Jumat, 30 November 2012

Posted by UKM Al-Islam 0 Comments Category:

12. FIQH MADZHAB MALIKI


FIQH MADZHAB MALIKI
Pendahuluan
Madzhab Maliki dinisbatkan kepada Imam Malik Rahimahullah. Beliau adalah Imam Malik putra Anas bin Malik. Beliau adalah cucu Abi Amir. Seorang pemimpin di Madinah, beliau memiliki julukan Abu Abdullah. Seorang imam dari 4 imam madzhab lainnya. Sebenarnya tidak ada ikatan apapun antara Imam Malik dengan sahabat Anas bin Malik, karena pada saat sahabat Nabi tersebut meninggal dunia pada tahun 93 H, lahirlah Imam Malik pada tahun yang sama di kota Madinah.
Beliau dikenal sebagai sosok yang sudah mendalami ilmu sejak usia dini, ilmu yang beliau miliki pun bersanding dengan kepribadiannya yang rendah hati, berbudi pekerti mulia, dan bernilai taqwa. Majlisnya pun adalah majlis yang terhormat lagi santun, bukan majlis yang gaduh, tidak ada nuansa berbantah bantah dan suara dengan nada keras.
Bila hendak menyampaikan suatu hadits, beliau berwudhu terlebih dahulu, merapikan jenggotnya, kemudian duduk dengan tenang. “Aku suka mengagungkan hadits Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasallam.” Begitulah komentar beliau saat ditanya tentang kebiasaan tersebut.
Beliau memiliki beberapa guru, diantaranya adalah nama nama berikut ;
1.      Abdurrahman bin Harmaz Abu Dawud (124 H). Beliau adalah murid dari Abu Hurairah. Imam Malik belajar Fiqh dan ilmu lainnya kepadanya selama 7 tahun. Beliulah guru pertama Imam Malik dan tidak berguru kepada selainnya dalam kurun waktu tersebut.
2.      Nafi’, bekas budak Ibnu Umar (120 H) salah satu orang yang termasuk dalam jalur periwayatan emas. Yaitu jalur sanad paling shohih, Malik dari Nafi’ dari Ibnu Umar
3.      Abu Utsman  bin Abdirrahman al Madany (136 H). terkenal dengan nama Rabi’ah sang mufti Madinah. Beliau bertemu banyak dari kalangan sahabat. Imam Malik belajar fiqh ahlu ra’yu darinya. “Aku kehilangan manisnya belajar ilmu fiqh saat meninggalnya Rabi’ah.” Kata Imam Malik
Beliau, Imam Malik memiliki banyak murid yang mencapai jumlah 993 orang. Jumlah murid yang sangat banyak ini berbeda dengan imam madzhab lainnya. Disebabkan karena beliau selalu berdomisili di kota madinah dan tidak beranjak kecuali untuk melaksanakan haji. Dan beliau juga diketahui tidak pernah meninggalkan negeri Hijaz. Ketika prosesi haji selesai, para jamaah pun mengunjungi madinah untuk menziarahi kubur Nabi. Maka mereka bertemu dengan Imam Malik dan belajar kepadanya. Namun, dari sekian banyak murid beliau, ada sosok sosok terkenal di antara mereka, yaitu ;
1.      Abdullah bin Wahab bin Muslim al Qursyi (197 H). beliau belajar fiqh dan menemani Imam Malik selama 20 tahun kemudian menyebarkan madzhab Maliki di Mesir
2.      Abdullah bin Abdul Hakam (155 H-Ramadhon 214 H). beliau meriwayatkan Al Muwaththo’  dan merupakan sahabat Imam Malik yang paling mengerti perbedaan ucapannya. Beliau menjabat sebagai ketua madzhab di Mesir setelah Asyhab, dan dimakamkan di samping makam Imam Syafi’i
3.      Abdurrahman bin Al Qosim al Mishriy (191 H di Mesir). Adalah pribadi yang paling memahami Imam Malik dan paling mengerti pendapat pendapatnya. Bersama Imam Malik selama 20 tahun.
4.      Asyhab bin Abdul Aziz al Mishriy (140-204 H). Nama aslinya adalah Miskin, adapun Asyhab adalah julukan atas kepemimpinannya dalam Madzhab Malik setelah meninggalnya Ibnu al Qosim. Meninggal 18 hari setelah meninggalnya Imam Syafi’i.
Beliau Imam Malik telah menuangkan ilmu dan pemikirannya yang agung dalam beberapa karya yang terkenal, seperti ;
1.      Al Muwaththo’ , kitab ini dianggap setara dengan Shohih Bukhori dan Shohih Muslim sebagai 3 kitab paling Shohih di kalangan ahlu sunnah.
2.      Risaalah fil Qodr wa Raddu ‘ala al Qodariyyah
