Jumat, 30 November 2012

Posted by UKM Al-Islam 0 Comments Category:

23. RIWAYAT YANG BERBEDA DARI IMAM AHMAD DALAM SATU MASALAH DIKARENAKAN BEBERAPA SEBAB


RIWAYAT YANG BERBEDA DARI IMAM AHMAD DALAM SATU MASALAH  DIKARENAKAN BEBERAPA SEBAB
1.      Dalam sebuah permasalahan terkadang Imam Ahmad mendapati dua pendapat sahabat dan beliau tidak mendapatkan yang paling rajah sehingga Imam Ahmad menyebutkan dua pendapt tersebut
2.      Banyaknya permintaan fatwa sehingga Imam Ahmad berfatwa dalam sebuah permasalahan, kemudian ada pendapat yang lebih benar, lalu rujuk kepada pendapat tersebut dan penukil pertama tidak tahu rujuknya Imam Ahmad
3.      Pengikiut Imam Ahmad mengambil fikih dari dari perkataan, perbuatan, jawaban-jawaban, dan riwayat-riwayat beliau. Lalu mereka berusaha memahami maksud imam Ahmad dengan pemahaman yan g berbeda-beda sehingga hasilnya berbeda-beda pula. Kemudian banyak riwayat dan perkataan yang dinisbatkan kepada Imam Ahmad
4.      Terkadang dalam berfatwa Imam Ahmad terpaksa menggunkan ra’yu dan terkadang ada dua sisi yang saling bertentangan dalam pandangannya atau beliau menyebutkan dua kemungkinan dalam permasalahan tersebut. Kemudian para pengikutnya menisbatkan dua pendapat tersebut kepada imam Ahmad
5.      Kadang-kadang Imam Ahmad berfatwa dalam beberapa kejadian berlandaskan atsar, kemudian ada masalah lain yang mirip berdasarkan indikasi keadaannya  namun  ada beberapa kerancuan yang menyebabkan fatwa bertentangan dengan yang pertama. Kemudian para perowi meriwayatkan dari beliau dengan asumsi ada ta’arud diantara keduanya dengan tanpa melihat kerancuan pada kejadian tersebut padahal sebenarnya tidka terjadi pertentangan diantar dua riwayat tersebut
Istilah-Istilah Yang digunakan Imam Amad
Istilah-istilah yang digunakan Imam Ahmad terkadang sharih ,tidak mengandung  kemungkinan lain, atau dhahir dengan ada kemungkinan yang lain atau memang mengandung dua kemungkinan atau lebih
1.      Wajib :
a)      Jika Imam Ahmad berkata : penanya melakukan perbuatan ini sebagai kehati-hatian maka itu adalah wajib. Tapi ada yang mengatakan mandub
b)      Atau Imam Ahmad mengatakan (يعجبني )
2.      Mandub
a)      Perkataan Imam Ahmad (أحب كذا ) , (يعجبني ) ,(أعجب إلي ),(هذا حسن ) ,(أحسن ), (أستحسن ), (أستحب كذا ), (أختار كذا ) adalah istilah mustahab menurut mayoritas penganut madhab Imam Ahmad dan ini pendapat yang benar.
b)      Ada yang mengatakan itu adalah istlah untuk wajib
3.      Haram
a)      Perkataan Imam Ahmad ( هذا حرام ) kemudian mengatakan : (أكرهه  ) atau ( لايعحبني ) maka itu menunjukkan keharaman. Tapi ada yang mengatakan Makruh.
b)      Kata ( أكره كذا ), ( لايعجبني ), ( لاأحبه ), ( لا أستحسنه ), ( يفعل السائل كذا احتياطا )  menunjukkan Keharaman, tapi ada yang mengatakan adalah ungkapan untuk tanzih. Akan tetapi yang benar menurut Hammad adalah melihat pada indikasi-indikasinya, jika itu menunjukkan haram maka haram dsb.
c)      Kata ( أخشى ), ( أخاف أن يكون ) atau ( لايكون ) secara dharhir menunjukkan larangan sebagaimana dikatkana oleh Mardawi. Namun adapula yang mengatkan waqf
4.      Mubah
a)      Kata ( لا بأس بكذا  ) dan ( أرجو أن لابأس به ) dan ( لانرى به بأسا  ) menunnjukkan ibahah.
5.      Istilah yang menunjukkan kesamaan hukum pada sebagian dan menunjukkan perbedaan pada sebagian yang lain
Jika Imam Ahmad ditanya tentang suatu masalah kemudian menjawabnya, lalu ditanya masalah yang lain kemudian menjawab dengan : ( أهون )  atau ( أشد ) atau ( أشبع ) maka jawaban tersebut menunjukkan kesamaan menurut sebagian ahli fikih
Ibnu Hamid berkata : Kata ( أهون ) boleh diartikan peniadaan haram, dan jatuhnya adalah makruh, datau peniadaan wajib maksudnya mandub. Namun yang benar adalah dilihat indikasi-indikasi pada setiap masalah tersebut, kebiasaan Imam Ahmad  dalam ungkapan tersebut , berhusnudhan kepada beliau, dan meletakkannya pada sesuatu yang lebih benar.
6.      Istilah yang menunjukkan persetujuan  bahwa hal tersebut adalah madzhabnya
Jika Imam Ahmad ditanya tentang sebuah masalah kemudian beliau menjawab : ( أجبن عنه ) maka ini menunjukkan bahwa beliau setuju dengan madzhab tersebut atau perkataan beliau ( إني لأبفزعه ), ( لأتهيبه ), ( لا أجترئ عليه ), ( لأتوقاه ) , ( من الناس من يتوقاه ) atau ( إني لأستوحش منه )

