Qur'an ketika disebutkan tentang bertauhid kepada Allah selalu diiringi dengan berbakti kepada kedua orang tua. Para ulama telah menjelaskan hikmah dari permasalahan ini, yaitu :
Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menciptakan dan Allah yang memberikan rizki, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala sajalah yan berhak untuk diibadahi. Sedangkan kedua orang tua adalah sebab adanya anak, maka keduanya berhak untuk diperlakukan dengan baik. Oleh karena itu kewajiban seorang anak untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala harus diiringi dengan berbakti kepada kedua orang tuanya.
Allah lah yang telah memberikan semua nikmat yang diperoleh hamba-hambaNya, maka hanya Allah Subhanahu wa Ta'ala saja yang wajib di syukuri. Kemudian kedua orang tua lah yang telah memberikan segala yang kita butuhkan seperti makan, minum, pakaian dan yang lainnya sehingga wajib bagi kita untuk berterima kasih kepada keduanya. Oleh karena itu kewajiban seorang anak atas nikmat yang diterimanya adalah bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan bersyukur kepada kedua orang tuanya.
Allah adalah Rabb manusia yang membina dan mendidik manusia di atas manhaj-Nya, maka Allah lah yang berhak untuk diagungkan dan dicintai. Demikian juga kedua orang tua yang telah mendidik kita sejak kecil, maka kita harus bersikap tawadlu' (merendahkan diri), tauqiir (menghormati), ta'addub (beradab) dan talattuf (berlaku lemah lembut) dengan perkataan dan perbuatan kepada keduanya.

Allah telah mengkhususkan keadaan orang tua yang telah memasuki masa lansia dengan memerintahkan kita supaya giat berbuat kebaikan, bersikap lembut, kasih sayang. Karena keadaan mereka membutuhkan kebaikan untuk merubah keadaan mereka yang lemah dan tua. Maka Allah melazimkan keadaan ini lebih banyak dari apa apa yang telah Dia lazimkan sebelumnya. Karena orang tua berada pada keadaan dimana mereka seperti anak kecil. Allah memerintahkan untuk menemui mereka dengan ucapan mulia dan tidak tercela. Al isra’ ayat 23. Allah memerintahkan untuk merendahkan diri kepada mereka dengan penuh kasih sayang dalam rangka mencari pahala Allah bukan karena takut kepada keduanya. Allah juga memerintahkan untuk mendoakan mereka agar mendapatkan rahmat baik saat mereka masih hidup ataupun sudah meninggal, sebagai balasan atas pembimbingan mereka dan kebaikan mereka. Dari Abu hurairah berkata, bersabda Rasulullah SAW, “Seorang anak tidak dapat membalas kebaikan orang tua kecuali bila orang tua adlah budak maka dia membeli dan membebaskannya.”
Referensi :
Fathul Baari
Jaami’ul Ahkam Al Qur’an Al Qurthubi
Tafsir As Sa’di

0 komentar:

Posting Komentar