Jumat, 23 November 2012

Posted by UKM Al-Islam 0 Comments Category:

“Istighotsah Dan Berdoa Kepada Selain Alloh SWT Adalah Syirik”


Oleh :Nanang Imam Syafi’i
Ma’had Aly Al_Islam

“Istighotsah Dan Berdoa Kepada Selain Alloh SWT Adalah Syirik”

1.   DEFINISI
Syaikhul islam berkata : “makna istighotsah adalah tholabul ghouts (meminta pertolongan)dalam rangka menghilangkan kesulitan.
Ulama yang lain mengatakan, perbedaan kata istighotsah dan do’a adalah : istighotsah dilakukan dalam rangka meminta diselamatkan dari suatu musibah, sedangkan do’a maknanya lebih umum, karena do’a mencangkup permohonan selamat atau untuk selainnya. Jadi setiap istighotsah adalah do’a dan bukan setiap do’a adalah istighotsah.
Adapun do’a ada 2 macam yakni : do’a sebagai ibadah dan do’a sebagai permohonan.  Ketika kata do’a disebut dalam alquran, maka terkadang memilki makna pertama dan juga terkadang memilki makna kedua. Syaikhul islam ibnu taimiyyah berkata : “setiap doa ibadah pasti mengandung do’a permohonan, dan setiap do’a permohonan mengandung unsur do’a ibadah, Alloh SWT berfirman :“berDo’alah kepada robb kamu dengan berendah diri dan suara  yang lembut, sesungguhnya Alloh SWT tidak menyukai orang orang yang melampaaui batas” (QS. Al A’raaf 7:55)” juga dalam firmannya QS. An an’am 6:40-41, QS. Al jin 72:18, QS. Ar-ra’d 13:14, dan lain lain berupa ayat semisalnya di dalam alquran. Yang pada intinya adalah mengharuskan kepada kaum muslimin agar hanya berdoa kepada Alloh SWT.

2.   BERDOA DAN ISTIGHOTSAH ADALAH IBADAH
Firman Alloh SWT Dalam al quran surat Al A’raaf 7:55 alloh swt berfirman : “berdoalah kepada robbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang orang yang melampaui batas”  ayat ini merupakan sebuah anjuran untuk berdoa, jadi pelaksanaannya adalah ibadah. Ini juga sebagaimana diterangkan dalam firmannya yakni : (QS. yunus 10:106) (QS. Yunus 10:107) (QS. Al ankabuut 29:17) (QS. Al ahqaaf 46:5-6) (QS. An-naml 27:62) Karenanya jika ibdadah tersebut dialihkan keada selain Alloh SWT, maka orang tersebut adalah musyrik.
Alloh SWT SWT berfirman : “katakanlah : hanya Alloh SWT saja yang kau sembah dengan memurnikan ketaan kepadaNya dalam menjalankan agamaku.” Qs. Az-zumar 39:14. Begitu pula dengan istighotsah pun demikian. Haruslah di niatkan hanya kepada Alloh SWT. Namun pembahasaan ini menjadi panjang ketika banyak dikalangan kaum muslimin yang tidak tahu tentang beristighotsah yang benar dan sesuai syari’at. Berikut adalah hasil dari  kajian kitab fathul majid berkeaan tentang hukum istighotsah.

3.   MACAM DAN HUKUM BERISTIGHOTSAH

a.      Beristighotsah (meminta pertolongan) kepada Alloh SWT
Hal ini tentunya disyari’atkan dalam alqur’an dan asunnah, bahwa pada hakikatnya manusia hanyalah boleh meminta pertolongan kepada Alloh SWT saja, sebagai penyebab akan hilangnya masalah yang dihadapi.
Alloh SWT berfirman :
(#qãã÷Š$# öNä3­/u %YæŽ|Øn@ ºpuŠøÿäzur 4 ¼çm¯RÎ) Ÿw =Ïtä šúïÏtF÷èßJø9$# ÇÎÎÈ
55.  Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas[549].

