Syarh Matan Aqidah Thahawiyah 16-28
مَا زَالَ بِصِفَاتِهِ قَدِيمًا قَبْلَ خَلْقِهِ لَمْ يَزْدَدْ بِكَوْنِهِمْ شَيْئًا لَمْ يَكُنْ قَبْلَهُمْ مِنْ صِفَتِهِ وَكَمَا كَانَ بِصِفَاتِهِ أَزَلِيًّا كَذَلِكَ لَا يزال عليها أبديا
Dia tetap dan senantiasa dengan sifat-sifat-Nya, Maha mendahului sebelum makhluk-Nya # Sunguh sifat Allah tidak bertambah sedikit pun dengan keberadaan makhluk-Nya, yang sebelum keberadaan mereka memang bukan sifat-Nya # Dan Allah dengan sifat-sifat-Nya adalah Azali, maka dia senantiasa sengan sifat-sifat-Nya selamanya.
Imam At-thahawi berkata: ” Dialah yang Maha dahulu tanpa permulaan” yang mana tidak ada sesuatu apapun sebelum Allah subhanahu waa ta'ala, dan bahwasanya Allah subhanahu waa ta'ala yang Maha sempurna dan sifat-sifat-Nya adalah azali dan abadi, sebagaimana dia adalah yang Maha awal tanpa permulaan.
Dan sifat-sifat Allah subhanahu waa ta'ala adalah utama sebagaimana utamanya Allah subhanahu waa ta'ala, Allah subhanahu waa ta'ala memiliki sifat-sifat yang mereka itu ada, bahkan sebelum ia melakukan sesuatu hal, seperti “Maha pencipta” yang mana Allah subhanahu waa ta'ala adalah yang Maha menciptakan segala sesuatu walau sekalipun Allah subhanahu waa ta'ala tidak menciptakan sesuatu apapun. Sebagaimana yang sering di katakan oleh orang –orang sesat yang mereka mengatakan: “ mulanya Allah subhanahu waa ta'ala tidak memiliki sifat di zaman azali hinga Allah menciptakan sesuatu yang kemudian ia mensifati dirinya dengan hal tersebut”.
Allah subhanahu waa ta'ala yang telah menciptakan segala makhluk, dan kita tidak boleh mengatakan “ Dia tidak menjadi Maha pencipta kecuali setelah ia menciptakan makhluk –Nya. Akan tetapi Allah telah di namakan Maha pencipta sejak azali, tidak ada permulaan untuk itu sedangkan ia menciptakan.
ليس بعد خَلَقَ الْخَلْقَ اسْتَفَادَ اسْمَ (الْخَالِقِ) وَلَا بِإِحْدَاثِهِ البرية استفاد اسم (الباري)
Yang mana bukan setelah menciptakan atau membuat makhluk, Allah subhanahu waa ta'ala mendapatkan nama الخلق و الباري ( Yang Maha pencipta). Yang mana kesemua nama ini senantiasa tersandang pada DzatNya dan tidak ada permulaan baginya
Sebagai mana hadist yang di riwayatkan oleh sahabat muth’im tentang keagungan Allah subhanahu waa ta'ala:
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الْمَغْرِبِ بِالطُّورِ فَلَمَّا بَلَغَ هَذِهِ الْآيَةَ )أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمْ الْخَالِقُونَ أَمْ خَلَقُوا السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بَلْ لَا يُوقِنُونَ أَمْ عِنْدَهُمْ خَزَائِنُ رَبِّكَ أَمْ هُمْ الْمُسَيْطِرُون(
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca surat At Thuur pada shalat Maghrib. Tatkala sampai ayat ini; Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa?. (At Thuur: 35-37).
لَهُ مَعْنَى الرُّبُوبِيَّةِ وَلَا مَرْبُوبَ وَمَعْنَى الْخَالِقِ ولا مخلوق
Allah telah memiliki sidat rububiyah semenjak makhluk yang bertuhan belum ada, dan memiliki sifat menciptakan sebelum adanya ciptaan.
Demikian pula Allah adalah Rabb ( Yang menciptakan memberi rizki dan mengatur alam semesta)sebelum adanya makhluk yang di ciptakan di beri rizki dan di atur-Nya, Rabb maknanya adalah yang memiliki, yang bertindak, yang membimbing dan yang memimpin. Semua ini adalah sifat-sifat yang lazim bagi DzatNya, disifati dengan Rububiyah tanpa ada permulaan dan tanpa ada kesudahan sebelum ada mahluk dan sesudah binasanya semua mahluk.
