Selasa, 03 Desember 2013

Posted by UKM Al-Islam 0 Comments Category: ,

Al-Qur’an dan Hari Akhir

Sungguh kiamat itu pasti datang. Nyaris Aku tidak merahasakannya kepadamu agar setiap orang mengetahui bahwa pada hari kiamat kelak, ia diberi balasan sesuai amalannya.” (QS. Thaha: 15)
Beriman kepada hari akhir adalah rukun iman ke-enam dari rangkaian rukun iman yang harus diyakini oleh setiap orang beriman. Seseorang tidak dikatakan beriman apabila menolak untuk mengimani keseluruhan rukun iman ini. Bila seseorang mengingkari salah satu rukun iman dari keenam rukun iman yang ada, maka batal seluruh imannya, termasuk iman kepada hari akhir.
Beriman kepada hari akhir adalah mempercayai dengan seyakin-yakinnya bahwa hari akhir itu akan datang dan mengamalkan semua konsekwensi yang ada. Termasuk mengimani adanya tanda-tanda sebelum datangnya hari kiamat tersebut, juga mengimani adanya kematian, serta apa yang terjadi sesudahnya berupa fitnah kubur, siksa dan kenikmatan yang ada didalamnya. Beriman dengan ditiupnya sangkakala, keluarnya semua makhluk dari kuburnya, kengerian dan kedahsyatan hari kiamat, mahsyar, dibukanya buku catatan amal, timbangan amal, jembatan shirat, telaga, dan lain sebagainya. Dan juga mengimani adanya surga dan segala kenikmatannya, dimana nikmat terbesarnya adalah melihat wajah Allah SWT. Demikian pula neraka dan siksanya, dimana siksa yang paling pedih adalah terhalangnya dari melihat wajah Allah SWT.
Al-Qur’anul karim banyak menyebutkan tentang peristiwa dan keadaan yang akan terjadi pada hari akhir, menekankan pada banyak tempat, dan selalu megingatkan tentangnya pada banyak kesempatan serta menyebutkannya dengan berbagai ungkapan dalam bahasa arab. Diantara perhatiannya adalah hari akhir selalu dikaitkan dengan beriman kepada Allah SWT. Seperti dalam firman Allah,
“Itulah yang dinasihatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS.Al-Baqarah : 232)
Termasuk bentuk perhatian al-Qur’an dengan hari akhir adalah dengan disebutkannya pada banyak tempat, tidaklah dalam satu muka dalam al-Qur’an kecuali akan disinggung permasalahan tentang hari akhir, tentang kedahsyatan peristiwa hari akhir, kengeriannya, dan peristiwa-peristiwa lain dengan berbagai ungkapan yang berbeda.
Dan diantara perhatiannya pula adalah hari akhir dinamai dengan bermacam-macam nama yang menunjukkan akan kebenarannya dan kepastian terjadinya, diantaranya adalah, al-Haqqah berarti yang benar-benar terjadi, al-Waqi’ah, yang pasti terjadi, al-Qiyamah, hari kiamat, dan lain sebagainya. Dan di antara nama-nama tersebut ada yang menunjukkan akan perihal kengerian yang akan terjadi pada hari akhir, seperti al-Ghasyiyah yang berarti hari pembalasan, ath-Thammah, malapetaka, ash-Shakhkhah, suara yang memekakkan dan al-Qari’ah, hari kiamat.
Termasuk nama hari akhir dalam al-Qur’an adalah yaumuddin, hari pembalasan, yaumul hisab, hari perhitungan, yaumul jam’i, hari pengumpulan, yaumul khulud, hari kekekalan, yaumul khuruj, hari keluar dari kubur, yaumul hasrah, hari penyesalan, dan yaumut tanad, hari panggil memanggil.
Adapun hikmah dari perhatian yang begitu besar akan hari akhir dalam al-Qur’an ini adalah, bahwasanya beriman kepada hari akhir mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam mengarahkan manusia untuk selalu meningkatkan kwalitas amal ibadah, membangun komitmen untuk beramal shalih dan juga untuk bertakwa dan bertawakal kepada Allah ta’aalaa.
Hikmah tersebut terlihat dari cara al-Qur’an yang Allah ta’aalaa sebutkan dengan dikaitkannya hari akhir dengan amal shalih dalam banyak tempat, diantaranya,
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian” (QS. At-Taubah: 18)
Dan juga firman Allah,
“Dan ini (al Qur’an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan Kitab-Kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.”  (QS. Al-An’am: 92)
Barangkali pula hikmah akan seringnya peringatan hari akhir adalah disebabkan seringnya manusia lalai dan lupa akan hari akhir, dan juga beratnya manusia berpisah dengan dunia, serta kecintaan mereka akan harta benda yang akan mereka tinggalkan di kemudian hari. Maka, beriman akan hari akhir dan terhadap apa yang ada di dalamnya dari siksaan, nikmat dan lain sebagainya akan mengurangi kecintaan seseorang akan dunia, berlebihan atasnya dan sebagai pendorong untuk berlomba-lomba melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.(QS. At-Taubah : 38)
Dan tidak ada satupun keimanan yang bisa menghilangkan keberatan manusia terhadap urusan dunia setelah iman kepada Allah selain iman kepada hari akhir. Yaitu mengingat akan hilangnya harta yang dimiliki di dunia, hakikat harta benda di dunia adalah sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah SWT. Mengimani bahwa harta yang digunakan untuk beribadah di jalan Allah akan diganti dengan harta yang lebih baik, lebih bernilai, lebih kekal abadi. Dan disaat yang sama ia berkeyakinan bahwa setiap yang keluar dari perintah Allah dalam kehidupan dunia, dengan tujuan mencapai harta dunia yang fana, tentu kelak ia akan dibalas di akhirat dengan siksa yang pedih.
Ketika seseorang beriman kepada hari akhir, tentu ia yakin bahwa setiap kenikmatan yang ada di dunia tidak mungkin bisa dibandingkan dengan kenikmatan akhirat. Di sisi lain bahwa kenikmatan dunia itu tidak sebanding dengan siksaan di akhirat walau hanya sekejap saja. Dan setiap siksa di dunia karena mempertahankan agama Allah, sungguh tak bisa dibandingkan dengan kepedihan siksa di akhirat. Dan siksa itu tidak ada artinya sama sekali jika dibandingkan dengan kenikmatan di akhirat walau sekejap saja. Wallaahu a’lam. 
(Disadur dari kitab Muqarrar at-Tauhid karya Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdi Lathif, Beriman Kepada Hari Akhir).

0 komentar:

Posting Komentar