berdo’alah kepada robb kamu dengan berendah diri dan suara  yang lembut, sesungguhnya Alloh SWT tidak menyukai orang orang yang melampaui batas” (QS. Al A’raaf 7:55)”
hanya Alloh SWT saja yang kau sembah dengan memurnikan ketaan kepadaNya dalam menjalankan agamaku.” Qs. Az-zumar 39:14
b.      Istighotsah kepada selain Alloh dengan keyakinan bahwa yang  dimintai tolong mampu mendatangkan manfaat dan madhorot.
Perkara ini tentunya adalah harom, dan bagi yang melasanakannya adalah orang yang musyrik. karena mengadakan bagi Alloh SWT tandingan taningan. Sedang Alloh SWT berfirman :”katakanlah: mengapa kamu menyembah selain dari pada Alloh SWT, sesuatu yang tidak dapat memberikan mudhorot kepadamu dan tidak pula member manfaat’. Dan Alloh SWTlah yang maha mendengar lagi maha mengetahui.” QS. Almaidah 5:76 dan juga tertera dalam QS. Al an’am QS. Yunus 10:106, dll.
c.       Beristighotsah kepada orang yang hidup.
Hukum asalnya adalah diperbolehkan, ini sebagai mana perkataan Islam Ibnu Taimiyyah: “Dan makhluk (orang yang hidup) boleh dimintai yang demikian (bantuan) selama dalam batas yang dia mampu…, sebagaimana firman Allah  :

فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِنْ شِيعَتِهِ عَلى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ

“Maka laki-laki dari kaumnya meminta bantuan kepadanya (Musa) tuk menghadapi musuh”. (QS. Al Qashash : 15) [1]
Dan firman Alloh SWT SWT :
“dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan” al maidah :2
namun para ulama juga menjelaskan berbagai aspek yag harus diperhatikan ketika meminta tolong kepada orng yang masih hidup, berikut aspek yang ahrus diperhatikan :
1.      diperbolehkan selama ia masih menjaga tauhid dan berkeyakinan yang dimintai tolong adalah sebab dan tidak  memberikan pengaruh secara langsung untuk menghilangkan kesulitan yang ada, tanpa meyakini bahwa yang dimintai tolong mampu mendatangkakn madhorot dan manfaat.[2] Ini sebagai mana Alloh SWT berfirman :”katakanlah: mengapa kamu menyembah selain dari pada Alloh SWT, sesuatu yang tidak dapat memberikan mudhorot kepadamu dan tidak pula member manfaat’. Dan Alloh SWTlah yang maha mendengar lagi maha mengetahui.” QS. Almaidah 5:76 . Di samping itu dalam meminta pertolongan atau bantuan tidak boleh ada unsur puncak kecintaan dan perendahan diri terhadap yang dimintai pertolongan atau bantuan tersebut, karena yang demikian itu adalah ibadah, harus diperuntukkan kepada Allah semata.[3]
2.      Yang dimintai tolong yaitu yang dimintai tolong adalah orang yang hidup, hadir (ada di hadapannya), mampu untuk memberikan bantuan yang diminta, dan mendengar permintaan orang yang meminta. (dalam hal ini adalah ayng dimintai tolong juga terjangkau oleh kita, baik berupa jangkauannya dengan handphone, internet, dll)[4]
3.      Hendaknya yang dimintai tolong itu mampu, ini sebagaimana perkataan ibnu taimiyyah diatas “Dan makhluk (orang yang hidup) boleh dimintai yang demikian (bantuan) selama dalam batas yang dia mampu…,”[5]
Sedangkan beristighotsah kepada orang yang hidup tetapi tidak mampu dan dia yakin bahwa orang yang dimintai tolong tidak memiliki kekuatan rahasia (tersembunyi) adalah dilarang. Hal ini juga dipaparkan oleh syaikh fauzan dalam kitabuttauhid bahwa istighiotsah kepada manusia yang tidak mampu kecuali Alloh SWT adalah tidak diperbolehkan, seperti “hanya dia yang bisa menyembuhkan penyakit”, menghilangkan kesusahan, dan menolak bahaya, dan ini termasuk syirik besar.[6] Kita contohkan orang yang akan tenggelam meminta tolong kepada orang yang lumpuh dan sebagainya. yang demikian ini dilarang karena merupakan kesia-siaan dan pelecehan kepada orang yang dimintai tolong. Juga dikarenakan akan menimbulkan sangkaan kepada orang lain bahwa orang yang lumpuh tersebut memiliki kekuatan tersendiri sehingga bisa menolong orang lain dari bencana yang dihadapinya.
Ringkasnya adalah ketika kita meminta bantuan kepada orang lain maka harus memperhatikan :
Ø  Tauhid
Ø  Orng yang dimintai tolong adalah orang yang hidup, hadir (ada di hadapannya), mampu untuk memberikan bantuan yang diminta, dan mendengar permintaan orang yang meminta.
 Maka dalam hal ini perlu sekali kewaspadaan kita dalam meminta pertolongan kepada orang lain, jangan sampai apa yang kita lakukan berbuah sebuah pelanggaran syari’at yang telah Rosululloh sampaiikan kepada ummatnya.
d.      Berdo’a/beristighotsah kepada orang yang telah meninggal dunia
Yang seperti I ni adalah salah satu dari kemusyrikan.
Al Imam Ibnul Qoyyim berkata : “Di antara jenis-jenis kesyirikan adalah meminta berbagai macam kebutuhan kepada orang yang sudah meninggal, beritighotsah kepada mereka dan mendekatkan diri kepada mereka. Dan inilah asal dari kesyirikan yang terjadi di alam semesta. Sebab orang yang telah mati telah terputus amalnya dant idak memiliki manfaat bagi dirinya snditi apaliagi member manfaan kepada  orang yang meminta pertolongan dan meminta syafa’at melaluinya kepada Alloh SWT.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah berkata : Dan tidak boleh bagi seseorang meminta pertolongan kepada orang-orang soleh yang tidak ada (tidak hadir dihadapannya meskipun masih hidup- ed) dan tidak pula kepada orang-orang yang telah mati, sebagai contoh perkataan seperti ini : Wahai Tuanku -Fulan- tolonglah! bantulah aku, bela-lah aku dan aku sangat bergantung kepadamu! Dan perkataan semisalnya.
Dan argument dari pernyataan ini adalah hadits nabi SAW yang mengatakan bahwa “pabila anak adam telah meninggal, maka amalannya terputus, kecuali tiga perkara : shodaqoh jariyyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa seorang anak yang sholih kepada bapak ibunya”

