Syahadat
Laa Ilaaha Illallah
Syahadat
Laa ilaaha illallah merupakan pondasi dasar dienul Islam. Ia merupakan dasar
yang akan menjadi pijakan syari'at Islam. Jika ia telah ditanam dalam diri
seseorang, maka segala hal yang berkaitan dengan syari'at Islam akan tumbuh di
atasnya. Ia merupakan rukun Islam pertama dari rukun-rukun Islam yang lima. Di
samping itu kalimat Laa ilaaha illallah juga merupakan kalimat yang menjadi
pemisah antara orang mukmin dan orang kafir. Ia merupakan tujuan dari
diciptakannya manusia dan jin ke alam dunia ini. Sebagaimana firman Allah
Ta'ala yang artinya:
"Dan
tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah
kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariat: 56)
Begitu
pula, ia juga merupakan sebab diutusnya para Rasul. Sebagaimana pula Rasulallah
shallallahu 'alaihi wasallam sendiri diutus untuk memerangi manusia sehingga
manusia mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah. Hal ini dijelaskan dalam
hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim, yang diriwayatkan
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang artinya:
"Aku
diperintahkan memerangi manusia sehingga mereka mengucapkan Laa ilaaha
illallaah. Barang siapa yang telah mengucapkan Laa ilaaha illallah berarti ia
selamat dariku harta dan jiwanya kecualai hak keduanya. Dan adapun
perhitungannya (diserahkan) kepada Allah Azza wa Jalla." (Hadits shahih
riwayat Bukhari Muslim)
Begitu
pentingnya kedudukan syahadat Laa ilaaha illallah di dalam Islam seperti
pentingnya akar bagi sebuah pohon. Mustahil akan tumbuh sebuah pohon jika tidak
memiliki akar. Demikian pula halnya dengan syahadat, mustahil seseorang tumbuh
menjadi seorang muslim sejati jika ia belum pernah mengikrarkan kalimat Laa
ilaaha illallah di sepanjang hidupnya.
Kalimat
Laa ilaaha illallah, terdengar sangat pendek ditelinga dan sangat mudah
diucapkan lisan. Namun, dibalik semua itu terdapat makna dan konsekuensi yang
sangat besar serta memiliki kedudukan yang sangat sangat agung di sisi-Nya, sehingga
tidak semua manusia dapat mengucapkannya. Jika saja kalimat ini tidak memiliki
konsekuensi yang besar dalam Islam, mungkin saja dahulu orang-orang kafir
Quraisy mengucapkannya agar bisa terhindar dari peperangan melawan kaum
muslimin. Hal itu tidak dilakukan oleh orang kafir Quraisy karena mereka
mengetahui makna dari kalimat tersebut.
Maka
beruntunglah bagi orang yang terlahir dari keluarga Islam dan tumbuh dalam
keadaan muslim, serta beruntung pula bagi orang-orang yang bersyahadat Laa
ilaaha illallah meskipun ia lahir bukan dari keluarga muslim. Karena Rasul
pernah bersabda bahwa barang siapa yang di akhir hayatnya mengucapkan kalimat
Laa ilaaha illallah, maka ia akan masuk surga.
Lalu
bagaimana kabarnya dengan kaum muslimin hari ini? Apakah setiap person dari
umat ini telah mengetahui makna agung dari kalimat Laa ilaaha illallah?
Sudahkah mengamalkan semua konsekuensi dari kalimat tersebut? Bagaimana dengan
kita?
Makna
Kalimat Laa ilaaha illallah
Syaikh
Sulaiman bin Abdullah menyebutkan makna Laa ilaaha illallah adalah “Laa ma’
buda bihaqqin illa ilaahun wahid” (tidak ada yang disembah yang sebenarnya
kecuali ilah yang satu), yaitu Allah yang tunggal yang tiada memiliki sekutu
baginya. (Tafsir Aziz Al-Hamid Syarh Kitab Tauhid)
Tidak
ada ilah yang berhak untuk disembah kecuali hanya Allah semata. Tidak ada ilah
yang berhak untuk diibadahi kecuali hanya Allah. Inilah makna yang benar
tentang kalimat Laa ilaaha illallah. Mengesakan Allah dalam peribadatan dan
menyingkirkan ilah-ilah lain yang sama sekali tidak memiliki hak atas itu.
