RIWAYAT YANG BERBEDA DARI IMAM AHMAD DALAM SATU MASALAH DIKARENAKAN BEBERAPA SEBAB
1.
Dalam
sebuah permasalahan terkadang Imam Ahmad mendapati dua pendapat sahabat dan
beliau tidak mendapatkan yang paling rajah sehingga Imam Ahmad menyebutkan dua
pendapt tersebut
2.
Banyaknya
permintaan fatwa sehingga Imam Ahmad berfatwa dalam sebuah permasalahan,
kemudian ada pendapat yang lebih benar, lalu rujuk kepada pendapat tersebut dan
penukil pertama tidak tahu rujuknya Imam Ahmad
3.
Pengikiut
Imam Ahmad mengambil fikih dari dari perkataan, perbuatan, jawaban-jawaban, dan
riwayat-riwayat beliau. Lalu mereka berusaha memahami maksud imam Ahmad dengan
pemahaman yan g berbeda-beda sehingga hasilnya berbeda-beda pula. Kemudian
banyak riwayat dan perkataan yang dinisbatkan kepada Imam Ahmad
4.
Terkadang
dalam berfatwa Imam Ahmad terpaksa menggunkan ra’yu dan terkadang ada dua sisi
yang saling bertentangan dalam pandangannya atau beliau menyebutkan dua
kemungkinan dalam permasalahan tersebut. Kemudian para pengikutnya menisbatkan
dua pendapat tersebut kepada imam Ahmad
5.
Kadang-kadang Imam Ahmad berfatwa dalam
beberapa kejadian berlandaskan atsar, kemudian
ada masalah lain
yang mirip berdasarkan indikasi keadaannya namun ada beberapa kerancuan yang menyebabkan fatwa bertentangan dengan yang pertama. Kemudian
para perowi meriwayatkan dari beliau dengan asumsi ada ta’arud diantara
keduanya dengan tanpa melihat kerancuan pada kejadian tersebut padahal
sebenarnya tidka terjadi pertentangan diantar dua riwayat tersebut
Istilah-Istilah
Yang digunakan Imam Amad
Istilah-istilah
yang digunakan Imam Ahmad terkadang sharih ,tidak mengandung kemungkinan lain, atau dhahir dengan ada
kemungkinan yang lain atau memang mengandung dua kemungkinan atau lebih
1.
Wajib
:
a)
Jika
Imam Ahmad berkata : penanya melakukan perbuatan ini sebagai kehati-hatian maka
itu adalah wajib. Tapi ada yang mengatakan mandub
b)
Atau
Imam Ahmad mengatakan (يعجبني )
2.
Mandub
a)
Perkataan Imam Ahmad (أحب كذا ) , (يعجبني ) ,(أعجب إلي ),(هذا حسن ) ,(أحسن ), (أستحسن ), (أستحب كذا ), (أختار كذا ) adalah istilah
mustahab menurut mayoritas penganut madhab Imam Ahmad dan ini pendapat yang
benar.
b)
Ada yang mengatakan itu adalah istlah untuk
wajib
3.
Haram
a)
Perkataan Imam Ahmad ( هذا حرام )
kemudian mengatakan : (أكرهه ) atau ( لايعحبني ) maka itu menunjukkan keharaman. Tapi ada yang mengatakan Makruh.
b)
Kata ( أكره كذا ), ( لايعجبني ), ( لاأحبه ), ( لا أستحسنه ), ( يفعل السائل كذا احتياطا ) menunjukkan Keharaman, tapi ada yang
mengatakan adalah ungkapan untuk tanzih. Akan tetapi yang benar menurut Hammad
adalah melihat pada indikasi-indikasinya, jika itu menunjukkan haram maka haram
dsb.
c)
Kata
( أخشى
), ( أخاف أن يكون ) atau ( لايكون ) secara dharhir menunjukkan larangan sebagaimana dikatkana
oleh Mardawi. Namun adapula yang mengatkan waqf
4.
Mubah
a)
Kata
( لا بأس بكذا ) dan ( أرجو أن لابأس به ) dan
( لانرى به بأسا ) menunnjukkan ibahah.
5.
Istilah
yang menunjukkan kesamaan hukum pada sebagian dan menunjukkan perbedaan pada
sebagian yang lain
Jika Imam Ahmad
ditanya tentang suatu masalah kemudian menjawabnya, lalu ditanya masalah yang
lain kemudian menjawab dengan : ( أهون )
atau ( أشد ) atau ( أشبع ) maka jawaban tersebut menunjukkan kesamaan menurut sebagian
ahli fikih
Ibnu Hamid
berkata : Kata ( أهون ) boleh diartikan peniadaan haram, dan jatuhnya adalah makruh,
datau peniadaan wajib maksudnya mandub. Namun yang benar adalah dilihat
indikasi-indikasi pada setiap masalah tersebut, kebiasaan Imam Ahmad dalam ungkapan tersebut , berhusnudhan kepada
beliau, dan meletakkannya pada sesuatu yang lebih benar.