3.      Risaalah ilaa al Laits bin Sa’ad fii Ijmaa’I Ahli al Madiinah
4.      Kitab fii Tafsiiri Ghariibi al Qur_an
Landasan dalil
Berikut ini adalah beberapa Landasan dalil yang digunakan Imam Malik dan pengikutnya
1.      Al Qur’an Al Kariim                          
2.      As Sunnah An Nabawiyyah               7.         Al Mashlahah Al Mursalah
3.      Al ijma’                                                           8.         Al ‘urfu wal ‘adah
4.      Ijma’ penduduk Madinah                   9.         Istishab
5.      Qiyas                                                   10.       Istihsan
6.      Perkataan sahabat Rasulullah              11.       Saddu adz dzara-I’
Imam Malik meninggal tahun 179 H di Madinah, dimakamkan di Baqi’, di samping makam Syaikhnya yaitu Nafi’.
Madzhab Malik telah tersebar luas di beberapa kawasan. Seperti Mesir, Spanyol, dan Tunisia.
Beberapa karya tulis fiqh dalam madzhab maliki
Terdapat beberapa kitab utama yang dijadikan rujukan oleh pengikut madzhab maliki. Namun perlu adanya penjelasan awal mengenai hubungan antara ilmu fiqh itu sendiri, hadits dan kedudukan imam malik. Pada zaman itu, ilmu hadits belumlah mencapai fase sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri, begitu juga fiqh. Namun keduanya becampur  dan saling berkaitan. Misalnya, seorang faqih meriwayatkan sebuah hadits yang terdapat penjelasan dan pengambilan kesimpulan hukum, maka dia disebuh ahli hadits berdasarkan kegiatannya meriwayatkan hadits, bersamaan dengan penyebutan faqih  padanya atas usahanya mengambil istinbath. Bila seseorang, focus dalam pengambilan kesimpulan hukum dari ayat Al Qur’an dan hadits setelah mengetahui keshohihan hadits tersebut, maka dia disebut faqih. Al muhaddits adalah orang yang focus dalam mempelajari kesahihan riwayat dan keadilan rawi rawinya
Dan Imam Malik adalah figure  yang memenuhi kapabilitas sebagai seorang faqih sekaligus muhaddits.
Cabang ilmu fiqh sampai kepada kalangan pengikut maliki dengan dua cara
1.      Dengan perantara kitab al Muwaththo’
2.      Sahabat imam Malik menukil riwayat dari beliau dalam berbagai masalah yang beragam.
Kitab kitab terpenting dalam madzhab Maliki
1.      Al Muwaththo’
·         Kitab yang dinisbatkan kepada Imam Malik, karena beliaulah yang mengarangnya dengan maksud takut akan hilangnya ilmu dengan kematian pemiliknya. Telah tersebar dengan penukilan orang orang mulia karena keikhlasan pengarangnya. Walaupun terdapat kitab lainnya yang senama namun tetap saja bila disebutkan Al Muwaththo’, persepsi oranag akan kembali kepada kitab milik Imam Malik
·         Mencakup hadits dan fiqh secara bersamaan
·         Yang pertama kali menjadikan Muwaththo’ sebagai pedoman adalah penduduk Madinah dipelopori oleh Abdul Aziz bin Abdullah al Majisyun
·         Kitab ini disusun berdasarkan permintaan Abu Ja’far al Manshur kepada Imam Malik. Maka tersusunlah kitab yang terkumpul di dalamnya perkara perkara yang tawasuth, dan sesuai dengan kesepakatan para sahabat
·         Namun Khalifah punya maksud lain dengan penyusunan kitab ini, yaitu untuk menyatukan perundang undangan di setiap negeri berdasarkan semakin banyaknya perbedaan diantara fuqoha’ dengan semakin meluasnya daerah penyebaran Islam.
·         Penyusunan kitab ini dimulai tahun 148 H sampai 159 H, kurang lebih selama 11 tahun. Setiap kali Imam Malik mengedit kitab ini, beliau menghapus detail detail yang terulang.
·         Khalifah mencoba untuk menjadikan Al Muwaththo’ sebagai undang undang umum yang menjadi pedoman setiap hakim dalam hukum dan undang undang. Namun Imam Malik tidak senada dengan persepsi khalifah, “sesunggunya para sahabt Nabi saja berselisih dalam hal hal furu’. Dan berpisah pisah dalam pengembaraan, maka setiap mereka memilki pendapat yang benar.
