Jumat, 06 September 2013

Posted by UKM Al-Islam 0 Comments Category:

GHAIB


GHAIB

itroh dari manusia yang tidak dapat di ungkiri adalah menyukai sesuatu yang nyata (real), dibandingkan dengan sesuatu yang tidak nyata (ghaib). Padahal perlu kita ketahui bersama  keimanan seseorang dibangun di atas rukun iman, yang keseluruhan dari rukun iman tersebut terdiri dari hal ghaib.
Ghaib adalah kata yang digunakan untuk segala sesuatu yang menunjukan tidak dapat ditangkap oleh panca indra. Iman kepada yang ghaib berarti percaya kepada sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh panca indra dan tidak bisa dicapai oleh akal biasa, akan tetapi ia terdapat pada wahyu yang diterima oleh para nabi dan rasul.
Iman kepada yang hal ghaib adalah salah satu di antara sifat- sifat orang beriman sebagaimana firman Allah Ta'ala:
Alif laam mim. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya. Petunjuk bagi orang yang bertaqwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” [Al-Baqarah: 1-3]
Ada dua pendapat tentang makna iman tersebut:
1.       Bahwasanya mereka mengimani segala yang ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh panca indra (dan akal), yaitu hal-hal yang telah diberitakan tentang Allah Ta'ala dan tentang para rasul-Nya.
2.       Bahwasanya mereka beriman kepada Allah Ta'ala di waktu ghaib sebagaimana mereka beriman kepada Allah Ta'ala di waktu hadir, dan hal ini berbeda dengan orang-orang munafiq yang mana mereka hanya beriman kepada Allah  Ta'ala di waktu hadir saja, dan kufur kepada Allah di waktu ghaib.
Kedua makna di atas tidaklah saling bertentangan, bahkan keduanya haruslah ada pada diri seorang muslim.

Pengaruh Iman Kepada Yang Ghaib Dalam Aqidah Seorang Muslim.
Iman kepada yang ghaib mempunyai pengaruh yang besar sekali sehingga terpantul aplikasi dalam tingkah laku seseorang yang berupa perangai dan tingkah lakunya kepada orang di sekitarnya sehari-hari. Ia merupakan motivator yang sangat kuat untuk melahirkan amal kebajikan dan meninggalkan keburukan. Dengan beriman kepada hal yang ghaib inilah melahirkan banyak kebaikan, seperti hal-hal berikut ini:

A.      Ikhlas beramal
Dalam hal ini ialah untuk memperoleh pahala dan menghindarkan diri dari siksa di akhirat, bukan menginginkan balasan dunia dan pujian manusia.  Dikarenakan salah satu hal yang mampu menjerumuskan manusia ke dalam perbuatan menyekutukan Allah Ta'ala ialah hilangnya rasa ikhlas dalam hati seseorang dikarenakan ia menginginkan balasan dunia dan pujian manusia, sebagaiman firman Allah subhanahu waa ta'ala :
“Dan mereka memberikan makanan yang disukai kepada orang miskin, anak yatim dan orang-orang yang ditawan. Sesunguhnya kami memberikan makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridho’an Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan dan tidak pula ucapan terimakasih.” [Al-Insan Insan: 8-9]

B.      Kuat dan tegas dalam pembenaran
Kuat, tegas dan tegar dalam pembenaran. Apa yang dijanjikan Allah untuk orang yang beriman menjadikan seseorang teguh dalam menjalankan segala perintah-Nya, menjelaskan yang haq, mengajak kepada yang haq, menjelaskan yang batil dan memeranginya. Jika tidak ada yang membantu maka dia pun kuat karena Allah Ta’alla, terasa mudah baginya kehidupan dunia dan segala penderitaannya, dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Allah Ta’alla telah menjelaskan tentang perkataan kekasih-Nya, Ibrahim alaihis salam kepada kaumnya.
Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.” [Al-Anbiya’: 57-58]

C.      Meremehkan penampilan dunia.
Meremehkan bentuk-bentuk penampilan duniawi. Hal ini merupakan pengaruh dan makmurnya hati kerana keimanan, dan bahwasanya dunia berserta kenikmatannya akan lenyap, sedangkan akhirat adalah kehidupan kekal. Maka tidak masuk akal jika lebih memilih hal yang fana daripada yang kekal. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” [Al-Ankabut: 64]

D.      Lenyapnya kebencian dan kedengkian
Lenyaplah kebencian dan kedengkian. Sesungguhnya usaha mewujudkan keinginan nafsu tanpa melalui jalan yang benar menyebabkan kebencian dan kedengkian antara manusia. Sedangkan iman kepada yang ghaib, berupa janji-janji Allah dan ancaman-Nya menjadikan seseorang itu sentiasa mengawasi dirinya dengan sebaik mungkin, dan sentiasa memperbaiki diri sendiri dalam setiap gerak-geriknya demi mendapatkan pahala dari-Nya dan menjauhi siksaan-Nya.

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung. Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” [Al-Hasyr: 9-10]

         Itulah sebahagian daripada pengaruh iman terhadap yang ghaib. Pengaruh-pengaruh tersebut akan berkurang disebabkan oleh lemahnya iman. Bila pengaruh iman sudah tidak ada, maka bisa jadi suatu masyarakat insani berubah menjadi masyarakat hewani, yang hidupnya memangsa yang mati, yang kuat menindas yang lemah, ketakutan merajalela, musibah meluas, kemuliaan hilang dan kehinaan yang naik takhta.
Wallahu Ta’ala A’lam! Semoga kita dilindungi oleh Allah dari hal yang demikian.

0 komentar:

Posting Komentar