6.
Istilah
yang menunjukkan persetujuan bahwa hal
tersebut adalah madzhabnya
Jika Imam Ahmad ditanya tentang
sebuah masalah kemudian beliau menjawab : ( أجبن عنه ) maka ini menunjukkan bahwa beliau setuju
dengan madzhab tersebut atau perkataan beliau ( إني لأبفزعه ), ( لأتهيبه ), ( لا أجترئ
عليه ), ( لأتوقاه ) , ( من الناس من يتوقاه
) atau ( إني لأستوحش منه )
Faidah
1.
Apabila
Imam Ahmad ditanya tentang sebuah masalah kemudian ada ulama’ lain berfatwa
yang tidak beliau ridhoi, maka belia mengatakan (زعم ) atau (زعموا ) yang menunjukkan bahwa madhabnya tidak
sesuai dengan pendapat tersebut
2.
Apabila
beliau berfatwa dalam sebuah hokum kemudian disanggah lalu beliau diam,itu
tidak menunjukkan persetujuan terhadap
pendapat tersebut , namun adalah sebuah tadabbur atau tidak suka membicarakan
karena subhat ,fitnah atau sebagai
bentuk kehati-hatian. Dan terkadang itu
adalah tarajjuk beliau
3.
Jika
belaiu menashkan sebuah hokum atau mengungjkapkan sebuah illat, lalu illat
tersebut didapati dalam masalah lain maka madhabnya dalam masalah tersebut sama
dengan sebelumnya
4.
Apabila
beliau dintanya sekali, kemudian menjawab dengan ikhtilah para ulama’, kemudian
beliau ditanya lagi dan beliau tawaqquf, lalu beliau ditanya yang ketiga beliau
mejawabnya, maka fatwa tersebut adalah madhab beliau
5.
Jika
Imam Ahmad menjawab dengan Jawaban : ( قال فلان كذا )
sebagian berpendapat bahwa itu menunjukkan madzhab beliau namun sebagian yang
lain mengatakan bukan
6.
Jika
Imam Ahmad menentukan hukum dalam sebuah masalah, kemudia beliau mengatakan (ولو قال قائل، أو ذهب ذاهب إلى كذا ) maka itu
bukanlah madzhabnya
7.
Jika
ada ada dua riwayat dari Imam Ahmad dan tidak ada penjelasan mana yang paling
rajah, maka jika memungkinkan untuk dijama’ maka di jama’ dan jika tidak
perkataan beliau yang terakhir adalah madhabnya atau jika tidak bias maka
pendapat yang pling dekat dengan alqu’an dan sunnah adalah madhzhab nya
8.
Jika
salah satu dari dua pendapat beliau sama dengan madzhab yang lain, maka yang
sama tersebut adalah madzhanya
9.
Apabila
ada hadits atau atsar atau beliau mensahihkan, menghasanka, ridah dengan sanad
tersebut dan memasukkkan dalam kitabnya, kemudian beliau tidak membantahnya
maka itu adalh madzhab beliau
10. Jika dalam satu masalah ada dua pendapat kemudian beliau
menkritiksalah satu dan menganggap bagus yang satunya maka apa yang beliau
anggap bagus itu adalah madzhabnya
11. Jika Imam Ahmad mengulangi pendapat tersebut atau
mencabang-cabangkannya, maka itu adalah madzhab beliau. Akan tetapi Mardawaih
mengatakan bahwa pendapat tersebut adalah madzhab Imam Ahmad jika beliau
mentarjihnya dan menfatwakan pendapat tersebut
12. Jika dalam sebuah masalah ada dua riwayat.Riwayat yang pertama
adalah sabda Nabi Muhammad yang bersifat umum dan yang kedua adalah perkataan
sahabat yang bersifat khusus. Maka
menurut mardawi, madzhab Imam Ahmad adalah sabda Nabi Muhammad saw. Sedangkan
yang lain mengatakan Bahwa madzhab beliau adalah perkataan sahabat yang
menghususkan sabda Nabi Muhammad
Istilah
para fuqaha’
1.
Al
Mutaqaddimin
Adalah
para fuqaha’ yang semasa Imam Ahmad sampai Abu Ya’la Muhammad bin Husain bin
Farra’ (458H)
2.
Al
Muatawassitun
Dari
Abu Ya’la sam Ibnu Muflih al Hafid Burhanuddin Ibrahim bin Muhammad (884H)
pengarang kitab “Al Mabda’ Syarhul Muqni’”
3.