وكما أنه محيي الموتى بعدما أَحْيَا اسْتَحَقَّ هَذَا الِاسْمَ قَبْلَ إِحْيَائِهِمْ كَذَلِكَ استحق اسم الخالق قبل إنشائهم
Sebagaimana Allah adalah yang Maha menghidupkan yang telah mati, Allah lah yang berhaq menyandang nama tersebut sebelum ia menghidupkan mereka demikian pula ia berhaq menyandang nama yang Maha pencipta sebelum menciptakan mereka.
Allah subhanahu waa ta'ala adalah Rabb atau sesembahan yang paling berhak menyandang nama yang Maha menghidupkan dan maha menciptakan sejak zaman azali, walaupun Allah subhanahu waa ta'ala sama sekali tidak menghidupkan sesuatu dan tidak menciptakan sesuatu, begitu pula Allah subhanahu waa ta'ala selalu menghidupkan siapa yang ia kehendaki-Nya.
ذَلِكَ بِأَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَكُلُّ شيء إليه فَقِيرٌ وَكُلُّ أَمْرٍ عَلَيْهِ يَسِيرٌ لَا يَحْتَاجُ إِلَى شَيْءٍ (لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البصير) [الشورى: 11]
Semua itu karana Allah maha kuasa atas segala sesuatu # dan segala sesuatu adalah faqir (butuh) kepada-Nya # dan segala perkara bagi-Nya adalah mudah # Allah tidak butuh kepada sesuatupun # tidak ada yang serupa dengan-Nya. Dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha melihat (QS: Asy-Syura:11).
ذَلِكَ بِأَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
‘Semua itu karana Allah maha kuasa atas segala sesuatu”
Ini adalah sifat azali, sehinga tidak dikatakan bahwasanya Allah subhanahu waa ta'ala tidak mendapatkan sifat kuasanya setelah menciptakan dan mengadakan mahluk-Nya, dan Allah subhanahu waa ta'ala mengadakan mahluk-mahlukNya adalah akibat yang muncul dari predikat yang Maha kuasa atas segala sesuatu.
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا مِنْ دَابَّةٍ وَهُوَ عَلَى جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاءُ قَدِيرٌ
“ dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan mahluk-mahluk yang melata yang dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia maha kuasa mengumpulkan semua apabila di kehendakiNya (QS: Asy-Syura’:29)
Ibnu Katsir berkata : dan diantara kekuasaan Allah subhanahu waa ta'ala ialah penciptaan langit dan bumi dan menyebarkan pada keduanya dari jin, malaikat, dan manusia yang terdiri dari berbagai suku warna kulit dan bahasa, dan dengan kekuasaan-Nya, Dia mengumpulkan semua mahluk dari yang awal diciptakan hinga yang akhir, dalam satu padang, di mana orang yang menyeru akan di dengar mereka, dan pandangan mata akan menjangkau mereka. Lalu Dia akan menghukum mereka dengan hukuman yang adil dan benar.
وَكُلُّ شيء إليه فَقِيرٌ
“dan segala sesuatu adalah faqir (butuh) kepada-Nya”
Tidak ada sesuatu apapun di alam semesta ini melainkan ia membutuhkan Allah subhanahu waa ta'ala, tidak dari malaikat tidak dari langit dan bumi, tidak pula jin dan seluruh mahluik yang ada di muka bumi, segala sesuatu adalah faqir ( butuh ) kepada Allah subhanahu waa ta'ala.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“ Hai manusia kamulah yang faqir ( membutuhkan ) Allah subhanahu waa ta'ala dan Allah Dialah yang Maha kaya ( tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha terpuji” (QS: Fathir : 15)
Dan barang siapa yang mengatakan bahwasanya para wali memiliki kuasa lebih dari kuasa yang bisa di lakukan oleh manusia biasa, yang mana mereka mampu mendatangkan manfaat dan madharat selain dari Allah subhanahu waa ta'ala. Maka itu adalah perkataan orang kafir dan orang musyrik. Para wali para malaikat para rosul tidak mungkin mereka tidak membutuhkan Allah subhanahu waa ta'ala dan tidak mungkin mereka melakukan sesuatau kecualai atas kehendak Allah subhanahu waa ta'ala.
Dan hal ini adalah bentuk perbuatan yang membatalkan ibadah seorang hamba kepada Allah subhanahu waa ta'ala. Bagaimana mungkin anda beribadah kepada mahluk Allah padahal mereka sendiri sangat membutuhkan Allah subhanahu waa ta'ala, itulah sebabnya ketika seorang ulama’ penyembah kuburan berkata kepada seorang awam dari ahli tauhid.
“ Kalian mengatakan kepada kami bahwa para wali tidak dapat memberi manfaat dan tidak dapat mendatangkan madharat”
Orang awam tersebut menjawab ‘benar” kami mengatakan bahwa para wali tidak dapat memberikan manfaat dan tidak dapat mendatangkan madharat”
Penyembah kuburan tersebut menimpali bukankah Allah subhanahu waa ta'ala berfirman:
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
“ Janganlah kamu mengira orang- orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka hidup di sisi Rabbnya dengan mendapat rizki (QS Al-Imran : 169)
Orang tauhid tersebut menjawab “Allah subhanahu waa ta'ala berfirman: ‘mereka mendapat rizki ‘ atau “mereka memberi rizki’?
Penyembah kuburan itu menjawab” Mereka mendapat rizki’
Orang bertauhid berkata “ jika demikian saya harus berdo’a kepada Dzat yang memberi rizki bukan kepada mereka yang membutuhkan rizki.
Maka ulama penyembah kuburan itu terdiam dengan hujjah yang di kemukakan oleh orang awam yang mengikuti fitrah nya tersebut.
وكُلُّ أَمْرٍ عَلَيْهِ يَسِيرٌ
# dan segala perkara bagi-Nya adalah mudah #
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
“ Sesunguhnya perintahNya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya “jadilah majadilah ia” (QS Yasin : 82)”
Sunguh semua perkara yang ada di alam semesta adalah mudah bagi Allah Ta’ala yang mana tak ada sesuatu apapun yang sulit di sisiNya, cukup Allah mengatakan “ jadi “ maka jadilah apa yang Dia kehendaki.
Begitu pula Allah Ta’ala berfirman:
مَا خَلْقُكُمْ وَلَا بَعْثُكُمْ إِلَّا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ
“ Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu dari dalam kubur melainkan hanyalah seperti hanyalah seperti membangkitkan satu jiwa saja( QS Luqman: 28)
لَا يَحْتَاجُ إِلَى شَيْءٍ
# Allah tidak butuh kepada sesuatupun #
Allah Ta’ala Maha kaya dan tidaklah Dia membutuhkan sesuatau apapun dari hamba-hambaNya, karena Dialah Maha Kaya, Dialah yang memberikan segala sesuatau kepada hambaNya
(لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البصير) [الشورى: 11]
# tidak ada yang serupa dengan-Nya. Dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha melihat (QS: Asy-Syura:11).
Ayat ini menunjukan peniadaan dalam penyerupaan kepada Allah Ta’ala yang mana pada ayat ini terdapat huruf ( ك )sebagai bentuk penegasan terhadap peniadaan tersebut, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمً
“…. Dan Allah cukup mengetahui.”(QS An –Nisa’: 70)
Yang mana pada dasarnya ayat tersebut adalah وَكَفَى اللَّهِ عَلِيمًا ( tanpa huruf Ba’) akan tetapi adanya huruf Ba’ tersebut adalah untuk mempertegas.
Dan tidak ada sesuatu apapun dari segala yang ada di alam semesta ini yang serupa denganNya, tidak para malaikat, para nabi dan rosul dan tidak pula makhluk apapun,
وهو السميع البصير
´Dan dialah yang Maha mendengar lagi Maha melihat”
Maka ayat di atas adalah bantahan Allah Ta’ala terhadap golongan Al Musyabihah ( yang menyerupakan Allah dengan Makhluk-Nya ) dan di bagian akhir adalah bantahan terhadap kelompok Al-Muathilah ( yang menafikan sifat-sifat Allah) dan ayat tersebut menunjukan bahwa menetapkan nama-nama dan sifat Allah bukan berarti menyerupakanNya dengan makhlukNya, sedangkan makhlukNya tida serupa dengan diriNya.
خلق الخلق بعمله
Allah menciptakan makhluk dengan ilmu Nya
Allah Ta’ala berfirman
أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
”Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui ( yang kamu tampakan dan yang kamu rahasiakan) dan Dia Maha halus lagi Maha mengetahui (QS AL-Mulk 14)
Maka penciptaan-Nya adalah dalil yang menunjukan bahwa Dia berilmu dan kuasa, sebagai mana firman Allah Ta’ala:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِنْ شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًا
” Dan tiada sesuataupu yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi, sesunguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha kuasa (QS, Fathir:44)
مَا زَالَ بِصِفَاتِهِ قَدِيمًا قَبْلَ خَلْقِهِ لَمْ يَزْدَدْ بِكَوْنِهِمْ شَيْئًا لَمْ يَكُنْ قَبْلَهُمْ مِنْ صِفَتِهِ وَكَمَا كَانَ بِصِفَاتِهِ أَزَلِيًّا كَذَلِكَ لَا يزال عليها أبديا
Dia tetap dan senantiasa dengan sifat-sifat-Nya, Maha mendahului sebelum makhluk-Nya # Sunguh sifat Allah tidak bertambah sedikit pun dengan keberadaan makhluk-Nya, yang sebelum keberadaan mereka memang bukan sifat-Nya # Dan Allah dengan sifat-sifat-Nya adalah Azali, maka dia senantiasa sengan sifat-sifat-Nya selamanya.
Imam At-thahawi berkata: ” Dialah yang Maha dahulu tanpa permulaan” yang mana tidak ada sesuatu apapun sebelum Allah subhanahu waa ta'ala, dan bahwasanya Allah subhanahu waa ta'ala yang Maha sempurna dan sifat-sifat-Nya adalah azali dan abadi, sebagaimana dia adalah yang Maha awal tanpa permulaan.
Dan sifat-sifat Allah subhanahu waa ta'ala adalah utama sebagaimana utamanya Allah subhanahu waa ta'ala, Allah subhanahu waa ta'ala memiliki sifat-sifat yang mereka itu ada, bahkan sebelum ia melakukan sesuatu hal, seperti “Maha pencipta” yang mana Allah subhanahu waa ta'ala adalah yang Maha menciptakan segala sesuatu walau sekalipun Allah subhanahu waa ta'ala tidak menciptakan sesuatu apapun. Sebagaimana yang sering di katakan oleh orang –orang sesat yang mereka mengatakan: “ mulanya Allah subhanahu waa ta'ala tidak memiliki sifat di zaman azali hinga Allah menciptakan sesuatu yang kemudian ia mensifati dirinya dengan hal tersebut”.
Allah subhanahu waa ta'ala yang telah menciptakan segala makhluk, dan kita tidak boleh mengatakan “ Dia tidak menjadi Maha pencipta kecuali setelah ia menciptakan makhluk –Nya. Akan tetapi Allah telah di namakan Maha pencipta sejak azali, tidak ada permulaan untuk itu sedangkan ia menciptakan.
ليس بعد خَلَقَ الْخَلْقَ اسْتَفَادَ اسْمَ (الْخَالِقِ) وَلَا بِإِحْدَاثِهِ البرية استفاد اسم (الباري)
Yang mana bukan setelah menciptakan atau membuat makhluk, Allah subhanahu waa ta'ala mendapatkan nama الخلق و الباري ( Yang Maha pencipta). Yang mana kesemua nama ini senantiasa tersandang pada DzatNya dan tidak ada permulaan baginya
Sebagai mana hadist yang di riwayatkan oleh sahabat muth’im tentang keagungan Allah subhanahu waa ta'ala:
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الْمَغْرِبِ بِالطُّورِ فَلَمَّا بَلَغَ هَذِهِ الْآيَةَ )أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمْ الْخَالِقُونَ أَمْ خَلَقُوا السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بَلْ لَا يُوقِنُونَ أَمْ عِنْدَهُمْ خَزَائِنُ رَبِّكَ أَمْ هُمْ الْمُسَيْطِرُون(
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca surat At Thuur pada shalat Maghrib. Tatkala sampai ayat ini; Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa?. (At Thuur: 35-37).
لَهُ مَعْنَى الرُّبُوبِيَّةِ وَلَا مَرْبُوبَ وَمَعْنَى الْخَالِقِ ولا مخلوق
Allah telah memiliki sidat rububiyah semenjak makhluk yang bertuhan belum ada, dan memiliki sifat menciptakan sebelum adanya ciptaan.
Demikian pula Allah adalah Rabb ( Yang menciptakan memberi rizki dan mengatur alam semesta)sebelum adanya makhluk yang di ciptakan di beri rizki dan di atur-Nya, Rabb maknanya adalah yang memiliki, yang bertindak, yang membimbing dan yang memimpin. Semua ini adalah sifat-sifat yang lazim bagi DzatNya, disifati dengan Rububiyah tanpa ada permulaan dan tanpa ada kesudahan sebelum ada mahluk dan sesudah binasanya semua mahluk.
وكما أنه محيي الموتى بعدما أَحْيَا اسْتَحَقَّ هَذَا الِاسْمَ قَبْلَ إِحْيَائِهِمْ كَذَلِكَ استحق اسم الخالق قبل إنشائهم
Sebagaimana Allah adalah yang Maha menghidupkan yang telah mati, Allah lah yang berhaq menyandang nama tersebut sebelum ia menghidupkan mereka demikian pula ia berhaq menyandang nama yang Maha pencipta sebelum menciptakan mereka.
Allah subhanahu waa ta'ala adalah Rabb atau sesembahan yang paling berhak menyandang nama yang Maha menghidupkan dan maha menciptakan sejak zaman azali, walaupun Allah subhanahu waa ta'ala sama sekali tidak menghidupkan sesuatu dan tidak menciptakan sesuatu, begitu pula Allah subhanahu waa ta'ala selalu menghidupkan siapa yang ia kehendaki-Nya.
ذَلِكَ بِأَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَكُلُّ شيء إليه فَقِيرٌ وَكُلُّ أَمْرٍ عَلَيْهِ يَسِيرٌ لَا يَحْتَاجُ إِلَى شَيْءٍ (لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البصير) [الشورى: 11]
Semua itu karana Allah maha kuasa atas segala sesuatu # dan segala sesuatu adalah faqir (butuh) kepada-Nya # dan segala perkara bagi-Nya adalah mudah # Allah tidak butuh kepada sesuatupun # tidak ada yang serupa dengan-Nya. Dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha melihat (QS: Asy-Syura:11).
ذَلِكَ بِأَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
‘Semua itu karana Allah maha kuasa atas segala sesuatu”
Ini adalah sifat azali, sehinga tidak dikatakan bahwasanya Allah subhanahu waa ta'ala tidak mendapatkan sifat kuasanya setelah menciptakan dan mengadakan mahluk-Nya, dan Allah subhanahu waa ta'ala mengadakan mahluk-mahlukNya adalah akibat yang muncul dari predikat yang Maha kuasa atas segala sesuatu.
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا مِنْ دَابَّةٍ وَهُوَ عَلَى جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاءُ قَدِيرٌ
“ dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan mahluk-mahluk yang melata yang dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia maha kuasa mengumpulkan semua apabila di kehendakiNya (QS: Asy-Syura’:29)
Ibnu Katsir berkata : dan diantara kekuasaan Allah subhanahu waa ta'ala ialah penciptaan langit dan bumi dan menyebarkan pada keduanya dari jin, malaikat, dan manusia yang terdiri dari berbagai suku warna kulit dan bahasa, dan dengan kekuasaan-Nya, Dia mengumpulkan semua mahluk dari yang awal diciptakan hinga yang akhir, dalam satu padang, di mana orang yang menyeru akan di dengar mereka, dan pandangan mata akan menjangkau mereka. Lalu Dia akan menghukum mereka dengan hukuman yang adil dan benar.
وَكُلُّ شيء إليه فَقِيرٌ
“dan segala sesuatu adalah faqir (butuh) kepada-Nya”
Tidak ada sesuatu apapun di alam semesta ini melainkan ia membutuhkan Allah subhanahu waa ta'ala, tidak dari malaikat tidak dari langit dan bumi, tidak pula jin dan seluruh mahluik yang ada di muka bumi, segala sesuatu adalah faqir ( butuh ) kepada Allah subhanahu waa ta'ala.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“ Hai manusia kamulah yang faqir ( membutuhkan ) Allah subhanahu waa ta'ala dan Allah Dialah yang Maha kaya ( tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha terpuji” (QS: Fathir : 15)
Dan barang siapa yang mengatakan bahwasanya para wali memiliki kuasa lebih dari kuasa yang bisa di lakukan oleh manusia biasa, yang mana mereka mampu mendatangkan manfaat dan madharat selain dari Allah subhanahu waa ta'ala. Maka itu adalah perkataan orang kafir dan orang musyrik. Para wali para malaikat para rosul tidak mungkin mereka tidak membutuhkan Allah subhanahu waa ta'ala dan tidak mungkin mereka melakukan sesuatau kecualai atas kehendak Allah subhanahu waa ta'ala.
Dan hal ini adalah bentuk perbuatan yang membatalkan ibadah seorang hamba kepada Allah subhanahu waa ta'ala. Bagaimana mungkin anda beribadah kepada mahluk Allah padahal mereka sendiri sangat membutuhkan Allah subhanahu waa ta'ala, itulah sebabnya ketika seorang ulama’ penyembah kuburan berkata kepada seorang awam dari ahli tauhid.
