Selasa, 18 Desember 2012

Posted by UKM Al-Islam 0 Comments Category: ,

MENGERASKAN BACAAN DALAM SHOLAT SUBUH DAN MEMBACA UNTUK JIN



MENGERASKAN BACAAN DALAM SHOLAT SUBUH DAN MEMBACA UNTUK JIN
Oleh : Andi, Indra, Obey

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ خَالِدٍ عَنْ أَبِي مَعْشَرٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ لَمْ أَكُنْ لَيْلَةَ الْجِنِّ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَوَدِدْتُ أَنِّي كُنْتُ مَعَهُ
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Khalid bin Abdullah dari Khalid dari Abu Ma'syar dari Ibrahim dari 'Alqamah dari Abdullah dia berkata, "Tidaklah aku berada pada malam jin (waktu belajarnya para jin) bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (melainkan) aku pasti ingin bersama beliau."
Takhrij hadits
1.      Shahih Muslim (kitab Sembilan) hadits nomer 683
2.      Fathul mun’im syarhu shohih muslim nomer 824, juz 2, hal 623
3.      penjelasan hadits dibawah ini dinukil dari hadits sebelumnya yang senada. Yaitu hadits nomer 819 dalam kitab Fathul mun’im syarhu shohih muslim
Biografi Rawi a’la ; Abdullah bin Mas’ud
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil al-Hudzali. Nama julukannya “Abu Abdirahman”. Ia sahabat ke enam yang paling dahulu masuk islam. Ia hijrah ke Habasyah dua kali, dan mengikut semua peperangan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Dalam perang Badar, Ia berhasil membunuh Abu Jahal.
Menurut para ahli hadits, kalau disebutkan “Abdullah” saja, yang dimaksudkan adalah Abdullah bin Mas’ud ini. Sanad paling shahih yang bersumber dari padanya ialah yang diriwayatkan oleh Suyan ats-Tsauri, dari Mansyur bin al-Mu’tamir, dari Ibrahi, dari alqamah. Sedangkan yang paling dlaif adalah yang diriwayatkan oleh Syuraik dari Abi Fazarah dari Abu Said. Ia meriwayatkan hadits dari Umar dan Sa’ad bin Mu’adz. Yang meriwayatkan hadits darinya adalah Al-Abadillah (“Empat orang yang bernama Abdullah”), Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah, Abu Musa al-Asy’ari, Alqamah, Masruq, Syuraih al-Qadli, dan beberapa yang lain. Jumlah hadits yang ia riwayatkan mencapai 848 hadits.

