Cara Ampuh Setan Menyesatkan Manusia
Setan adalah musuh sejati bani Adam, maka hendaklah manusia
berhati-hati serta waspada terhadap segala tipudaya yang mereka lancarkan untuk
menyesatkan manusia. Di antara jurus dan tipudaya yang mereka lancarkan ialah
melalui celah perbuatan dosa dan maksiat dengan berbagai tingkatannya.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah di dalam kitabnya Madaarijus
Saalikin telah menjelaskan beberapa jurus dan tipu daya setan dalam
menjerumuskan manusia. Berikut ini langkah-langkah setan dalam menyesatkan
manusia:
Pertama: Kekufuran Dan Kesyirikan
Ajakan setan kepada manusia agar kufur kepada Allah Ta’ala, keluar
dari agama-Nya dan mengingkari sifat-sifat-Nya. Di antara bentuk kekufuran yang
terkadang masih samar bagi kebanyakan manusia adalah ajakan berbuat kesyirikan.
Akan tetapi, jika manusia selamat dan tidak tertipu dengan tipu
dayanya ini maka setan akan berusaha menempuh langkah berikutnya:
Kedua: Berbuat Bid’ah
Apabila setan gagal
menyesatkan manusia dengan cara yang pertama, yakni kemusyrikan maka dia akan
berusaha menyesatkan manusia dengan cara yang lain, yaitu melalui celah
kebid’ahan. Oleh karena itu, wajib bagi setiap muslim mengetahui perbedaan
antara sunnah dengan bid’ah. Bujukan dan ajakan setan dalam langkah yang kedua
ini, bisa dengan cara meyakini sesuatu yang berlawanan dengan kebenaran.
Dalam hal ini Sufyan
Ats-Tsauri rahimahullah berkata, “Bid’ah lebih disenangi oleh Iblis daripada
perbuatan maksiat, karena pelaku maksiat biasanya bertaubat, sedangkan pelaku
bid’ah tidak bertaubat.”
Apabila manusia itu
selamat dari bujukan dan tipu daya yang kedua ini dan dia mampu melawannya
dengan cahaya Sunnah, berpegang teguh dengannya, mengikuti dan berjalan di atas
manhaj salaf yaitu generasi terbaik dari umat ini dari kalangan para sahabat
dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka setan akan menempuh
langkah yang ketiga.
Ketiga: Dosa Besar (Kabair)
Maka sudah semestinya setiap muslim untuk menjauhi dosa-dosa
besar, agar selamat dari laknat Allah dan ancaman adzab-Nya. Perhatikanlah
firman Allah Ta’ala yang terdapat dalam surat An-Nisa(4) ayat ke-31, artinya:
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang
dilarang untuk mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu
(dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).”
Inilah langkah ketiga yang ditempuh oleh setan, apabila dengan
cara ini dia tidak mampu menjerumuskan manusia, maka setan itu akan mengambil
langkah yang keempat, yaitu melakukan dosa-dosa kecil.
Keempat: Dosa Kecil
Apabila setan telah
putusasa untuk menjerumuskan manusia ke dalam dosa besar, maka dia akan
membujuknya untuk melakukan dosa-dosa kecil yang apabila terkumpul pada diri
manusia, maka dapat membinasakannya.
Imam Ibnu Qayyim
rahimahullah berkata, “Setan akan senantiasa membujuk manusia untuk melakukan
dosa kecil hingga dia menganggap enteng dosa tersebut, maka orang berbuat dosa
besar dengan rasa takut masih lebih baik ketimbang orang yang meremehkan dosa
walaupun kecil.” [Tafsir Qayyim hal. 613]
Bilal Bin Sa’id
rahimahullah berkata, “Janganlah engkau melihat kecilnya dosa, tapi
perhatikanlah kepada siapa engkau berbuat maksiat.” [At-Tahzir
Minal Muharramat]
Kelima: Memberikan Janji-Janji Palsu
Apabila jiwa manusia sudah dirasuki setan, maka dirinya akan mudah
untuk melakukan pelanggaran. Ketika dia melakukan pelanggaran tersebut, maka
setan akan kembali datang untuk mendukung perbuatan tersebut dengan membawa
janji-janji. Setan akan membisikkan janji-janji itu kepada segenap pelaku
kemaksiatan. Dia akan datang kepada penjudi dengan mengatakan teruskan
perjudianmu, karena hanya dengan judi kamu bisa kaya. Setan pun akan datang
kepada peminum khamr dan mengatakan minumlah sebanyak-banyaknya dan sesering
mungkin, karena dengan hal itu kamu akan mendapatkan ketenangan hidup. Setan
juga akan datang kepada perampok, pezina, pembunuh, dan sebagainya dengan janji
palsu sebagai pembenaran dan dukungan atas aksinya, sehingga mereka betul-betul
menjadi pengikutnya yang setia dan menjadi temannya kelak di neraka.
Allah berfirman dalam
surat Ibrahim(14) ayat ke-22:
“Dan berkatalah setan
tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah
menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu
tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu,
melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab
itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku
sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat
menolongku.”
Keenam: Membuat Tipu Daya
Setan memasang ranjau-ranjau tipu dayanya agar manusia terpedaya
dengannya, sehingga ia tergelincir ke dalam jebakannya. Akhirnya, ia bertekuk
lutut dihadapannya dan menjadi pengikut setia setan, bahkan menjadi tentaranya.
Jauh dari Allah serta melangar aturan-aturan-Nya.
Firman-Nya surat Al-A’raf(7) ayat 27:
“Hai anak
Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah
mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya
pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat
mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin- pemimpim
bagi orang-orang yang tidak beriman.”
Ketujuh: Menghalang-halangi Manusia Untuk Melakukan Kebajikan
Setan sangatlah komitmen dengan tekadnya untuk menyesatkan
manusia. Seandainya dia tidak bisa menjuerumuskan manusia kejurang kenistaan
dan kemaksiatan, maka dia berusaha dengan sekuat tenaga dan strategi yang
canggih agar manusia tidak melakukan kebajikan sama sekali. Setan menghalangi
hamba Allah untuk shalat, berdzikir, bersedekah, berjihad, dan dari segala
bentuk kebajikan yang Allah perintahkan dan anjurkan. Sekecil apapun kebaikan
itu, setan pasti akan merintangi hamba Allah melakukannya.
Dalam surat An-Nisa(4) ayat 61 Allah berfirman:
“Apabila dikatakan kepada
mereka, “Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan
kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi
(manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.”
KATA MUTIARA
اُبْتُلِيْنَا بِالضَّرَّاءِ فَصَبَرْنَا ، وَابْتُلِيْنَا
بِالسَّرَّاءِ فَلَمْ نَصْبِرْ
Abdurrahman
bin 'Auf radhiyallahu 'anhu berkata:
"Kami
diuji dengan kesempitan, maka kami pun bersabar, dan ketika kami diuji dengan
kelapangan justru kami tidak sabar."
[Minhajul
Qashidin, 272]
0 komentar:
Posting Komentar