MENGERASKAN
BACAAN DALAM SHOLAT SUBUH DAN MEMBACA UNTUK JIN
Oleh : Andi,
Indra, Obey
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ خَالِدٍ عَنْ أَبِي مَعْشَرٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ لَمْ أَكُنْ لَيْلَةَ الْجِنِّ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَوَدِدْتُ أَنِّي كُنْتُ مَعَهُ
Telah menceritakan kepada kami Yahya
bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Khalid bin Abdullah dari Khalid dari
Abu Ma'syar dari Ibrahim dari 'Alqamah dari Abdullah dia berkata,
"Tidaklah aku berada pada malam jin (waktu belajarnya para jin) bersama
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (melainkan) aku pasti ingin bersama
beliau."
Takhrij hadits
1. Shahih Muslim (kitab Sembilan) hadits
nomer 683
2. Fathul mun’im syarhu shohih muslim
nomer 824, juz 2, hal 623
3. penjelasan hadits dibawah ini dinukil
dari hadits sebelumnya yang senada. Yaitu hadits nomer 819 dalam kitab Fathul
mun’im syarhu shohih muslim
Biografi Rawi a’la ; Abdullah bin
Mas’ud
Nama lengkapnya
adalah Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil al-Hudzali. Nama julukannya “Abu
Abdirahman”. Ia sahabat ke enam yang paling dahulu masuk islam. Ia hijrah ke
Habasyah dua kali, dan mengikut semua peperangan bersama Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wassalam. Dalam perang Badar, Ia berhasil membunuh Abu Jahal.
Menurut para ahli
hadits, kalau disebutkan “Abdullah” saja, yang dimaksudkan adalah Abdullah bin
Mas’ud ini. Sanad paling shahih yang bersumber dari padanya ialah yang
diriwayatkan oleh Suyan ats-Tsauri, dari Mansyur bin al-Mu’tamir, dari Ibrahi,
dari alqamah. Sedangkan yang paling dlaif adalah yang diriwayatkan oleh Syuraik
dari Abi Fazarah dari Abu Said. Ia meriwayatkan hadits dari Umar dan Sa’ad bin
Mu’adz. Yang meriwayatkan hadits darinya adalah Al-Abadillah (“Empat orang yang
bernama Abdullah”), Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah, Abu Musa al-Asy’ari,
Alqamah, Masruq, Syuraih al-Qadli, dan beberapa yang lain. Jumlah hadits yang
ia riwayatkan mencapai 848 hadits.
Dalam soal harta,
ia tak punya apa-apa, tentang perawakan ia kecil dan kurus, apalagi dalam seal
pengaruh, maka derajatnya jauh di bawah ….Tapi sebagai ganti dari kemiskinannya
itu, Islam telah memberinya bagian yang melimpah dan perolehan yang cukup dari
pebendaharaan Kisra dan simpanan Kaisar. Dan sebagai imbalan dari tubuh yang
kurus dan jasmani yang lemah, dianugerahi-Nya kemauan baja yang dapat
menundukkan para adikara dan ikut mengambil bagian dalam merubah jalan sejarah.
Dan untuk mengimbangi nasibnya yang tersia terlunta-lunta, Islam telah
melimpahinya ilmu pengetahuan, kemuliaan serta ketetapan, yang menampilkannya
sebagai salah seorang tokoh terkemuka dalam sejarah kemanusiaan.
Sungguh, tidak
meleset kiranya pandangan jauh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
beliau mengatakan kepadanya : “Kamu akan menjadi seorang pemuda terpelajar”. Ia
telah diberi pelajaran oleh Tuhannya hingga menjadi faqih atau ahli hukum ummat
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan tulang punggung para huffadh
al-Quranul Karim .
