Jumat, 06 September 2013

Posted by UKM Al-Islam 0 Comments Category:

Thibbun Nabawi Gerbang Kejayaan Dunia Kedokteran

Thibbun Nabawi Gerbang Kejayaan Dunia Kedokteran
Oleh: Ust. Iskandar Dzulqarnain, A.Kp
Istilah atau sebutan “Thibbun Nabawi” sebenarnya tidak ada pada zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi sendiri tidak pernah membuat klasifikasi bahwa ini termasuk Thibbun Nabawi dan itu bukan. Istilah Thibbun Nabawi dimunculkan oleh para dokter muslim sekitar abad ke-13 Masehi untuk memudahkan klasifikasi ilmu kedokteran. Istilah Thibbun Nabawi dipakai untuk menunjukkan ilmu-ilmu kedokteran yang berada dalam bingkai Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang dibandingkan dengan ilmu-ilmu kedokteran yang tumbuh liar sehingga banyak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah, seperti yang terjadi pada zaman sebelum datangnya Islam.
Maka definisi Thibbun Nabawi adalah apa yang dipergunakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, diperintahkannya dan dianjurkannya  terkait dengan kesehatan dan gaya hidup. Meskipun demikian bukan berarti yang datang bukan dari nabi itu dilarang, karena semua pengobatan bisa bernilai Thibbun nabawi asalkan :
-          Menggunakan zat / materi yang halal dan thoyyib
-          Tata cara pengobatanya tidak melanggar syari’at
-          Tidak mengandung unsur yang haram dan syirik
-          Serta menyandarkan kesembuhan hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata.
Ibnu kholdun dalam “Muqoaddimah”nya mengatakan bahwa kedokteran Islam, yang juga disebut Thibbun Nabawi atau kedokteran Nabi, muncul sebagai hasil integrasi ilmu kedokteran Yunani, Persia, India, Cina, dan Mesir, yang kemudian dipandu dengan wahyu Nabi sehingga terjaga dari kesyirikan, tahayyul dan khurafat, serta dipenuhi keimanan dan ketakwaan kepada Allah Ta’ala. Saat itu di Yunani Cina, Arab dan India sudah banyak teori tentang kedokteran. Sebagian di antaranya dikoreksi oleh Al-Qur’an dan sebagian lainnya dibenarkan, seperti bekam dan Kay Al-Wasimy. Dari Persia Nabi mengambil ilmu tentang farmasi, apotik, dan penggunaan obat dari rumput-rumputan, benda-benda tambang, tumbuh-tumbuhan atau hewan, serta harum-haruman (arometerapi) dan bebatuan berkhasiat (baca; herba tren istilah sekarang). Dari Mesir Nabi mengambil ilmu tentang pengobatan mata, bedah, operasi, lasoh, siyasur, dan syifa’. Dari beberapa kawasan tersebut, Nabi mengambil ilmu-ilmu kedokteran. Ilmu-ilmu yang sesuai dengan ajaran Islam terus dikembangkan dan didukung dengan beberapa hadits dan ayat-ayat Al-Qur’an yang bertentangan dilarang dan yang lain dibiarkan saja.
Apa Keistimewaan Thibbun nabawi ?
Ibnul Qayyim berkata: “metode pengobatan nabi bersifat qoth’i (pasti) dan ilahi karena bersumber dari wahyu, merupakan pelita kenabian dan kesempurnaan akal. Adapun pengobatan lainnya kebanyakan berlandaskan perkiraan, dugaan dan percobaan.
Thibbun Nabawi sebenarnya merupakan perpaduan berbagai disiplin ilmu kedokteran. Ilmu ini pula yang dikembangkan umat Islam ke seluruh dunia, dari Arab ke Eropa dan ke seluruh negara-negara barat hingga abad ke-17. Saat itu tidak ada pemisahan antara ilmu kedokteran modern dan ilmu kedokteran tradisional. Baru pada awal abad ke-19, orang-orang Yahudi dan Nasrani menghapuskan ilmu kedokteran yang bernilaikan Islami dan berdasarkan wahyu ilahi dari kurikulum-kurikulum sekolah mereka di negara-negara Eropa. Mereka kemudian mengembangkan ilmu kedokteran yang sudah terpisah dari nilai-nilai Islam tadi sehingga maju seperti sekarang ini. Lalu mereka mengatakan bahwa ilmu kedokteran barat yang maju itu milik mereka, dan itulah yang mereka sebut ilmu kedokteran yang modern. Sedang yang lainnya, yang menurut mereka ketinggalan zaman, yakni yang penuh dengan nilai-nilai Islam, mereka sebut kedokteran tradisional, sebagai milik orang Islam. Padahal sekarang ini sudah banyak riset membuktikan bahwa ilmu kedokteran yang mereka anggap tradisional itu mampu menyelasaikan problem kesehatan yang tidak diatasi dengan kedokteran modern. Jadi sebenarnya pembagian ilmu kedokteran antara yang modern dan tradisional itu merupakan usaha-usaha orang Yahudi dan Nasrani untuk menjauhkan kaum muslimin dari ilmu kedokteran yang bersumberkan Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sebagai bukti bahwa kedokteran modern – yang mereka anggap berasal dari Eropa – sebenarnya sudah dikembangkan oleh para sahabat Nabi, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan generasi berikutnya adalah bahwa:
1. Dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits banyak disebutkan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu kedokteran.
2. Sebelum abad ke-18, belum ada buku tentang obat-obatan mata yang ditulis oleh orang-orang Eropa. Mereka mengambilnya dari buku-buku karangan orang Islam seperti Al-Masail fi Ath-Thibb (Masalah-masalah Pengobatan), yang ditulis oleh Hunain bin Ishaq Al-'Ubbadi pada tahun 810-878 M.
3. Pada zaman perang salib, para pasien Kristen, lebih suka mengambil dokter-dokter muslim daripada dokter-dokter Kristen. Ini karena pada saat itu orang Islam lebih pintar dan ahli dalam pengobatan. Tsabit bin Qurroh, seorang tabib, banyak mengobati tentara-tentara yang luka. Ia melihat sendiri bagaimana dokter-dokter Perancis mengobati dengan kejam hingga banyak yang gagal. Sehingga Raja Louis IX setelah selesai perang salib begitu tertarik dengan Rumah Sakit Nurudin di Damaskus. Maka ia pun mendirikan sebuah rumah sakit yang bernama Les Quinze Vingt, yang sekarang menjadi rumah sakit mata terkenal di Eropa.
4. Istilah-istilah bahasa Arab telah menduduki bagian penting dalam ilmu kedokteran. Sebagian dokter yang tinggal di Italia bagian utara telah menulis buku-buku mereka dengan tetap menuliskan istilah-istilah arabnya. Beberapa istilah seperti sirup dari Syarab, alkohol dari Al-Kuhul, alkali dari Al-Qoli, borax dari Buroq, elixir dari Al-Iksir dan lain-lainnya.
Demikianlah, para dokter muslim saat itu mengembangkan ilmu kedokteran Nabi secara kaffah dan menyeluruh tidak hanya yang tradisional, namun juga kedokteran modern, serta tidak memisahkan antara keduanya. Kaum Muslimin juga meletakkan ilmu kedokteran dengan nilai-nilai ilahiyah, dalam bingkai Al-Qur’an dan Al-Hadits, sehingga berkembanglah ilmu kedokteran dengan pesat hingga menembus belahan Eropa yang saat itu masih gelap gulita jauh dari cahaya ilmu pengetahuan.
(Diintisarikan dari mukaddimah buku “Keajaiban Pengobatan Nabi” dengan sedikit penyuntingan)
 Wallahu a’lam bish showab

0 komentar:

Posting Komentar