4.   BEBERAPA SYUBHAT YANG TERJADI
Istighotsah marak diamalkan sekelompok umat Islam di Indoensia, istilah ini sering terdegnar ditelinga manusia. Ketika undangan berlabel “istighotsah” dibagikan kepada kaum muslimin  untuk dihadiri, kemudian pak lebai atau kyai kyai menjadi promotor Istighotsah, mengisyaratkan istighosah adalah suatu ajaran yang tidak boleh tidak harus di amalkan oleh umat Islam. Yakni ketika istighotsah ini sangat mudah dan sering dilakukan, kita tahu baru baru ini, ketika final piala AVV, ummat muslim Indonesia diundang  dalam sebuah acara “istighotsah” kemudian ada didalamnya ritual ritual yang seolah olah harus dilaksanakan dalam proses istighotsah.
Pertanyaannya:
Apakah benar Rosululloh menuntun ajaran istighotsah yang seperti ini?
Apakah benar ini adalah syari’at yang dilaksanakan juga oleh rosul dan para sahabat?
Jawabannya:
Tidak demikian, fenomena istighotsah secara berjama’ah  yang ada diindonesia ini tidaklah ada dalil yang menuntun untuk itu.
kita harus tahu bagaimana Rosululloh meminta pertolongan kepada Alloh ketika beliau dalam kesulitan,  dijelaskan di dalam tafsir ibnu katsir ketika Rosululloh dalam kesulilatan yang sangat pada waktu awal perang badar, Rosululloh memandang kedepan dan melihat musuh lebih dari 1000 lebih dan pasukan kaum muslimin ketika itu 300 lebih. Perilaku rosul ketika itu tidaklah menyuruh para sahabat untuk berkumpul kemudian berdoa dengan di wakili oleh nabi kemudian diamini oleh para sahabat, namun Rosululloh seketika itu langsung menghadap kiblat dan berdoa meminta pertolongan kepada Alloh untuk dimenangkan
" اللهم أين ما وعدتني، اللهم أنجز لي ما وعدتني، اللهم إن تهلك هذه العصابة من أهل الإسلام فلا تعبد في الأرض أبدا"
begitulah rosul mengajarkan.[7] Dan tidaklah ia pernah beristighotsah dengan mengundang para sahabat untuk pengkhususan dalam amalan ini.
Bahkan rosul bersabda :
وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعُوا عَلى أَنْ يَنْفَعُوك بِشَيءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَيءٍ قَّدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ
“Ketahuilah, kalau seandainya umat ini bersatu padu untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan bisa mendatangkan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah bagimu”. (HR. Ahmad dan At Tirmidzi).

Dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata : “Istighotsah adalah permintaan bantuan agar musibah (bencana) yang dihadapinya bisa hilang.[8] sedangkan istighotsah yang terkenal dikalangan kita adalah berbagai kepentingan kelompok atau perorangan atau pada acara cara kampanye partai yang dilakukan dengan motivasi jabatan atau tahta, bahkan menjadi alat kekuasaan dalam rangka menangkal lawan politiknya.

5.   BAHAYA DARI PERBUATAN SYIRIK DALAM ISTIGHOTSAH
Tafsiran Al quran surat yunus 106
a)      Memohon kepada selain Alloh SWT adalah syirik akbar.
b)      Bahwa orang paling sholih sekalipun, kalau melaukan perbuatan ini (syirik), maka ia termasuk golongan orang yang dzolom (musyrikin)
Tafsiran surat yunus ayat 107
c)      Memohon kepada selain alloh tidak akan mendatangkan manfaat duniawi, dan perbuatan itu sendiri merupakan kekafiran
Tafsiran surat al ankabut ayat 29
d)     Tiada yang lebih sesat dari pada orang yang memohon kepada sesembahan selain Alloh
e)      Permohonan itulah yang menyebabkan sesembahan selain alloh membenci dan memusuhi orang yang memohon kepadanya (pada hari kiamat)
f)       Sesembahan selain alloh itu, nanti pada hari kiamat akan mengingkari ibadah kepada sesembahan selain alloh
g)      Permohonan inilah yang menyebabkan orang menjadi paling sesat.

6.   KESIMPULAN

Dari pemaparan diatas, sudah kita pahami bahwa istighotsah hanyalah kepada Alloh SWT, dan kepada selainnya adalah syirik. Adapun diperbolehkan kepada orang hidup dengan syarat syarat yang telah disebutkan diatas. Dan harusnya kita tetap menjaga I’tiqod kita bahwa satu satunya yang berhak dan bisa mendatangkan manfaat dan madhorot hanyalah Alloh SWT semata, sedangkan selainnya hanyalah sebuah washilah.
Dan patut bagi kita semuanya untuk selalu meniru khudwah hasanah kita dalam setiap amalan, agar kita tidak masuk dalam jurang kebid’ahan yang semakin dhohir rupanya dihadapan kita.

Dinukil dari fathul majid karya syaikh abu rahman alu syaikh

Refernsi :
·         Fathu majid karya syaikh abu rahman hasan alu syaikh
·         Majmu’ Fatawa, oleh ibnu taimiyyah
·         Tafsir ibnu katsir, maktabah syamilah
·         Kitabuttauhid oleh syaikh fauzan bin abdillah al fauzan (terjemahan)



[1] (Majmu’ Fatawa juz 1, hal. 104)
[2] Fathul majid syaikh ibnu hajjar al ‘atsqolani
[4] ibid
[5] Majmu’ Fatawa juz 1, hal. 104
[6] Kitabuttauhid oleh syaikh fauzan bin abdillah al fauzan (terjemahan) hal 90
[7] Tafsir ibnu katsir, maktabah syamilah juz 4 hal 18
[8] (Majmu’ Fatawa Juz 1, hal. 103),

0 komentar:

Posting Komentar