Dalam soal harta, ia tak punya apa-apa, tentang perawakan ia kecil dan kurus, apalagi dalam seal pengaruh, maka derajatnya jauh di bawah ….Tapi sebagai ganti dari kemiskinannya itu, Islam telah memberinya bagian yang melimpah dan perolehan yang cukup dari pebendaharaan Kisra dan simpanan Kaisar. Dan sebagai imbalan dari tubuh yang kurus dan jasmani yang lemah, dianugerahi-Nya kemauan baja yang dapat menundukkan para adikara dan ikut mengambil bagian dalam merubah jalan sejarah. Dan untuk mengimbangi nasibnya yang tersia terlunta-lunta, Islam telah melimpahinya ilmu pengetahuan, kemuliaan serta ketetapan, yang menampilkannya sebagai salah seorang tokoh terkemuka dalam sejarah kemanusiaan.
Sungguh, tidak meleset kiranya pandangan jauh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau mengatakan kepadanya : “Kamu akan menjadi seorang pemuda terpelajar”. Ia telah diberi pelajaran oleh Tuhannya hingga menjadi faqih atau ahli hukum ummat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan tulang punggung para huffadh al-Quranul Karim .
Dan bukan hanya keunggulannya dalam al-Quran dan ilmu fiqih saja yang patut beroleh pujian, tetapi juga keunggulannya dalam keshalihan dan ketaqwaan. Beliau datang ke Medinah dan sakit disana kemudian wafat pada tahun 32 H dan dimakamkan di Baqi, Utsman bin ‘Affan ikut menshalatkannya.
Pendahuluan
            Jin adalah salah satu makhluk ciptaan Allah, mereka dapat melihat kita sedangkan kita tidak dapat melihat mereka. Di antara mereka ada yang muslim dan adil, ada juga yang membuat kerusakan di bumi. Iblis dan keturunannya memusuhi Adam dan selalu berusaha membawa mereka dalam kesesatan. Di antara trick mereka adalah dengan naik ke langit, berusaha mencuri dengar percakapan malaikat tentang urusan yang diberikan kepada mereka. Kemudian turun ke bumi dan membawa berita ghaib tersebut dan mencampur dengan berita berita dusta serta memberitahukannya kepada para dukun.
            Kemudian Allah mengutus Muhammad sebagai Nabi, sekaligus sebagai senjata dan perlindungan dari usaha kotor syaithon yang terkutuk dari mencuri kabar dari langit. Begitulah mereka selalu berusaha untuk menembus langit namun yang mereka dapati adalah rapatnya langit dengan penjaga dan adanya bintang yang akan dilemparkan kepada mereka. (Al Qur’an surat Al Jin ayat 8-9)
            Suatu ketika, Rasulullah melasanakan sholat subuh bersama sahabat sahabatnya di lembah Nakhlah antara Makkah dan Thoif. Beliau membaca Al Qur’an dan mengeraskan suaranya. Ternyata ada sekelompok jin yang mendengarkan bacaan beliau, mereka mendengarkan dengan baik baik dan seksama, mereka mengetahui banyak yang terkandung dalam Taurat dan Injil juga keistimewaan kalamullah. Maka sungguh apa yang mereka dengar pada hari itu bukanlah ucapan manusia, maka kemudian mereka beriman dengan kalamullah tersebut. (Al Ahqof 29-31) maka Allah menurunkan ayat kepada Nabi-Nya surat Al Jin ayat 1-2 untuk memberitahukan bahwa jin mendengar bacaan Qur’n nya.
Imam Muslim, menjelaskan bahwa hadits ini dimaksudkan sebagai pengambilan dalil untuk mengeraskan bacaan pada sholat shubuh, berdasarkan bahwa jin mendengarkan bacaan Rasul saat beliau melaksanakan sholat shubuh.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwa Nabi bersabda,”Aku diperintahkan untuk membacakan Al Qur’an kepada bangsa jin, siapakah di antara kalian yang hendak ikut bersamaku?” Maka para sahabat diam, Rasul bertanya kedua kalinya, mereka tetap diam, dan Rasul bertanya ketiga kalinya, maka Ibn Mas’ud berkata,”Aku berangkat bersamamu wahai Rasul.”  Maka bergegaslah hingga sampai di Jahun, dekat kaum Abu Dab yang di dalamnya terdapat makam ibunda Nabi Aminah binti Wahab. Rasul mendahuluiku satu langkah dan berkata, “jangan kau langkahi itu(kubur Ibu)!” kemudian beranjak menuju Jahun, maka beliau berjalan jinjit pada dataran landai. Mereka berhati hati terhadap batu batu di kaki mereka, berjalan sambil memukul rebana sebagaimanan wanita memukul rebana mereka. Sampai pada akhirnya mereka menghilang dan aku tidak melihatnya. Maka aku berdiri, dan beliau member isyarat dengan tangnnya agar aku duduk dan kemudian beliau membaca Al Qur’an. Suara beliau tetap nyaring, hingga mereka menempel pada bumi sampai aku tidak melihat mereka. Rasul bersabda,”apakah engkau ingin kemari?” “ya wahai rasul.” “mereka adalah jin yang dating untuk mendengarkan Al Qur’an, kemudian kembali kepada kaumnya untuk memberikan peringatan. Mereka meminta bekal, maka aku membekali mereka dengan tulang dan kotoran.