Dan bukan hanya
keunggulannya dalam al-Quran dan ilmu fiqih saja yang patut beroleh pujian,
tetapi juga keunggulannya dalam keshalihan dan ketaqwaan. Beliau datang ke
Medinah dan sakit disana kemudian wafat pada tahun 32 H dan dimakamkan di Baqi,
Utsman bin ‘Affan ikut menshalatkannya.
Pendahuluan
Jin
adalah salah satu makhluk ciptaan Allah, mereka dapat melihat kita sedangkan
kita tidak dapat melihat mereka. Di antara mereka ada yang muslim dan adil, ada
juga yang membuat kerusakan di bumi. Iblis dan keturunannya memusuhi Adam dan
selalu berusaha membawa mereka dalam kesesatan. Di antara trick mereka adalah
dengan naik ke langit, berusaha mencuri dengar percakapan malaikat tentang
urusan yang diberikan kepada mereka. Kemudian turun ke bumi dan membawa berita
ghaib tersebut dan mencampur dengan berita berita dusta serta memberitahukannya
kepada para dukun.
Kemudian
Allah mengutus Muhammad sebagai Nabi, sekaligus sebagai senjata dan
perlindungan dari usaha kotor syaithon yang terkutuk dari mencuri kabar dari
langit. Begitulah mereka selalu berusaha untuk menembus langit namun yang
mereka dapati adalah rapatnya langit dengan penjaga dan adanya bintang yang
akan dilemparkan kepada mereka. (Al Qur’an surat Al Jin ayat 8-9)
Suatu
ketika, Rasulullah melasanakan sholat subuh bersama sahabat sahabatnya di
lembah Nakhlah antara Makkah dan Thoif. Beliau membaca Al Qur’an dan
mengeraskan suaranya. Ternyata ada sekelompok jin yang mendengarkan bacaan
beliau, mereka mendengarkan dengan baik baik dan seksama, mereka mengetahui
banyak yang terkandung dalam Taurat dan Injil juga keistimewaan kalamullah.
Maka sungguh apa yang mereka dengar pada hari itu bukanlah ucapan manusia, maka
kemudian mereka beriman dengan kalamullah tersebut. (Al Ahqof 29-31) maka Allah
menurunkan ayat kepada Nabi-Nya surat Al Jin ayat 1-2 untuk memberitahukan
bahwa jin mendengar bacaan Qur’n nya.
Imam Muslim,
menjelaskan bahwa hadits ini dimaksudkan sebagai pengambilan dalil untuk
mengeraskan bacaan pada sholat shubuh, berdasarkan bahwa jin mendengarkan
bacaan Rasul saat beliau melaksanakan sholat shubuh.
Diriwayatkan dari
Abdullah bin Mas’ud bahwa Nabi bersabda,”Aku diperintahkan untuk membacakan Al
Qur’an kepada bangsa jin, siapakah di antara kalian yang hendak ikut
bersamaku?” Maka para sahabat diam, Rasul bertanya kedua kalinya, mereka tetap
diam, dan Rasul bertanya ketiga kalinya, maka Ibn Mas’ud berkata,”Aku berangkat
bersamamu wahai Rasul.” Maka bergegaslah
hingga sampai di Jahun, dekat kaum Abu Dab yang di dalamnya terdapat makam
ibunda Nabi Aminah binti Wahab. Rasul mendahuluiku satu langkah dan berkata,
“jangan kau langkahi itu(kubur Ibu)!” kemudian beranjak menuju Jahun, maka beliau
berjalan jinjit pada dataran landai. Mereka berhati hati terhadap batu batu di
kaki mereka, berjalan sambil memukul rebana sebagaimanan wanita memukul rebana
mereka. Sampai pada akhirnya mereka menghilang dan aku tidak melihatnya. Maka
aku berdiri, dan beliau member isyarat dengan tangnnya agar aku duduk dan
kemudian beliau membaca Al Qur’an. Suara beliau tetap nyaring, hingga mereka
menempel pada bumi sampai aku tidak melihat mereka. Rasul bersabda,”apakah
engkau ingin kemari?” “ya wahai rasul.” “mereka adalah jin yang dating untuk
mendengarkan Al Qur’an, kemudian kembali kepada kaumnya untuk memberikan
peringatan. Mereka meminta bekal, maka aku membekali mereka dengan tulang dan
kotoran.
