Oleh
: Nanang Imam Syafi’i
Ma’had
Ali Al-Islam
BIOGRAFI
IBROHIM BIN YAZID AN-NAKHOI
Nama dan nasab:
Ibrohim bin Yazid bin Qois ibnu Al-Aswad bin `Amru bin Rubai`ah bin
Dzukhl bin Sa`ad bin Malik bin Nakho` An-Nakho’i Al-Yamani Al-Kufi, kunyahnya
adalah Abu Imron.
Guru-gurunya:
Masyruq, `Alqomah bin Qois, `Ubaidah As-Salmani, Abu Zur’ah,
Al-Bajali, Khoitsamah bin `Abdurrahman, Ar-Rabi’ bin Khutsaim, Abu Sya’tsa’ Al
Muharibi, Sahm bin Minjab, Suwaid bin Ghoflah, Al-Qodli Suraih, Suraih bin
Arthah, Abu Ma`mar `Abdullôh bin Sakhbar, Ubaid bin Nadlolah, `Umaroh bin
`Umair, Abu `Ubaidah bin `Abdullôh, Abu `Abdurrohman As-Sulami, `Abdurrohman
bin Yazid, Hammam bin Al-Harits, dan beberapa guru dari kalangan kibaru
tabi’in.
Murid-muridnya:
Al-Hakam bin Utaibah, `Amru bin Murrah, Hammad bin Abi Sulaiman,
Simak bin Harb, Mughirah bin Miqsam, Abu Ma’syar bin Ziyad bin Kulaib, Abu
Husain, `Utsman bin `Ashim, Manshur bin Mu’tamar, `Ubaidah bin Muattib, Ibrohim
bin Muhajir, Al-Harits Al-Uklai, Sulaiman Al-A’masi, Ibn `Aun, Atho’ bin Saib,
Abdurrohman bin Sya’tsa’, Abdurrohman bin Syubromah, Ali bin Mudrak, Fudhoil
bin `Amru, Washil bin Hayyan, Zubaid Al-Yami, Muhammad Al-Kholid, Muhammad bin
Suqoh, Yazid bin Abi Ziyad.
Beberapa karakter yang ia miliki dan Sanjungan para ulama
terhadapnya
Adapun ibrohim annakhoi ini adalah ulama yang memiliki
karakteriaristik yang memukau. Hal ini disandarkan dari beberapa sanjungan dari
para ulama terhadapnya. Berikut sanjungan sanjungan para ulama kepada beliau:
Tholhah bin Musharri berkata: “Tidak ada seorang pun di Kufah yang
lebih aku kagumi daripada Ibrohim dan Khaitsamah.”
Ahmad bin Hambal berkata: “Ibrohim adalah orang cerdas, dia adalah
salah satu dari dua mufti Kufah (satunya lagi adalah Asy Sya’bi).”
Seluruh
ulama sepakat menyatakan bahwa ia adalah seorang yang tsiqah dan seorang ahli
dalam bidang fiqh.
Asy
Sya’by pernah berkata,” Tidak ada seorangpun yang masih hidup yang lebih
alim dari pada Ibrahim, walaupun al Hasan dan Ibnu Sirin”.
Az
Zuhrah pernah berkata,” an Nakha’iy adalah salah seorang ulama terkenal”.
Asy
Sya’by pernah berkata,” Tidak ada seorangpun yang masih hidup yang lebih
alim dari pada Ibrahim, walaupun al Hasan dan Ibnu Sirin”.
Az
Zuhrah pernah berkata,” an Nakha’iy adalah salah seorang ulama terkenal”.
Hadits
haditsnya diriwayatkan dari segolongan tabi’in, diantaranya adalah Abu Ishaq as
Subai’iy, Habib bin Abi Tsabit, Samak bin Harb, al A’masy dan Hammad bin Abu
Sulaiman gurunya Abu Hanifah.
Ibrahim
an Nakha’iy walaupun tidak meriwayatkan hadits dari seorang sahabat padahal ia
menemui segolongan dari mereka. Namaun ia mempunyai kedudukan yang tinggi dalam
bidang hadits dan dalam bidang ilmu riwayat.
Beberapa perkataannya:
Dari Syu’bah, dari Manshur, Ibrohim An-Nakha’i berkata: “Aku tidak
pernah menulis sesuatu pun.” Dari perkataannya ini bisa kita ketahui kecerdasan
dan kepandaiannya, sehingga dai tidak merasa perlu menulis ilmu yang telah ia
kuasai.
Dari Fudhoil Al-Fuqaimi, Ibrohim An Nakho’i berkata kepadaku:
“Tidaklah seseorang menulis sesutau, kecuali dia pasti akan bertawakal kapada
tulisannya.”
Hadits-haditsnya:
Beliau meriwayatkan hadits dari: `Aisyah, Zaid bin Arqom, Mughiroh
bin Syu’bah, dan Anas bin Malik. Dan yang meriwayatkan hadits darinya adalah:
Asy-Sya’bi, Manshur, Mughiroh bin Muqsim, Al-A’masi, dan lain-lain.
Salah satu pendapatnya dalam masalah fiqih adalah: memperkeras
bacaan basmalah dalam shalat adalah bid’ah.
Wafatnya:
Ada dua pendapat berkenaan dengan umur beliau, ada yang mengatakan
49 tahun dan anda yang mengatakan 58 tahun. Beliau meniggal pada tahun 96 H di
Kufah.
Dari Syu’aib bin Habhab berkata: “Aku bersama orang-orang yang
mengubur An-Nakho’i pada malam hari.” Asy-Sya’bi berkata: “Apakah kalian telah
mengubur teman kalian?” Aku menjawab: “Ya,” Asy-Sya’bi berkata lagi
“Sesungguhnya dia tidak meninggalkan seseorang yang lebih pandai darinya atau
lebih faqih darinya,” aku bertanya “Tidak juga Al-Hasan dan Ibnu Sirin?” dia
menjawab “Ya, tidak dari penduduk Bashroh, tidak dari penduduk Kufah, dan tidak
juga dari penduduk Hijaz.” Dalam riwayat lain ditambah kalimat: “Tidak juga
dari penduduk Syam.”[1]
Wallohu
Alam Bishowab
Maraji’:
Siyaru A’lam An Nubala’ 4/520-529.
NB : Artikel ini
dapat di akses di http://kajianummat.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar