Jumat, 06 September 2013

Posted by UKM Al-Islam 0 Comments Category:

Syahadat Laa Ilaaha Illallah

Syahadat Laa Ilaaha Illallah
Syahadat Laa ilaaha illallah merupakan pondasi dasar dienul Islam. Ia merupakan dasar yang akan menjadi pijakan syari'at Islam. Jika ia telah ditanam dalam diri seseorang, maka segala hal yang berkaitan dengan syari'at Islam akan tumbuh di atasnya. Ia merupakan rukun Islam pertama dari rukun-rukun Islam yang lima. Di samping itu kalimat Laa ilaaha illallah juga merupakan kalimat yang menjadi pemisah antara orang mukmin dan orang kafir. Ia merupakan tujuan dari diciptakannya manusia dan jin ke alam dunia ini. Sebagaimana firman Allah Ta'ala yang artinya:
"Dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariat: 56)
Begitu pula, ia juga merupakan sebab diutusnya para Rasul. Sebagaimana pula Rasulallah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri diutus untuk memerangi manusia sehingga manusia mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah. Hal ini dijelaskan dalam hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim, yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang artinya:
"Aku diperintahkan memerangi manusia sehingga mereka mengucapkan Laa ilaaha illallaah. Barang siapa yang telah mengucapkan Laa ilaaha illallah berarti ia selamat dariku harta dan jiwanya kecualai hak keduanya. Dan adapun perhitungannya (diserahkan) kepada Allah Azza wa Jalla." (Hadits shahih riwayat Bukhari Muslim)
Begitu pentingnya kedudukan syahadat Laa ilaaha illallah di dalam Islam seperti pentingnya akar bagi sebuah pohon. Mustahil akan tumbuh sebuah pohon jika tidak memiliki akar. Demikian pula halnya dengan syahadat, mustahil seseorang tumbuh menjadi seorang muslim sejati jika ia belum pernah mengikrarkan kalimat Laa ilaaha illallah di sepanjang hidupnya.
Kalimat Laa ilaaha illallah, terdengar sangat pendek ditelinga dan sangat mudah diucapkan lisan. Namun, dibalik semua itu terdapat makna dan konsekuensi yang sangat besar serta memiliki kedudukan yang sangat sangat agung di sisi-Nya, sehingga tidak semua manusia dapat mengucapkannya. Jika saja kalimat ini tidak memiliki konsekuensi yang besar dalam Islam, mungkin saja dahulu orang-orang kafir Quraisy mengucapkannya agar bisa terhindar dari peperangan melawan kaum muslimin. Hal itu tidak dilakukan oleh orang kafir Quraisy karena mereka mengetahui makna dari kalimat tersebut.
Maka beruntunglah bagi orang yang terlahir dari keluarga Islam dan tumbuh dalam keadaan muslim, serta beruntung pula bagi orang-orang yang bersyahadat Laa ilaaha illallah meskipun ia lahir bukan dari keluarga muslim. Karena Rasul pernah bersabda bahwa barang siapa yang di akhir hayatnya mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah, maka ia akan masuk surga.
Lalu bagaimana kabarnya dengan kaum muslimin hari ini? Apakah setiap person dari umat ini telah mengetahui makna agung dari kalimat Laa ilaaha illallah? Sudahkah mengamalkan semua konsekuensi dari kalimat tersebut? Bagaimana dengan kita?
Makna Kalimat Laa ilaaha illallah
Syaikh Sulaiman bin Abdullah menyebutkan makna Laa ilaaha illallah adalah “Laa ma’ buda bihaqqin illa ilaahun wahid” (tidak ada yang disembah yang sebenarnya kecuali ilah yang satu), yaitu Allah yang tunggal yang tiada memiliki sekutu baginya. (Tafsir Aziz Al-Hamid Syarh Kitab Tauhid)
Tidak ada ilah yang berhak untuk disembah kecuali hanya Allah semata. Tidak ada ilah yang berhak untuk diibadahi kecuali hanya Allah. Inilah makna yang benar tentang kalimat Laa ilaaha illallah. Mengesakan Allah dalam peribadatan dan menyingkirkan ilah-ilah lain yang sama sekali tidak memiliki hak atas itu.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya:
"Dan tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad) seorang Rasul pun kecuali Kami wahyukan kepadanya, bahwa sesungguhnya tidak ada ilah kecuali Aku, maka sembahlah Aku." (QS. Al-Anbiya': 25)
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut.” (QS. An-Nahl: 36)
Ada pun makna ilah sendiri yaitu “al-ma’bud” (sesuatu yang diibadahi). Sebagaimana ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengajak orang musyrik Quraisy untuk mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah, mereka menjawab: “Mengapa ia menjadikan ilah-ilah itu ilah yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (QS. Shad: 5)
Dari perkataan Quraisy di atas dapat difahami bahwa terdapat banyak ilah di dunia ini. Bukan hanya Allah saja yang menjadi ilah bagi kaum muslimin, namun juga terdapat ilah-ilah lain yang dijadikan tandingan oleh kaum musyrikin. Sehingga tidak tepat jika kalimat Laa ilaaha illallah diartinya “Tiada ilah selain Allah”  atau dengan arti “Tiada tuhan selain Allah.” Karena, pada kenyataanya sangat banyak sekali hal-hal yang dipertuhankan dan dijadikan ilah oleh orang-orang musyrik.
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan pun di dalam bukunya, yang diterjemahkan dengan judul “Kitab Tauhid I” menjelaskan beberapa penafsiran batil mengenai Laa ilaaha illallah ini yang banyak beredar di masyrakat. Dalam kitabnya itu beliau menjelaskan:
Adapun yang menafsirkan “Tidak ada sesembahan kecuali Allah”, “Tidak ada Tuhan selain Allah”; ini adalah tafsiran yang batil. Hal ini menyelisihi kenyataan, karena pada kenyataannya ada yang disembah kecuali Allah. Kemudian, tafsiran tersebut dapat berarti juga bahwa setiap yang disembah baik yang haq maupun batil adalah Allah.
Sedangkan penafsiran “Tidak ada pencipta selain Allah”, “Tidak ada pemberi rizqi kecuali Allah”, ini hanyalah sebagian dari arti kalimat Laa ilaaha illallah. Bukan ini yang dimaksud, karena arti ini hanya mencakup tauhid rububiyah saja, sedangkan tauhid yang benar adalah meliputi rububiyah, uluhiyah, dan asma dan sifat Allah. 
Demikian pula penafsiran “Tidak ada hakim (penentu hukum) kecuali Allah”, ini juga hanya sebagian dari kalimat Laa ilaaha illallah. Bukan ini yang dikehendaki, karenanya maknanya belum cukup. (Kitab Tauhid Jilid 1)
Maka makna yang paling benar dari kalimat Laa ilaaha illallah adalah sebagaimana yang dikatakan para ulama “Laa ma’buudun bihaqqin illallah” bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali hanya Allah semata.
Wallahu Ta’ala A’lam!! Semoga kita semua dan seluruh kaum muslimin ditetapkan dalam Islam dan ditakdirkan dengan akhir yang baik. Serta semoga orang-orang yang belum mendapat hidayah, segera diberikan hidayah oleh Allah sehingga semakin kokohlah umat ini. Amin!! |moel|

0 komentar:

Posting Komentar