Faidah
1.      Apabila Imam Ahmad ditanya tentang sebuah masalah kemudian ada ulama’ lain berfatwa yang tidak beliau ridhoi, maka belia mengatakan (زعم  ) atau (زعموا  ) yang menunjukkan bahwa madhabnya tidak sesuai dengan pendapat tersebut
2.      Apabila beliau berfatwa dalam sebuah hokum kemudian disanggah lalu beliau diam,itu tidak  menunjukkan persetujuan terhadap pendapat tersebut , namun adalah sebuah tadabbur atau tidak suka membicarakan karena subhat ,fitnah atau  sebagai bentuk  kehati-hatian. Dan terkadang itu adalah tarajjuk beliau
3.      Jika belaiu menashkan sebuah hokum atau mengungjkapkan sebuah illat, lalu illat tersebut didapati dalam masalah lain maka madhabnya dalam masalah tersebut sama dengan sebelumnya
4.      Apabila beliau dintanya sekali, kemudian menjawab dengan ikhtilah para ulama’, kemudian beliau ditanya lagi dan beliau tawaqquf, lalu beliau ditanya yang ketiga beliau mejawabnya, maka fatwa tersebut adalah madhab beliau
5.      Jika Imam Ahmad menjawab dengan Jawaban : ( قال فلان كذا  ) sebagian berpendapat bahwa itu menunjukkan madzhab beliau namun sebagian yang lain mengatakan bukan
6.      Jika Imam Ahmad menentukan hukum dalam sebuah masalah, kemudia beliau mengatakan (ولو قال قائل، أو ذهب ذاهب إلى كذا  ) maka itu bukanlah madzhabnya
7.      Jika ada ada dua riwayat dari Imam Ahmad dan tidak ada penjelasan mana yang paling rajah, maka jika memungkinkan untuk dijama’ maka di jama’ dan jika tidak perkataan beliau yang terakhir adalah madhabnya atau jika tidak bias maka pendapat yang pling dekat dengan alqu’an dan sunnah adalah madhzhab nya
8.      Jika salah satu dari dua pendapat beliau sama dengan madzhab yang lain, maka yang sama tersebut adalah madzhanya
9.      Apabila ada hadits atau atsar atau beliau mensahihkan, menghasanka, ridah dengan sanad tersebut dan memasukkkan dalam kitabnya, kemudian beliau tidak membantahnya maka itu adalh madzhab beliau
10.  Jika dalam satu masalah ada dua pendapat kemudian beliau menkritiksalah satu dan menganggap bagus yang satunya maka apa yang beliau anggap bagus itu adalah madzhabnya
11.  Jika Imam Ahmad mengulangi pendapat tersebut atau mencabang-cabangkannya, maka itu adalah madzhab beliau. Akan tetapi Mardawaih mengatakan bahwa pendapat tersebut adalah madzhab Imam Ahmad jika beliau mentarjihnya dan menfatwakan pendapat tersebut
12.  Jika dalam sebuah masalah ada dua riwayat.Riwayat yang pertama adalah sabda Nabi Muhammad yang bersifat umum dan yang kedua adalah perkataan sahabat yang  bersifat khusus. Maka menurut mardawi, madzhab Imam Ahmad adalah sabda Nabi Muhammad saw. Sedangkan yang lain mengatakan Bahwa madzhab beliau adalah perkataan sahabat yang menghususkan sabda Nabi Muhammad
Istilah para fuqaha’
1.      Al Mutaqaddimin
Adalah para fuqaha’ yang semasa Imam Ahmad sampai Abu Ya’la Muhammad bin Husain bin Farra’ (458H)
2.      Al Muatawassitun
Dari Abu Ya’la sam Ibnu Muflih al Hafid Burhanuddin Ibrahim bin Muhammad (884H) pengarang kitab “Al Mabda’ Syarhul Muqni’”
3.      Al Muta’akhirun
Dari Ala’uddin Ali bin Sulaiman Al Mardawi (885H) sampai Syaikh Muhammad bin Abdillah Al Amiri (1295H)
4.      Kata “Aljama’ah” dalam madzhab Hambali adalah
1.      Ahmad bin Humaid Abu Talib Al Misykani (244H)
2.      Salih bin Imam Ahmad ( 266H)
3.      Hambal bin Ishaq bin Hambal bin Hilal as Syaibani Abu Ali sepupu Imam Ahmad (273H)
4.      Abdul Malik bin Abdul Humaid al Maimuni (274H)
5.      Harb bin Ismail bin Khalaf al Karmani(280H)
6.      Ibrahim bin Ishaq bin Basyir al Bagdadi al Huryi (285H)
7.      Abdullah bin Imam Ahmad (290H)
5.      Kata (عنه ) maksudnya dari Imam Ahmad
6.      Kata ( نصا ) dinisbatkan kepada Imam Ahmad
7.      Kata ( المذهب كذا ) terkadang dari Imam Ahmad, atau isyaratnya, atau takhrij dari para pengikutnya dan istimbat mereka terhadap perkataan Imam Ahmad atau ta’lilnya
8.      Kata ( على الأصح ) , ( الصحيح ) , ( الظاهر ), ( الأظهر ), ( المشهور ), ( الأشهر ), ( الأقوى ), dan ( الأفيس ) terkadang dari Imam Ahmad atau dari sebagain sahabatnya.
9.      Kata ( قيل ) terkadang adalah periwayatan dengan sebuah isyarat, atau wajh ( pendapat teman-teman Imam ahmad) atau merupakan tahrij atau ihtimal
10.  Kata ( الرواية ) terkadang adalah nash, atau isyarat, atau takhrij dari penganut Madzhab Hambali
11.  Kalimat ( هذه المسألة رواية واحدة ) maksudnya adalah nashnya Imam Ahmad
12.  Kalimat ( فيها روايتان ) salah satunya dengan nash, dan salah satunya dengan isyarat takhrij nash yang lain atau nash yang tidak diketahui penentangnya
13.  Kalima ( فيها وجهان ) maksudnya adalah tidak ada nash pada dua pendapat tersebut
14.  Kata ( القولان ) terkadang keduanya adalah nash dari Imam Ahmad.

