dukun hitam dukun putih
Fulan baru saja mendatangi seorang yang terkenal sebagai kiyai
untuk berobat kepadanya, kata orang-orang selain terbukti dan manjur
pengobatannya juga islami. Namun selesainya
dari pengobatan kiyai tersebut banyak hal yang masih sanksi baginya "kayaknya kiyai ama dukun
bedanya cuma tipis deh?", batinnya penuh
kegalauan.
Kalau dulu waktu masih berobat ke dukun dia harus membawa barang
persyaratan yang oleh dukun katanya sebagai sesajen, tetapi kiyai tersebut juga mengharuskannya membawa barang persyaratan yang disebutnya mahar, walaupun
isinya nggak jauh bedalah.
Kalau dulu dukun memberinya jimat semacam keris, akik, gelang
dan semacamnya tapi oleh kiyai tersebut ia juga dikasih pegangan berupa secarik
kertas bertuliskan huruf-huruf Hijaiyyah yang pada dasarnya kegunaannya juga
tidak berbeda dengan jimat yang diberi oleh dukun.
Iya memang fulan telah banyak kunjung door to door untuk berobat
ke berbagai macam tipe dukun, sehingga karena tidak banyak perubahan berarti
yang ia dapat membuatnya tersadar bahwa ternyata mendatangi kahin/dukun adalah perbuatan syirik yang dilarang oleh Allah dan
Rasulullah yang bisa saja mengeluarkan pelakunya dari dinul Islam.
Hakekat kahin/dukun dan pengikutnya.
Pada zaman jahiliyah dahulu orang-orang Arab menjadikan dukun/kahin
sebagai hakim rujukan yang mereka datangi dikala mereka kehilangan sesuatu
untuk melacak keberadaanya, dan saat sakit mereka datangi para kahin/dukun
tersebut untuk berobat. Para dukun tersebut mempunyai hubungan khusus dengan
syetan yang suka mencuri dengar dari langit sehingga ketika mereka ditanya
sesuatu oleh orang-orang tentang hal ghaib, syetan-syetan pun mengabarinya
tentang hal tersebut kemudian dia pun mengabarkan hal yang dia tahu dari syetan
kepada orang-orang sehingga apabila benar apa yang dia katakan manusia pun
kemudian menaruh kepercayaan penuh kepadanya.
"Telah mengabarkan kepada kami Ali bin Abdillah dari
Hisyam bin Yusuf dari Ma'mar dari Az-Zuhri dari Urwah bin Zubeir dari Aisyah
r.a. berkata, "Orang-orang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang para
dukun," beliau bersabda, "Tidak ada apa-apanya." Para sahabat
bertanya, "Wahai Rasulullah, mereka kadang-kadang bisa menceritakan
sesuatu yang benar kepada kami. Maka Rasulullah SAW bersabda, "Kalimat
tersebut berasal dari kebenaran yang dicuri oleh jin, kemudian dibisikkan ke
telinga para walinya (dukun). Maka para dukun tersebut mencampurkan kalimat
yang benar tersebut dengan seratus kedustaan."
(HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)
(HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)
[Al-Qoulul Mufid; Syaikh muhammad bin sholih Al Utsaimin; 1/531]
Dan pada hakekatnya syetan, dukun dan para pengikutnya umpama seorang rasul beserta para
pengikutnya, sebagaimana dinukil oleh Prof.DR Umar Sulaiman Al-Asyqar, Ibnul
Qayyim Al-Jauziah.
“Dukun adalah utusan setan. Karena orang-orang musyrik menjadikan mereka
sebagai nara sumber. Mereka mempercayakan kepada para paranormal dalam urusan
yang besar, membenarkannya, berhukum kepadanya dan ridha dengan hukumnya. Sebagaimana para pengikut rasul mengikuti rasul. Manusia
mempercayai bahwa dukun itu mengetahui gaib dan bisa memberitakan
perkara-perkara gaib yang tidak diketahui orang lain. Maka kedudukan dukun bagi
orang-orang musyrik itu seperti kedudukan rasul. Oleh karena itu dukun adalah
utusan setan tulen. Setan mengutusnya kepada
orang-orang musyrik sebagai pengikutnya. Mereka menyaingi para rasul ashshadiqiin
hingga orang-orang musyrik menyahut seruannya."