Pada saat shalat
subuh, Rasulullah tidak memaksudkan bacaan Qur’an yang beliau keraskan untuk
diperdengarkan kepada bangsa Jin, dan beliau tidak mengetahui bila bangsa jin
me’ndengarkannya sebelum Allah memberitahukan hal tersebut. Dan pada kesempatan berikutnya, Rasul
menyengaja mendatangi mereka untuk membaca Al Qur’an. Rasul mengetahui mereka,
mereka bertanya kepada beliau dan beliau menjawabnya.
Bangsa Jin datang
dua kali menghadap Nabi Muhammad. Yang pertama di Makkah sebagaimana disebutkan
ibn Mas’ud, yang kedua di Nakhlakh sebagaimana disebutkan Ibn Abbas. Ada
beberapa hal menarik yang berkaitan dengan jin yang layak kita ketahui.
1. Kebanyakan ahli filsafat, orang orang
zindik, Qodariyah mengingkari keberadaan mereka. Sebagian mereka mengakui
keberadaan mereka pada zaman dahulu, namun mengingkari keberadaannya pada saat
ini. Sebagian yang lain mengakui keberadaan mereka namun menolak tentang adanya
hubungan jin dengan manusia, pengaruhnya, dan gangguan bangsa jin kepada
manusia. Namun kalangan Ahlu sunnah mengakui akan keberadaan mereka juga korelasinya
dengan manusia.
2. Terdapat perbedaan pandangan mengenai
asalnya. Katanya, asalnya adalah anak iblis, yang kafir disebut syaiton, dan
yang selainnya bukan syaithon. Allah menciptakan jin 2 ribu tahun sebelum Adam.
Jin sebagai penghuni bumi, dan malaikat menghuni langit. Semua perkataan ini
bersumber dari cerita isroiliyyat yang tidak dapat dijadikan sandaran
3. Mengenai ciri ciri jin, Abu ya’la bin
al Fara menyebutkan bahwa bangsa jin memiliki tubuh yang tersusun, kepribadian
yang bermacam macam, bias lemah lembut, bias juga kasar. Imam Syafi’I
berkata,”barangsiapa berasumsi bahwa dia menyaksikan jin, maka menurut kami,
dia telah batal syahadatnya, kecuali para Nabi. Dan barangsiapa berasumsi
melihat sesuatu dari mereka setelah berubah wujud, maka dia tidak tercela.
Karena telah banyak berita tentang perubahan mereka kedalam wujud wujud
tertentu.
4. Bangsa jin juga makan dan minum, jin
beriman makan tulang yang telah dibacakan nama Allah. Dan jin kafir memakan
selain itu. Dan mereka juga menikah sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar
Rahman 56 dan Al Kahfi 50
5. Bangsa Jin juga terkena taklif. Mereka
terkena taklif dalam bidang tauhid dan rukun Islam. Adapun pada perkara
perkara cabang, terdapat perselisihan pendapat di dalamnya.
6. Tentang nabi dari bangsa jin, dapat
ditelaah ayat al Qur’an dalam Surat Al An’am 130. Jumhur ulama’
menyebutkan bahwa pengertian Rusul dalam ayat tersebut adalah, Rasul dari
bangsa manusia adalah Rasul dari sisi Allah. Adapun Rasul bangsa jin menurut
jumhur ulama’ adalah rasul yang diutus Allah di bumi untuk mendengarkan
ucapan Rasul bangsa manusia untuk kemudian disampaikan kepada kaumnya. Ibnu
Hajar menetapkan hal itu dengan hadits yang jelas, “Adapun para Nabi diutus
kepada kaumnya saja, maka aku diutus kepada bangsa manusia dan jin.”