“ Kalian mengatakan kepada kami bahwa para wali tidak dapat memberi manfaat dan tidak dapat mendatangkan madharat”
Orang awam tersebut menjawab ‘benar” kami mengatakan bahwa para wali tidak dapat memberikan manfaat dan tidak dapat mendatangkan madharat”
Penyembah kuburan tersebut menimpali bukankah Allah subhanahu waa ta'ala berfirman:
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
“ Janganlah kamu mengira orang- orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka hidup di sisi Rabbnya dengan mendapat rizki (QS Al-Imran : 169)
Orang tauhid tersebut menjawab “Allah subhanahu waa ta'ala berfirman: ‘mereka mendapat rizki ‘ atau “mereka memberi rizki’?
Penyembah kuburan itu menjawab” Mereka mendapat rizki’
Orang bertauhid berkata “ jika demikian saya harus berdo’a kepada Dzat yang memberi rizki bukan kepada mereka yang membutuhkan rizki.
Maka ulama penyembah kuburan itu terdiam dengan hujjah yang di kemukakan oleh orang awam yang mengikuti fitrah nya tersebut.
وكُلُّ أَمْرٍ عَلَيْهِ يَسِيرٌ
# dan segala perkara bagi-Nya adalah mudah #
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
“ Sesunguhnya perintahNya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya “jadilah majadilah ia” (QS Yasin : 82)”
Sunguh semua perkara yang ada di alam semesta adalah mudah bagi Allah Ta’ala yang mana tak ada sesuatu apapun yang sulit di sisiNya, cukup Allah mengatakan “ jadi “ maka jadilah apa yang Dia kehendaki.
Begitu pula Allah Ta’ala berfirman:
مَا خَلْقُكُمْ وَلَا بَعْثُكُمْ إِلَّا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ
“ Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu dari dalam kubur melainkan hanyalah seperti hanyalah seperti membangkitkan satu jiwa saja( QS Luqman: 28)
لَا يَحْتَاجُ إِلَى شَيْءٍ
# Allah tidak butuh kepada sesuatupun #
Allah Ta’ala Maha kaya dan tidaklah Dia membutuhkan sesuatau apapun dari hamba-hambaNya, karena Dialah Maha Kaya, Dialah yang memberikan segala sesuatau kepada hambaNya
(لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البصير) [الشورى: 11]
# tidak ada yang serupa dengan-Nya. Dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha melihat (QS: Asy-Syura:11).
Ayat ini menunjukan peniadaan dalam penyerupaan kepada Allah Ta’ala yang mana pada ayat ini terdapat huruf ( ك )sebagai bentuk penegasan terhadap peniadaan tersebut, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمً
“…. Dan Allah cukup mengetahui.”(QS An –Nisa’: 70)
Yang mana pada dasarnya ayat tersebut adalah وَكَفَى اللَّهِ عَلِيمًا ( tanpa huruf Ba’) akan tetapi adanya huruf Ba’ tersebut adalah untuk mempertegas.
Dan tidak ada sesuatu apapun dari segala yang ada di alam semesta ini yang serupa denganNya, tidak para malaikat, para nabi dan rosul dan tidak pula makhluk apapun,
وهو السميع البصير
´Dan dialah yang Maha mendengar lagi Maha melihat”
Maka ayat di atas adalah bantahan Allah Ta’ala terhadap golongan Al Musyabihah ( yang menyerupakan Allah dengan Makhluk-Nya ) dan di bagian akhir adalah bantahan terhadap kelompok Al-Muathilah ( yang menafikan sifat-sifat Allah) dan ayat tersebut menunjukan bahwa menetapkan nama-nama dan sifat Allah bukan berarti menyerupakanNya dengan makhlukNya, sedangkan makhlukNya tida serupa dengan diriNya.
خلق الخلق بعمله
Allah menciptakan makhluk dengan ilmu Nya
Allah Ta’ala berfirman
أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
”Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui ( yang kamu tampakan dan yang kamu rahasiakan) dan Dia Maha halus lagi Maha mengetahui (QS AL-Mulk 14)
Maka penciptaan-Nya adalah dalil yang menunjukan bahwa Dia berilmu dan kuasa, sebagai mana firman Allah Ta’ala:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِنْ شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًا
” Dan tiada sesuataupu yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi, sesunguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha kuasa (QS, Fathir:44)
0 komentar:
Posting Komentar