Syarh Matan Aqidah Thahawiyah 85-90
Matan 85
والاستطاعة التي
يجب بها الفعل، من نحو التوفيق الذي لا يجوز أن يوصف المخلوق به -فهي مع الفعل، وأما
الاستطاعة من جهة الصحة والوسع، والتمكن وسلامة الآلات -فهي قبل الفعل، وبها يتعلق
الخطاب، وهو كما قال تعالى: (لا يكلف الله نفساً إلا وسعها)
“Kesanggupan
yang menjadi sebab terjadinya suatu perbuatanyang bersumber dari taufik Allah
yang mana makhlik tidak boleh disifati dengannya; adalah kesanggupan yang
menyertai setiap perbuatansedangkan kesanggupan seperti kesehatan, kelapangan
materi, kapabelitas dan bagusnya peralatan, semua itu adalah sebelum perbuatan
tersebut. Dan dengan kesanggupan inilah perintah atau syari’at bergantung erat,
sebagiman Allah berfirman;Allah tidak membebani seseorang melainkan sesui
dengan kesanggupannya (Al-baqarah; 286)”
Kesanggupan adalah kuasa manusia, dan ini terbagi menjadi dua macam
Yang pertama;
kesanggupan yang merupakan sasaran beban (kewajiban), yang bermakna; kelapangan
yang dimiliki oleh seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan, di mana
dia memiliki kemungkinan dan kemampuan, dan beban ini bergantung pada syari’at.
Sehingga orang yang kecil dan gila tidak dibebani syari’at sampai dia mampu.
Yang kedua;
kesanggupan dimana pelaksanaan dan pengadaan sesuatu itu berbeda, maka ini
senantiasa bersama dengan perbuatan. Seperti haji misalnya, hal ini akan
berlaku bagi orang yang memilki kesanggupan baik dari segi fisik maupun materi
seprti yang Allah firmankan;
وَلِلَّهِ
عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ
“mengerjakan
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup”(Ali Imran; 97)
Sehingga kedua hal ini disimpulkan dari firman
Allah;
فَاتَّقُوا
اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“maka
bertakwalah kepada Allah menurut kesanggupanmu” (At-Taghabun; 16)
Serta juga
dalam ayat yang lain;
لَا
يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (Al-baqarah; 286)
Matan 86
وأفعال العباد خلق الله وكسب من العباد
ولم يكلفهم الله تعالى إلا ما يطيقون
ولا يطيقون إلا ما كلفهم
“Perbuatan-perbuatan
hamba Adalah makhluk Allah Sekaligus perolehan dari hamba Allah tidak membebani
mereka kewajiban kecuali dengan kemampuan mereka untuk melaksanankannya Dan
mereka manusia tidak akan sanggup (melaksanakan) kecuali apa yang Allah bebankan
kepada mereka”
Dalam matan ini semuanay berdasarkan
dari ayat;
لَا
يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (Al-baqarah; 286)
Maka Allah tidak akan membebani
seorang hamba diluar dari kesanggupannya, kecuali hukuman seperti yang dialamai
oleh kaum Bani Israil;
فَبِظُلْمٍ
مِنَ الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ
عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ كَثِيرًا (160) وَأَخْذِهِمُ الرِّبَا
“mak disebabkan
kedzaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang
baiuk-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak
menghalangi manusia dariu jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba” (An-nisa; 160-161)
Sehingga ada ayat yangt berbunyi;
رَبَّنَا
وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا
“Ya Raab kami,
jangan Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan
kepada orang-orang sebelum kami” (Al-baqarah;
186)
وهو
تفسير"لا حول ولا قوة إلا بالله"، نقول: لا حيلة لأحد، ولا تحول لأحد،
ولا حركة لأحد عن معصية الله، إلا بمعونة الله، ولا قوة لأحد على إقامة طاعة الله
والثبات عليها إلا بتوفيق الله، وكل شيء يجري بمشيئة الله تعالى وعلمه وقضائه
وقدره. غلبت مشيئته المشيئات كلها، وعكست إرادته الإرادات كلها، وغلب قضاؤه الحيل
كلها. يفعل ما يشاء، وهو غير ظالم أبدا. لا يسأل عما يفعل وهم يسألون)
“Dan itulah
tafsir kalimat “tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah”
kami katakan, bahwa tidak ada alasan , gerakan dan tidak ada perubahan bagi
seseorang dari maksiat kepada Allah, kecuali karena pertolongan Allah. Dan tidak ada kekuatan bagi seseorang untuk
menegakkan ketaatan dengan Allah dan teguh atasnya, kecuali dengan taufik dari
Allah”
Matan 87
وكل شيء يجري
بمشيئة الله وعلمه وقضائه وقدره غلبت مشيئته المشيئات كلها وغلب
وقضاؤه الحيل كلها
“Segala sesuatu
berjalan dengan kehendak Allah, Ilmu, Qadha’ dan Qadar-Nya, kehendak-Nya
mengalahkan semua kehendak, ketetapan-Nya megalahkan semua daya (makhluk)”
Semua sesuatu yang terjadi adalah
berada dalam pengetahuan Allah serta ketetapan-Nya. Allah berfirman;
وَمَا تَشَاءُونَ
إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“dan
kamu tidak dapat menghendaki 9menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki
Allah Raab semesta alam” (At-takwir; 29)
Dalam ayat ini menetapakan akan kehendak manusia akan tetapi masuk
dibawah kehendak Allah, dan bahwasanya manusia tidak dapat berkehendak kecuali
dengan kehendak Allah.