Pada saat shalat subuh, Rasulullah tidak memaksudkan bacaan Qur’an yang beliau keraskan untuk diperdengarkan kepada bangsa Jin, dan beliau tidak mengetahui bila bangsa jin me’ndengarkannya sebelum Allah memberitahukan hal tersebut.  Dan pada kesempatan berikutnya, Rasul menyengaja mendatangi mereka untuk membaca Al Qur’an. Rasul mengetahui mereka, mereka bertanya kepada beliau dan beliau menjawabnya.
Bangsa Jin datang dua kali menghadap Nabi Muhammad. Yang pertama di Makkah sebagaimana disebutkan ibn Mas’ud, yang kedua di Nakhlakh sebagaimana disebutkan Ibn Abbas. Ada beberapa hal menarik yang berkaitan dengan jin yang layak kita ketahui.
1.      Kebanyakan ahli filsafat, orang orang zindik, Qodariyah mengingkari keberadaan mereka. Sebagian mereka mengakui keberadaan mereka pada zaman dahulu, namun mengingkari keberadaannya pada saat ini. Sebagian yang lain mengakui keberadaan mereka namun menolak tentang adanya hubungan jin dengan manusia, pengaruhnya, dan gangguan bangsa jin kepada manusia. Namun kalangan Ahlu sunnah mengakui akan keberadaan mereka juga korelasinya dengan manusia.
2.      Terdapat perbedaan pandangan mengenai asalnya. Katanya, asalnya adalah anak iblis, yang kafir disebut syaiton, dan yang selainnya bukan syaithon. Allah menciptakan jin 2 ribu tahun sebelum Adam. Jin sebagai penghuni bumi, dan malaikat menghuni langit. Semua perkataan ini bersumber dari cerita isroiliyyat yang tidak dapat dijadikan sandaran
3.      Mengenai ciri ciri jin, Abu ya’la bin al Fara menyebutkan bahwa bangsa jin memiliki tubuh yang tersusun, kepribadian yang bermacam macam, bias lemah lembut, bias juga kasar. Imam Syafi’I berkata,”barangsiapa berasumsi bahwa dia menyaksikan jin, maka menurut kami, dia telah batal syahadatnya, kecuali para Nabi. Dan barangsiapa berasumsi melihat sesuatu dari mereka setelah berubah wujud, maka dia tidak tercela. Karena telah banyak berita tentang perubahan mereka kedalam wujud wujud tertentu.
4.      Bangsa jin juga makan dan minum, jin beriman makan tulang yang telah dibacakan nama Allah. Dan jin kafir memakan selain itu. Dan mereka juga menikah sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar Rahman 56 dan Al Kahfi 50
5.      Bangsa Jin juga terkena taklif. Mereka terkena taklif dalam bidang tauhid dan rukun Islam. Adapun pada perkara perkara cabang, terdapat perselisihan pendapat di dalamnya.
6.      Tentang nabi dari bangsa jin, dapat ditelaah ayat al Qur’an dalam Surat Al An’am 130. Jumhur ulama’ menyebutkan bahwa pengertian Rusul dalam ayat tersebut adalah, Rasul dari bangsa manusia adalah Rasul dari sisi Allah. Adapun Rasul bangsa jin menurut jumhur ulama’ adalah rasul yang diutus Allah di bumi untuk mendengarkan ucapan Rasul bangsa manusia untuk kemudian disampaikan kepada kaumnya. Ibnu Hajar menetapkan hal itu dengan hadits yang jelas, “Adapun para Nabi diutus kepada kaumnya saja, maka aku diutus kepada bangsa manusia dan jin.”
7.      Dan apakah mereka juga mendapatkan balasan yang baik? Jumhur berpendapat bahwasannya mereka juga mendapatkan pahala atas amal kebaikan mereka. Adapun dalil yang menunjukkan bahwa mereka juga masuk surga di antaranya ; Al Ahqof 18, 19
8.      Bangsa jin, mencoba mencuri berita dari langit. Adapun penjagaan langit telah ada sebelum pengutusan Nabi Muhammad. Keberadaan meteor yang Nampak, tentu ada sebabnya, akan tetapi penggunaannya untuk melempar syaithon dan membakarnya belum terjadi sebelum pengutusan Nabi Muhammad. Ibnu Abbas berkata,”Dahulu syaithon tidak dihalangi untuk mencapai langit, ketika Nabi Isa lahir, sepertiga langit terhalang untuk mereka. Dan ketika Nabi kita Nabi Muhammad lahir, seluruh langit terhalang untuk mereka.
9.      Ringkasnya, penjagaan langit dan bintang yang dilemparkan belum benar benar diterapkan sebelum diutusnya Nabi Muhammad. Meteor pun belum digunakan keculai untuk perkara yang besar. Bilapun digunakan, frekuensinya rendah dan penggunaan meteor yang dibakar adalah setelah nubuwah.
10.  Penulis, Imam Muslim menyebutkan bahwa dirinya tidak dapat memutuskan hal hal tersebut di atas dengan akalnya, sedangkan perkara ghaib dan ta’wil adalah hal yang enak untuk diperbincangkan. Wallahu a’lam
11.  Bangsa jin beriman ketika mendengar bacaan Al Qur’an, maka bagi siapa saja yang beriman saat mendengarnya agar mengetahui kebenaran mu’jizatnya.
12.  Bagi iblis, golongan yang beriman hanya karena mendengar al Qur’an adalah golonganyang berada pada kedudukan paling buruk. Semisal kisah penyihir fir’aun
Tema dakwah
1.      Tauhid, perkara pokok yang senantiasa harus didakwahkan