Dukun bertasbih dan bersurban.
Mengingat dikalangan masyarakat
kita ini banyak sekali dukun-dukun yang berkedok sebagai orang alim, kiyai
bahkan ustadz, mereka mengobati orang sakit yang
menurut keyakinan mereka sangat sesuai syariat tapi tak ubahnya seperti sihir
atau perdukunan. Mereka menawarkan berbagai macam bantuan yang notabenenya
hal-hal tersebut sudah maklum adalah bagian dari pekerjaan dukun. Maka apalah
yang menjadi tembok pembeda antara dukun yang memakai surban dan baju koko
dengan dukun betulan.
Mereka kini banyak bertebaran di mana-mana, orang-orang awam pun sudah banyak menjadi korban mereka. Padahal
dukun-dukun yang berkedok sebagai orang alim itu bahayanya lebih besar dari
dukun yang benar-benar bertitelkan dukun. Bagaimana tidak? melihat kealimannya,
melihat ilmu agamanya seakan-akan bukan ilmu perdukunan, seolah-olah semua
yang mereka katakan itu benar. Ditambah
lagi media yang mereka gunakan, selalu
menggunakan ayat suci Al-Qur’an dalam setiap mantra atau rajahnya, bahkan
terkadang seakan-akan mereka meyakinkan khalayak bahwa mereka adalah wali-wali
Allah, dengan menunjukkan berbagai atraksi sulap yang bagi mereka adalah sebuah
karomah.
Ulama tabi’in, Laits bin Sa’ad mengatakan, “jika kalian
menyaksikan seseorang bisa berjalan di atas air, janganlah terpedaya dengannya
hingga kalian cocokkan keadaannya dengan al-Qur’an dan as-sunnah.”
Disebutkan pula bahwa Imam Syafi’i berkata, “jika kalian melihat
ada orang yang bisa berjalan di atas air dan terbang di udara, sedangkan dia
menyelisihi sunnah, maka ketahuilah (kesaktian) itu datangnya dari setan.”
Ironisnya, banyak dari kaum muslimin yang mengatasnamakan ikhtiar kemudian menghalalkan untuk mendatangi praktek-praktek klenik dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan
oleh para dukun itu, yang kebanyakan manusia cenderung lebih mudah tergoda untuk menerima
kebatilan. Jika sekali saja dukun terbukti benar, maka jiwa akan terpengaruh
untuk selalu menganggap setiap apa yang dikatakan dukun adalah benar, sementara
mereka alpa akan kedustaan-kedustaan yang telah diperbuat.
Sisi kelam dukun putih.
Tidak banyak orang yang tahu bahwa di balik jubah, surban
dan tasbih para dukun putih, ternyata banyak mengandung sisi kelam dalam
kehidupan mereka di dunia dan bagi akherat mereka. Mereka tanggalkan pakaian
tauhid, lalu mereka kenakan pakaian kehinaan berupa kesyirikan sebagai syarat
kesepakatan kerja sama dengan relasi mereka tiada lain iblis la’natullah
alaihim. Demi mencapai tingkat ilmu sesat itu diantara mereka ada yang
mempersembahkan tumbal bagi jin, melakukan puasa-puasa bid’ah bahkan menjadikan
mushaf sebagai alas di dalam wc, inna lillahi wa inna lillahi rajiun. Maka
kedzaliman apalagi yang lebih besar dari kemusyrikan.
Wallahua’lam
QOUL SALAF
Ali bin Abi Thalib radiyallahu
'anhu berpesan :
إِنَّ اْلحَقَّ لاَ يُعْرَفُ بِالرِّجَالِ,
اِعْرِفِ اْلحَقَّ تَعْرِفْ أَهْلَهُ
" Kebenaran tidak dikenal
dari orang-orangnya. Tetapi kenalilah kebenaran, maka engkau akan tahu siapa
orang-orang yang berada di atas kebenaran !"[7]
Aqawilutstsiqot: 1/222
0 komentar:
Posting Komentar