·         Metode penyusunan kitab ini dengan mengumpulkan hadits hadits yang shohih, mengumpulkan fiqh yang sesuai dengan konteks masyarakat Madinah dengan landasan landasannya. Sehingga jadilah kitab yang mencakup di dalmnya hadits, sunnah, dan fiqh
·         Abu Bakar al Abhariy menyebutkan bahwa dalam kitab Al Muwaththo’ terdapat hadits Nabi, pendapat sahabta, fatwa fatwa tabi’in . 600 hadits musnad, 222 hadits mursal, 913 hadits yang mauquf di sahabat, dan 285 perkataan tabi’in.
·         Imam Malik menyusun kitab ini dengan meriwayatkan hadits dari dari sejumlah orang, kurang lebih 95 orang. 85 sahabt Nabi, 13 wanita.
·         Terdapat 84 orang dari kalangan tabi’in yang meriwayatkan hadits dari beliau. Semuanya adalah penduduk madinah kecuali 7 orang yaitu, Abu Zubair (Makkah), Hamid Thowil dan Ayub As Sakhtiyaani (Bashrah), Atha’ bin Abdullah (Khurosan), Abdul Karim bin Malik (Jazirah), Ibrahim bin Ubay (syam)
·         Lebih dari 60 murid beliau melakukan talaqqi kitab ini. Terdapat 12 jalur periwayatan kitab ini. Namun yang pasti hanya 2 riwayat saja yaitu riwayat Muhammad bin Al hasan asy Syaibani, seorang sahabt Abu Hanifah. Dan riwayat Yahya bin Yahya al Laitsi. Riwayat al Hasan lebih sedikit dibanding milik Yahya
2.      Al Mudawwanah
·         Adalah kitab pedoman madzhab Maliki dan merupakan kitab cabang paling shohih
·         As Sahnun mengomentari kitab ini, “hendaklah kalian menggunakan kitab al Mudawwanah, sesungguhnya kitab ini berisi perkataan dan riwayat lelaki yang sholih
·         Alasan kitab ini dijadikan kitab pedoman ke-dua karena terkumpul di dalamnya pemikiran 4 mujtahid. Imam Malik, ibnu al Qosim, Abdussalam bin Said, dan Asad bin Al Faraat
·         Di dalam kitab ini terkumpul 36.000 masalah fiqh, yang diterima oleh para fuqoha’ dengan penjabaran dan pembatasan tertentu.
3.      Al Wadhihah
·         Disusun oleh Abdul Malik bin Sulaiman (238 H). dikumpulkan dari periwayatan Ibnu al Qosim, disyarh oleh Ibnu Rusydi dan tersebar di negeri Spanyol
4.      Al Mustakhrijah Al ‘Atbiyah ‘ala al Muwaththo’
·         Milik Muhammad al ‘Atbiy bin Ahmad al Qurthubiy (255 H)
·         Disusun dari riwayat langsung kepada Imam Malik, ditambah dengan banyaknya permasalahan fiqh di dalamnya. Lebih diterima dikalangan ulama’ sehingga kitab Al Wadhihah mulai mereka tinggalkan
5.      Al Muwaziyah
·         Karya Muhammad bin Ibrahim al Iskandariy (269 H), termasuk di antara kitab terbaik di kalangan maliki, mudah memahaminya,  mencakup pembahasan fiqh yang lengkap
6.      Mukhtashor Kholil
·         Karya Kholil bin Ishaq (776 H), diringkas dari semua kitab Ummahat milik Ibnu Hijab.
·         Ditulis selama lebih dari 20 tahun, memuat 400.000 permasalahan fiqh, sehingga menjadi kitab paling utama di kalangan Maliki sejak abad ke 8 Hijriyah
·         Faktanya, belum pernah ada kitab madzhab maliki yang semisal dengan Mukhtashor ini. Kitab ini pun telah disyarh kembali. Yang paling baik adalah  Mawahibul Jalil (Muhammad al Khattab, 954 H)
7.      At Ta’riifaat, karya Ibnu Jalab Muhammad bin Abdullah at Tamimi (451 H)
8.      Al Bayan wa at Takhshil, karya Ibnu Rusydi  (520 H)
9.      Ad Dakhiro, karya Syihabuddin Ahmad bin Idris (684 H), dan kitab ini adalah kitab asli di kalangan Madzhab Maliki
10.  Al Majmu’ al Fiqhi fii Maddzhab Imam Malik, karya al Amir, Muhammad bin Muhammad as Sinbawiy, merupakan ringkasan dari matan syaikh Kholil. Kemudian beliau mensyarh nya dan menambahkan catatan tepi pada bab-Dhow’u_sy syumu’ ‘alaa syarhil majmu’-
11.  Jaami’ul Ummahaat, karya ibnu Hijab Utsman bin Umar al Mishri (646 H)

0 komentar:

Posting Komentar