Artinya: "Sesungguhnya Kami
turunkan (Al-Qur’an) itu pada malam lailatul Qadar. Dan apa yang engkau ketahui
tentang Lailatu Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik nilainya dibanding
seribu bulan. Pada malam itu para malaikat dan ar-Ruh berturunan (ke bumi)
dengan seizin Pemeliharanya dengan (menunaikan) segala perintah-Nya. Malam itu
penuh kesejahteraan hingga terbitnya fajar."
Pada ayat pertama Allah
menyebutkan diri-Nya dengan kata ganti orang pertama plural, ini untuk
menunjukkan keagungan-Nya. Allah sering menggunakan kata ganti plural
sebagaimana juga sering menggunakan kata ganti singular. Jika yang diungkapkan
itu mengenai sifat dzatiyah-Nya maka digunakan kata ganti keagungan, sedang
jika yang diungkapkan berkaitan dengan keesaan-Nya maka Allah menggunakan kata
ganti mufrad. Contoh dalam hal ini ada banyak sekali dalam ayat-ayat Al-Qur’an
yang lain.
Sedang kata ganti
orang ketiga yang dibicarakan maksudnya adalah Al-Qur’an meskipun belum
disebutkan sebelumnya, karena hal ini sudah maklum, dan tidak ada seorangpun
akan salah faham atau meragukan bahwa yang dimaksud di sini adalah penurunan
wahyu Qur'an. Maksudnya adalah permulaan turunnya Al-Qur’an adalah pada malam
tersebut, atau turunnya Al-Qur’an secara utuh di atas langit dunia. Baru
kemudian disampaikan secara berangsur-angsur oleh Jibril kepada Rasulullah,
sesuai dengan tuntutan masanya.
Kata "al-qadr"
menurut sebagian ulama' artinya adalah kemuliaan atau keagungan. Karenanya
orang yang berkedudukan sering disebut dengan 'Dzu qadrin adhim' atau 'Dzu
qadrin kabir', Sang empunya keagungan. Hal itu karena Lailatul Qadr dengan segala kelebihannya memang
merupakan suatu malam yang agung.
Menurut sebagian ulama lain al-qadr diartikan
sebagai 'Taqdir' atau nasib para hamba. Dengan dalil firman Allah dalam surat Ad-Dukhan
ayat 3-4, yang artinya; "Sesungguhnya Kami menurunkannya
pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah" Maka pada malam itu ditentukanlah nasib manusia dan segala yang bakal
terjadi untuk setahun berikutnya. Baik yang berkaitan dengan kematian,
kelahiran bayi-bayi anak manusia, pembagian rizki, segala musibah yang akan
terjadi dan lain sebagainya.
Namun yang lebih tepat mungkin adalah bahwa kata ini
mencakup dua makna ini sekaligus. Karena pada malam itu memang segala taqdir
tahunan ditentukan dan ini tentu secara langsung memberikan nilai keagungan
pada malam itu, ditambah lagi dengan berbagai keutamaan dan keistimewaannya.
Karena itulah disebutkan dalam kitab sunan Nasa'i,
bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Telah datang
kepada kalian bulan Ramadhan, satu bulan yang Allah wajibkan atas kalian untuk
berpuasa" Lalu beliau bersabda, "pada bulan itu ada suatu malam yang
lebih bernilai dibanding seribu bulan. Barang siapa tidak mendapatkan
kebaikannya maka sungguh dia telah kehilangan segala kebaikan".
Sungguh merugi orang yang telah mengetahui hal ini
akan tetapi ia lengah dalam bulan Ramadhan hingga menghabiskan malam-malamnya
dengan hal-hal yang sia-sia. Bagaimana tidak, padahal Allah menyatakan bahwa
pada malam lailatul Qadar itu Para malaikat turun ke bumi. Begitu juga Ar-Ruh,
maksudnya adalah malaikat Jibril yang mempunyai julukan sebagai Ruhul Qudus
atau Ruh yang Suci.
Dan kita tahu bahwa kedatangan malaikat di suatu
tempat, adalah menjadi pertanda akan banyaknya rahmat Allah di tempat tersebut.
Sebagaimana disebutkan oleh Rasululloh dalam Sunan Ibnu Majah bahwa orang-orang
yang berkumpul di sebuah rumah Allah, lalu mereka bembaca Al-Qur’an dan
merenungi kandungannya, pastilah perasaan damai akan menyertai mereka, dan
rahmat Allah akan menyelubungi mereka, lalu para malaikat pun akan menaungi
mereka dengan sayap-sayap mereka..
Begitupula sebaliknya. Ketika malaikat tertahan dari
memasuki suatu tempat, maka itu menunjukkan bahwa tempat itu sangat miskin
berkah. Seperti diterangkan dalam berbagai hadits, bahwa para malaikat
terhalang untuk memasuki rumah yang di dalamnya dipelihara anjing. Atau rumah
yang dihiasi dengan patung-patung dan tiruan makhluk bernyawa. Maka hal-hal
yang dapat menjauhkan malaikat ini harus dihindari.
Pada ayat berikutnya, Allah berfirman, " Malam
itu penuh keselamatan hingga terbitnya fajar." Karena begitu banyaknya
orang yang terbebas dari Ancaman adzab neraka oleh sebab amalan kebajikan yang
diperbuatnya pada malam tersebut.
Hanya saja, kepastian kapan tepatnya malam ini tetap
menjadi rahasia Allah. Dan hanya diberikan petunjuk oleh Rasulullah berupa
kisi-kisi, bahwa malam lailatul Qadar jatuh diantara sepuluh hari terakhir
Ramadhan, dan kemungkinan besarnya ada pada bilangan ganjil dari hari-hari
tersebut.
Syaikh Utsaimin dalam tafsirnya menyebutkan, salah
satu hikmah mengapa Allah tetap menjaga kerahasiaan malam ini adalah; pertama,
untuk mengeliminasi orang yang bermalas-malasan dan memilih orang yang
betul-betul mempunyai tekad. Karena orang yang bertekad pasti tidak menghiraukan
bila ia harus berusaha sekuat tenaga dalam sepuluh hari demi mendapatkan
keutamaan lailatul Qadar ini. Sedang yang malas tentu tidak akan mau berkorban
dalam sepuluh hari hanya untuk menemukan satu hari itu saja. Kedua, bahwa denga
ini maka ummat islam akan makin banyak beramal dalam waktu yang relatif lebih
lama yaitu dalam sepuluh hari terakhir secara penuh, yang tentu saja itu akan
menambahkan banyak pahala bagi mereka. Karena makin banyak amal yang dikerjakan
tentu makin banyak pula pahala yang didapat. Itulah bentuk kasih sayang Allah
bagi para hamba-Nya. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang
mendapatkan rahmat-Nya. Tentunya dengan memperbanyak amal di bulan Ramadhan.
0 komentar:
Posting Komentar