Mereka membagi Fatwa dan Pendapat dalam madzhab Imam Ahmad menjadi tiga
Ar Riwayat
Yaitu perkataan yang dinisbatkan kepada Imam Ahmad perkataan tersebut disepakati atau diperselisihkan selagi masih dinisbatkan kepada Imam Ahmad
At Tanbihat
Adalah perkataan yang disandarkan kepada Imam Ahmad dengan ungkapan yang jelas atau implisitnya adalah perkataan beliau
Al Aujah
Perkataan pengikut Imam Ahmad yang merupakan hasil istimbat dari kaidah-kaidah yang diletakkan oleh beliau. Maka jika pendapat tersebut dinukil dari Imam Ahmad dan takhrij beliau, maka itu adalah riwayat yang ditakhrij oleh beliau.
Istilah Ibnu Muflih dalam kitab “ al Furu’”
1.      ( على الأصح ) maksudnya adalah paling kuat dari dua riwayat
2.      ( فى الأصح ) paling kuatnya dua sisi
3.      ( وعنه كذا ، أو : قيل كذا ) maka yang dipilih adalah pendapat yang menyelisihinya
4.      Jika berkata ( ويتوجه أو يقوى، أو عن قول، أو عن رواية، وهو أو هي أظهر، أو أشهر ، أو متنجه، أو غريب، أو بعد حكم مسألة :  فدل ، أو هذا يدل، أو ظاهره، أو يؤيده، أو المراد كذا  ) maka itu adalah perkataannya
5.      Jika dia berkata : ( المنصوص، أو الأصح، أو الاشهر، أو المذب كذا )
6.      Huruf ( ع ) tanda kata ijma’
7.      Huruf ( فى ) pendapat tiga madzhab yang sesuai dengan madzhab hambali
8.      Huruf ( خ ) pendapat yang menyelishi pendapa t tiga madzhab
9.      Huruf ( هـ ) pendapat yang menyelisihi Imam Abu Hanifah
10.  Huruf ( م ) pendapat yang menyelisihi Imam Malik
11.  Huruf ( ش ) pendapat yang menyelisishi Imam Syafi’i
12.  Huruf ( ق ) adanya dua pendapat Imam syafi’i.

0 komentar:

Posting Komentar