Al
Muta’akhirun
Dari
Ala’uddin Ali bin Sulaiman Al Mardawi (885H) sampai Syaikh Muhammad bin
Abdillah Al Amiri (1295H)
4.
Kata
“Aljama’ah” dalam madzhab Hambali adalah
1.
Ahmad
bin Humaid Abu Talib Al Misykani (244H)
2.
Salih
bin Imam Ahmad ( 266H)
3.
Hambal
bin Ishaq bin Hambal bin Hilal as Syaibani Abu Ali sepupu Imam Ahmad (273H)
4.
Abdul
Malik bin Abdul Humaid al Maimuni (274H)
5.
Harb
bin Ismail bin Khalaf al Karmani(280H)
6.
Ibrahim
bin Ishaq bin Basyir al Bagdadi al Huryi (285H)
7.
Abdullah
bin Imam Ahmad (290H)
5.
Kata
(عنه ) maksudnya dari Imam
Ahmad
6.
Kata ( نصا ) dinisbatkan kepada Imam Ahmad
7.
Kata ( المذهب كذا ) terkadang dari Imam
Ahmad, atau isyaratnya, atau takhrij dari para pengikutnya dan istimbat mereka
terhadap perkataan Imam Ahmad atau ta’lilnya
8.
Kata ( على الأصح ) , ( الصحيح ) , ( الظاهر ), ( الأظهر ), ( المشهور ), ( الأشهر ), ( الأقوى ), dan ( الأفيس ) terkadang dari Imam Ahmad atau
dari sebagain sahabatnya.
9.
Kata
( قيل ) terkadang adalah periwayatan
dengan sebuah isyarat, atau wajh ( pendapat teman-teman Imam ahmad) atau
merupakan tahrij atau ihtimal
10. Kata ( الرواية ) terkadang adalah
nash, atau isyarat, atau takhrij dari penganut Madzhab Hambali
11. Kalimat ( هذه
المسألة رواية واحدة ) maksudnya adalah
nashnya Imam Ahmad
12. Kalimat ( فيها روايتان ) salah satunya dengan nash, dan salah satunya
dengan isyarat takhrij nash yang lain atau nash yang tidak diketahui
penentangnya
13. Kalima ( فيها
وجهان ) maksudnya adalah tidak ada
nash pada dua pendapat tersebut
14. Kata ( القولان ) terkadang keduanya adalah nash dari Imam Ahmad.
Mereka membagi Fatwa dan Pendapat dalam madzhab Imam
Ahmad menjadi tiga
Ar Riwayat
Yaitu perkataan yang dinisbatkan kepada Imam Ahmad
perkataan tersebut disepakati atau diperselisihkan selagi masih dinisbatkan
kepada Imam Ahmad
At Tanbihat
Adalah
perkataan yang disandarkan kepada Imam Ahmad dengan ungkapan yang jelas atau
implisitnya adalah perkataan beliau
Al
Aujah
Perkataan
pengikut Imam Ahmad yang merupakan hasil istimbat dari kaidah-kaidah yang
diletakkan oleh beliau. Maka jika pendapat tersebut dinukil dari Imam Ahmad dan
takhrij beliau, maka itu adalah riwayat yang ditakhrij oleh beliau.
Istilah
Ibnu Muflih dalam kitab “ al Furu’”
1.
( على الأصح )
maksudnya adalah paling kuat dari dua riwayat
2.
( فى الأصح )
paling kuatnya dua sisi
3.
( وعنه كذا ، أو : قيل كذا ) maka yang dipilih adalah pendapat yang menyelisihinya
4.
Jika
berkata ( ويتوجه أو يقوى، أو عن قول، أو عن رواية، وهو
أو هي أظهر، أو أشهر ، أو متنجه، أو غريب، أو بعد حكم مسألة : فدل ، أو هذا يدل، أو ظاهره، أو يؤيده، أو
المراد كذا ) maka itu adalah perkataannya
5.
Jika
dia berkata : ( المنصوص، أو الأصح، أو الاشهر، أو المذب
كذا )
6.
Huruf
( ع )
tanda kata ijma’
7.
Huruf
( فى
) pendapat tiga madzhab yang sesuai dengan madzhab hambali
8.
Huruf
( خ )
pendapat yang menyelishi pendapa t tiga madzhab
9.
Huruf
( هـ
) pendapat yang menyelisihi Imam Abu Hanifah
10. Huruf ( م ) pendapat yang menyelisihi Imam Malik
11. Huruf ( ش ) pendapat yang menyelisishi Imam Syafi’i
12. Huruf ( ق ) adanya dua pendapat Imam syafi’i.
0 komentar:
Posting Komentar