7. Dan apakah mereka juga mendapatkan
balasan yang baik? Jumhur berpendapat bahwasannya mereka juga mendapatkan
pahala atas amal kebaikan mereka. Adapun dalil yang menunjukkan bahwa mereka
juga masuk surga di antaranya ; Al Ahqof 18, 19
8. Bangsa jin, mencoba mencuri berita
dari langit. Adapun penjagaan langit telah ada sebelum pengutusan Nabi
Muhammad. Keberadaan meteor yang Nampak, tentu ada sebabnya, akan tetapi
penggunaannya untuk melempar syaithon dan membakarnya belum terjadi sebelum
pengutusan Nabi Muhammad. Ibnu Abbas berkata,”Dahulu syaithon tidak dihalangi
untuk mencapai langit, ketika Nabi Isa lahir, sepertiga langit terhalang untuk
mereka. Dan ketika Nabi kita Nabi Muhammad lahir, seluruh langit terhalang
untuk mereka.
9. Ringkasnya, penjagaan langit dan
bintang yang dilemparkan belum benar benar diterapkan sebelum diutusnya Nabi
Muhammad. Meteor pun belum digunakan keculai untuk perkara yang besar. Bilapun
digunakan, frekuensinya rendah dan penggunaan meteor yang dibakar adalah
setelah nubuwah.
10. Penulis, Imam Muslim menyebutkan bahwa
dirinya tidak dapat memutuskan hal hal tersebut di atas dengan akalnya, sedangkan
perkara ghaib dan ta’wil adalah hal yang enak untuk diperbincangkan. Wallahu
a’lam
11. Bangsa jin beriman ketika mendengar
bacaan Al Qur’an, maka bagi siapa saja yang beriman saat mendengarnya agar
mengetahui kebenaran mu’jizatnya.
12. Bagi iblis, golongan yang beriman
hanya karena mendengar al Qur’an adalah golonganyang berada pada kedudukan paling
buruk. Semisal kisah penyihir fir’aun
Tema dakwah
1. Tauhid, perkara pokok yang senantiasa
harus didakwahkan
2. Dakwah kepada bangsa jin, satu yang
paling mungkin dan secure adalah dengan nyaring membaca ayat al Qur’an
3. Di antara adab sebelum makan adalah membaca
bismillah
4. Urgensi ilmu, masalah ghaibiyah adalah
perkara yang mebutuhkan rujukan dalil yang kuat bila hendak
memperbincangkannya. Hindari menggunakan asas menduga duga dalam hal ini.
Metode dakwah
Terdapat beberapa metode dakwah yang
terkandung dalam hadits ini, juga hadits yang senada dengannya. Di antaranya ;
1. Vocal, dengan membacakan ayat Al
Qur’an. Terlepasa dari fakta bahwa Al Qur’an adalah mu’jizat terbesar,
membacanya dengan jahr atau dengan mengeraskan suara adalah bentuk dari menyeru
kepada bangsa jin.
2. Offering, atau menawarkan sesuatu
kepada objek dakwah. Dalam beberapa aspek kehidupan, ada hal hal kecil yang
bersifat ringan namun esensinya agung, mudah diterima bila didakwahkan dengan
cara ini. Sebagaimana tawaran Nabi kepada sahabatnya untuk menemani membaca Al
Qur’an untuk bangsa jin. Dan sudah lazim bila penawaran tidak cukup berhasil
bila dlakukan hanya sekali. Perlu beberapa kali untuk meyakinkan objek dakwah
untuk menerima tawaran tersebut.