Allah
Ta’ala berfirman, yang artinya:
"Dan
tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad) seorang Rasul pun kecuali Kami wahyukan
kepadanya, bahwa sesungguhnya tidak ada ilah kecuali Aku, maka sembahlah
Aku." (QS. Al-Anbiya': 25)
“Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah
Allah (saja) dan jauhilah thaghut.” (QS. An-Nahl: 36)
Ada
pun makna ilah sendiri yaitu “al-ma’bud” (sesuatu yang diibadahi). Sebagaimana ketika
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengajak orang musyrik Quraisy untuk
mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah, mereka menjawab: “Mengapa ia
menjadikan ilah-ilah itu ilah yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar
suatu hal yang sangat mengherankan.” (QS. Shad: 5)
Dari
perkataan Quraisy di atas dapat difahami bahwa terdapat banyak ilah di dunia
ini. Bukan hanya Allah saja yang menjadi ilah bagi kaum muslimin, namun juga
terdapat ilah-ilah lain yang dijadikan tandingan oleh kaum musyrikin. Sehingga
tidak tepat jika kalimat Laa ilaaha illallah diartinya “Tiada ilah selain
Allah” atau dengan arti “Tiada tuhan
selain Allah.” Karena, pada kenyataanya sangat banyak sekali hal-hal yang
dipertuhankan dan dijadikan ilah oleh orang-orang musyrik.
Syaikh
Shalih bin Fauzan al-Fauzan pun di dalam bukunya, yang diterjemahkan dengan
judul “Kitab Tauhid I” menjelaskan beberapa penafsiran batil mengenai Laa
ilaaha illallah ini yang banyak beredar di masyrakat. Dalam kitabnya itu beliau
menjelaskan:
Adapun
yang menafsirkan “Tidak ada sesembahan kecuali Allah”, “Tidak ada Tuhan selain
Allah”; ini adalah tafsiran yang batil. Hal ini menyelisihi kenyataan, karena
pada kenyataannya ada yang disembah kecuali Allah. Kemudian, tafsiran tersebut
dapat berarti juga bahwa setiap yang disembah baik yang haq maupun batil adalah
Allah.
Sedangkan
penafsiran “Tidak ada pencipta selain Allah”, “Tidak ada pemberi rizqi kecuali
Allah”, ini hanyalah sebagian dari arti kalimat Laa ilaaha illallah. Bukan ini
yang dimaksud, karena arti ini hanya mencakup tauhid rububiyah saja, sedangkan
tauhid yang benar adalah meliputi rububiyah, uluhiyah, dan asma dan sifat
Allah.
Demikian
pula penafsiran “Tidak ada hakim (penentu hukum) kecuali Allah”, ini juga hanya
sebagian dari kalimat Laa ilaaha illallah. Bukan ini yang dikehendaki,
karenanya maknanya belum cukup. (Kitab Tauhid Jilid 1)
Maka
makna yang paling benar dari kalimat Laa ilaaha illallah adalah sebagaimana
yang dikatakan para ulama “Laa ma’buudun bihaqqin illallah” bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali hanya Allah semata.
Wallahu Ta’ala A’lam!! Semoga kita semua dan
seluruh kaum muslimin ditetapkan dalam Islam dan ditakdirkan dengan akhir yang
baik. Serta semoga orang-orang yang belum mendapat hidayah, segera diberikan
hidayah oleh Allah sehingga semakin kokohlah umat ini. Amin!! |moel|
0 komentar:
Posting Komentar