2.      Dakwah kepada bangsa jin, satu yang paling mungkin dan secure adalah dengan nyaring membaca ayat al Qur’an
3.      Di antara adab sebelum makan adalah membaca bismillah
4.      Urgensi ilmu, masalah ghaibiyah adalah perkara yang mebutuhkan rujukan dalil yang kuat bila hendak memperbincangkannya. Hindari menggunakan asas menduga duga dalam hal ini.
Metode dakwah
Terdapat beberapa metode dakwah yang terkandung dalam hadits ini, juga hadits yang senada dengannya. Di antaranya ;
1.      Vocal, dengan membacakan ayat Al Qur’an. Terlepasa dari fakta bahwa Al Qur’an adalah mu’jizat terbesar, membacanya dengan jahr atau dengan mengeraskan suara adalah bentuk dari menyeru kepada bangsa jin.
2.      Offering, atau menawarkan sesuatu kepada objek dakwah. Dalam beberapa aspek kehidupan, ada hal hal kecil yang bersifat ringan namun esensinya agung, mudah diterima bila didakwahkan dengan cara ini. Sebagaimana tawaran Nabi kepada sahabatnya untuk menemani membaca Al Qur’an untuk bangsa jin. Dan sudah lazim bila penawaran tidak cukup berhasil bila dlakukan hanya sekali. Perlu beberapa kali untuk meyakinkan objek dakwah untuk menerima tawaran tersebut.
3.      Discuss, berbincang bincang. Ada beberapa hal yang akhirnya diketahui Nabi mengenai detail kecil bangsa jin, dan bangsa jin ketahui dari banyak hal yang mereka dapatkan dari bincang bincang dengan Nabi Muhammad. Maka perlu bagi para juru dakwah untuk menjalin keakraban dengan para objek dakwah dalam obrolan santai yang insya Allah dapat memudahkan mereka menyampaikan problema yang mereka alami untuk mendapatkan way out atau solusi tepat sesuai Qur’an dan sunnah. Yang mana problem tersebut, enggan atau tidak mungkin mereka ungkap dalam forum forum dakwah resmi.
Karasteristik  da’i
1.      Responsible, bertanggung jawab atas objek dakwahnya. Rasul mencontohkan bahwa beliau menjalankan mandate yang diberikan kepada beliau sebagai rasul bagi seluruh alam, bagai bangsa manusia, juga jin.
2.      Care, pengertian. Rasul memilih untuk melakukan penawaran kepada para sahabat untuk menemaninya. Beliau lakukan karena beliau ngerti keadaan dan kesibukan para sahabat. Oleh karena itu beliau tidak memaksakan dengan perintah dan titahnya, walaupun segala yang diperintahakan oleh Nabi, toh para sahabat akan meng iya kan dengan sepenuh hati dan tanggung jawab total.
3.      Fair and equitable, adil. Itulah karakter mulia yang Nabi ajarkan kepada umatnya. Saat beliau memberikan penawaran, beliau tidak memaksa. Saat yang menerima tawaran hanya seorang jua, Nabi kemudian tidak menggerutu, menampakkan aksen kesal kepada sahabat lainnya atau bahkan menyakiti perasaan mereka dengan ungkapan miring menyindir atau menabrak dengan menyebut nyebut pemberian dan jasa. Karena sifat penawaran adalah “yang mau saja”. Cukuplah penyesalan bagi orang yang enggan sebagai hukuman abstrak atas amal sholih yang terlewat percuma, tidak perlu ada komentar terlebih cacian.
4.      Curious, ingin tahu. Yang menjadikan manusia punya hasrat untuk survive adalah adanya rasa ingin tahu. Bagi seorang da’I, rasa ingi tahu yang kuat akan sangat membantu dakwahnya di samping juga memperluas wawasannya. Hal itu telah dicontohkan ibnu mas’ud dengan keikutsertaannya menemani nabi berdakwah kepada bangsa jin. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa da’I harus selalu punya semangat untuk maju, to be better than anyone else.
5.      Enthusiasm,  ketertarikan yang kuat dalam ilmu pengetahuan islam, satu sisi penting dari banyak aspek yang sudah selayaknya dimiliki da’i. bangsa jin saja bersemangat mencari kebenaran, maka sudah selayaknya para dai untuk lebih bersemangat karena posisinya sebagai pembawa kebenaran.
6.      Jujur, baik hati dan tidak sombong, tidak boros serta suka menolong
Sebagai epilog, ada baiknya bila berisi seruan untuk senantiasa bertaqwa dan bertawakkal kepada Allah. Menambah semangat dalam menuntu ilmu dan mengamalkannya. Serta menambah kepekaan dan tanggung jawab dalam mendakwahkan Islam dan ajarannya kepada seluruh alam. Meliputi bangsa manusia dengan menerapkan metode yang beragam dan selalu berkembang, dan kepada bangsa jin dengan metode yang ada dengan tetap sesuai dengan yang digariskan Allah dan Rasul Nya serta senantiasa memohon taufiq, perlindungan dan pertolongan-Nya. Wallahu a’lam bish showab.

Referensi
1.      Fathul Mun’im syarhu Shohih Muslim, DR Musa Syahin
2.      Jami’ul bayan fii Ta’wiilil Qur’an, Abu Ja’far Ath Thobari
3.      Al-Ishabah: Ibn Hajar Asqalani no.4945.

0 komentar:

Posting Komentar