3. Discuss, berbincang bincang. Ada
beberapa hal yang akhirnya diketahui Nabi mengenai detail kecil bangsa jin, dan
bangsa jin ketahui dari banyak hal yang mereka dapatkan dari bincang bincang
dengan Nabi Muhammad. Maka perlu bagi para juru dakwah untuk menjalin keakraban
dengan para objek dakwah dalam obrolan santai yang insya Allah dapat memudahkan
mereka menyampaikan problema yang mereka alami untuk mendapatkan way out atau
solusi tepat sesuai Qur’an dan sunnah. Yang mana problem tersebut, enggan atau tidak
mungkin mereka ungkap dalam forum forum dakwah resmi.
Karasteristik da’i
1. Responsible, bertanggung jawab atas
objek dakwahnya. Rasul mencontohkan bahwa beliau menjalankan mandate yang
diberikan kepada beliau sebagai rasul bagi seluruh alam, bagai bangsa manusia,
juga jin.
2. Care, pengertian. Rasul memilih untuk
melakukan penawaran kepada para sahabat untuk menemaninya. Beliau lakukan
karena beliau ngerti keadaan dan kesibukan para sahabat. Oleh karena itu beliau
tidak memaksakan dengan perintah dan titahnya, walaupun segala yang
diperintahakan oleh Nabi, toh para sahabat akan meng iya kan dengan sepenuh
hati dan tanggung jawab total.
3. Fair and equitable, adil. Itulah
karakter mulia yang Nabi ajarkan kepada umatnya. Saat beliau memberikan
penawaran, beliau tidak memaksa. Saat yang menerima tawaran hanya seorang jua,
Nabi kemudian tidak menggerutu, menampakkan aksen kesal kepada sahabat lainnya
atau bahkan menyakiti perasaan mereka dengan ungkapan miring menyindir atau
menabrak dengan menyebut nyebut pemberian dan jasa. Karena sifat penawaran
adalah “yang mau saja”. Cukuplah penyesalan bagi orang yang enggan sebagai
hukuman abstrak atas amal sholih yang terlewat percuma, tidak perlu ada
komentar terlebih cacian.
4. Curious, ingin tahu. Yang menjadikan
manusia punya hasrat untuk survive adalah adanya rasa ingin tahu. Bagi seorang
da’I, rasa ingi tahu yang kuat akan sangat membantu dakwahnya di samping juga
memperluas wawasannya. Hal itu telah dicontohkan ibnu mas’ud dengan
keikutsertaannya menemani nabi berdakwah kepada bangsa jin. Kondisi ini juga
menunjukkan bahwa da’I harus selalu punya semangat untuk maju, to be better
than anyone else.
5. Enthusiasm, ketertarikan yang kuat dalam ilmu pengetahuan
islam, satu sisi penting dari banyak aspek yang sudah selayaknya dimiliki da’i.
bangsa jin saja bersemangat mencari kebenaran, maka sudah selayaknya para dai
untuk lebih bersemangat karena posisinya sebagai pembawa kebenaran.
6. Jujur, baik hati dan tidak sombong,
tidak boros serta suka menolong
Sebagai epilog, ada baiknya bila berisi seruan
untuk senantiasa bertaqwa dan bertawakkal kepada Allah. Menambah semangat dalam
menuntu ilmu dan mengamalkannya. Serta menambah kepekaan dan tanggung jawab
dalam mendakwahkan Islam dan ajarannya kepada seluruh alam. Meliputi bangsa manusia
dengan menerapkan metode yang beragam dan selalu berkembang, dan kepada bangsa
jin dengan metode yang ada dengan tetap sesuai dengan yang digariskan Allah dan
Rasul Nya serta senantiasa memohon taufiq, perlindungan dan pertolongan-Nya.
Wallahu a’lam bish showab.
Referensi
1. Fathul Mun’im syarhu Shohih Muslim, DR
Musa Syahin
2. Jami’ul bayan fii Ta’wiilil Qur’an,
Abu Ja’far Ath Thobari
3. Al-Ishabah: Ibn Hajar Asqalani
no.4945.
0 komentar:
Posting Komentar