Dan sekuat apapun sebab perkara yang
dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan sesuatu maka itu tidak akan pernah
terjadi jika tidak dikehendaki Allah. Yang jelas kita mempunyai kewajiban untuk
mengerjakan sebab, sedang taufik ada pada Allah.
Matan 88
يفعل ما يشاء وهو
غير ظالم أبداً، تقدّس عن كل سوءٍ وحين، وتنزه عن كل عيب وشين
“Allah bebuat
apa yang dikehendaki-Nya tetapi Dia sama sekali berbuat dzalim. Allah Maha suci
dari semua keburukan dan kebianasaan, dan Maha suci dari setiap aib dan
kekurangan”
Allah melakukan aapa yang Dia
kehendaki, memberi rizki dan memberi adzab bagi semua makhluk-Nya. Dan Allah
tidak pernah dzalim. Dan Allah tidak mungkin meberikan pahala bagi orang yang
bermaksiat kepada-Nya, begitu juga sebaliknya bahwa Allah tidak akan meberikan
dosa kepada orang yang taat dan shalih.
(لا يُسأل عما يفعل وهم يسألون)
“Dia tidak
ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanya”
Demikian pula apa yang Allah perbuat
tidak akan ditanya, karenba Allah tidak akan penah salah dalam menentuikan
sesuatu. Akan tetapi yang akan ditanya adalah mereka manusia, karena mereka
mepunya sifat slah dan lupa. Sehingga manusia sering menempatkan sesuatu tidak
sesuai pada tempatnya, serta juga memiliki sifat keliru. Dan Allah suci dari
segala sifat itu.
Matan 89
وفي دعاء الأحياء
وصدقاتهم منفعة للأموات
“dalam
do’a-do’a orang yang masih hidup dan sedekah-sedekah mereka terdapat
manfaatbagi orang-orang yang sudah mati”
Hal ini berdasarakan dari hadits
Nabi;
إذا مات ابن آدم
انقطع عمله إلا من ثلاثة صدقة جارية وعلم ينتفع به وولد صالح يدعو له
“Apabila anak
cucu Adam mati amka terputus segala amalannya kecuali dengan tiga perkara;
sedekah jariyah, atau ilmu yang bermnfaat, atau anak yang shalih yang berdo’a
untuknya”[1]
Maka dengan tiga perkara ini yang
akan menjadi bekal bagi seseorang ketika dia mati. “sedekah jariyah” yang
artinya seperti menginfakkan masjid atau sekolah dan digunakan dengan sebaiknya
maka pahala ini akan terus mengalir kepada dia.
“Atau ilmu yang bermanfaat” seperti
orang yang mengajarkan ilmu sehingga dengan ilmu itu menyebar atau membuat
sebuah karaya yang menjadi manfaat bagi orang yang masih hidup amaka hal itu juga bermanfaat
baginya.
“Atau anak yang shalih” maka
seseorang yang menikah demi menjaga agamanya dan kehormatan serta mengharapkaan
anak yang shalih, maka ketika anak yang sholeh lahir ini adalah usaha dari
dirinya;
إن أطيب ما أكلتم
من كسبكم وإن أولادكم من كسبكم فكلوه هنيئا
“sesungguhnya
yang paling baik yang kalian makan adalah hasil dari usaha kalian, dan
sesungguhnya anak-anak kalian adalah hasil usaha kalian”[2]
Maka dalam hal ini hal ini seolah
bertentangan dengan ayat Allah;
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ
إِلَّا مَا سَعَى
“Dan bahwasanay
seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang dia usahakan” (An-najm; 39)
Dalam satu sisi Rasullah mengabarkan
akan bisanya orang yang mati mengambil manfaat dari yang masih hidup seperti
do’a dan istighfar, serta juga dalam ayat lain dan juga hadits-hadits Nabi.
Maka ini sama sekali tidak ada pertentangan dengan ayat tersebut, akan tetapi
ini adalah penghususan bagi ayat tersebut.
Matan 90
والله تعالى يستجيب
الدعوات، ويقضي الحاجات
“Allah
mengabulkan do’a-do’a dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan”
Hal ini sangat jelas terdapat dalam
firman Allah;
وَإِذَا سَأَلَكَ
عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
“dan pabila
hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawblah, bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon
kepada Ku” (Al-baqarah;
186)
Dalam ahal ini juga terdapat batasan
dalam berdo’a yaitu dilarangnya berdo’a kepada selain Allah. Karena Allah lah
yang patut untuk dimintai, karena Dia adalah pencipta dan penentu semuanya.
Wallahu’alam
0 komentar:
Posting Komentar