“Sungguh kiamat itu pasti
datang. Nyaris Aku tidak merahasakannya kepadamu agar setiap orang mengetahui
bahwa pada hari kiamat kelak, ia diberi balasan sesuai amalannya.” (QS.
Thaha: 15)
Beriman kepada hari akhir adalah
rukun iman ke-enam dari rangkaian rukun iman yang harus diyakini oleh setiap
orang beriman. Seseorang tidak dikatakan beriman apabila menolak untuk
mengimani keseluruhan rukun iman ini. Bila seseorang mengingkari salah satu
rukun iman dari keenam rukun iman yang ada, maka batal seluruh imannya,
termasuk iman kepada hari akhir.
Beriman kepada hari akhir adalah
mempercayai dengan seyakin-yakinnya bahwa hari akhir itu akan datang dan
mengamalkan semua konsekwensi yang ada. Termasuk mengimani adanya tanda-tanda sebelum
datangnya hari kiamat tersebut, juga mengimani adanya kematian, serta apa yang
terjadi sesudahnya berupa fitnah kubur, siksa dan kenikmatan yang ada
didalamnya. Beriman dengan ditiupnya sangkakala, keluarnya semua makhluk dari
kuburnya, kengerian dan kedahsyatan hari kiamat, mahsyar, dibukanya buku
catatan amal, timbangan amal, jembatan shirat, telaga, dan lain sebagainya. Dan
juga mengimani adanya surga dan segala kenikmatannya, dimana nikmat terbesarnya
adalah melihat wajah Allah SWT. Demikian pula neraka dan siksanya, dimana siksa
yang paling pedih adalah terhalangnya dari melihat wajah Allah SWT.
Al-Qur’anul karim banyak
menyebutkan tentang peristiwa dan keadaan yang akan terjadi pada hari akhir,
menekankan pada banyak tempat, dan selalu megingatkan tentangnya pada banyak
kesempatan serta menyebutkannya dengan berbagai ungkapan dalam bahasa arab.
Diantara perhatiannya adalah hari akhir selalu dikaitkan dengan beriman kepada
Allah SWT. Seperti dalam firman Allah,
“Itulah yang dinasihatkan
kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian.
itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.” (QS.Al-Baqarah : 232)
Termasuk bentuk perhatian al-Qur’an
dengan hari akhir adalah dengan disebutkannya pada banyak tempat, tidaklah
dalam satu muka dalam al-Qur’an kecuali akan disinggung permasalahan tentang
hari akhir, tentang kedahsyatan peristiwa hari akhir, kengeriannya, dan
peristiwa-peristiwa lain dengan berbagai ungkapan yang berbeda.
Dan diantara perhatiannya pula
adalah hari akhir dinamai dengan bermacam-macam nama yang menunjukkan akan
kebenarannya dan kepastian terjadinya, diantaranya adalah, al-Haqqah
berarti yang benar-benar terjadi, al-Waqi’ah, yang pasti terjadi, al-Qiyamah,
hari kiamat, dan lain sebagainya. Dan di antara nama-nama tersebut ada yang
menunjukkan akan perihal kengerian yang akan terjadi pada hari akhir, seperti al-Ghasyiyah
yang berarti hari pembalasan, ath-Thammah, malapetaka, ash-Shakhkhah,
suara yang memekakkan dan al-Qari’ah, hari kiamat.
Termasuk nama hari akhir dalam al-Qur’an
adalah yaumuddin, hari pembalasan, yaumul hisab, hari
perhitungan, yaumul jam’i, hari pengumpulan, yaumul khulud, hari
kekekalan, yaumul khuruj, hari keluar dari kubur, yaumul hasrah,
hari penyesalan, dan yaumut tanad, hari panggil memanggil.
Adapun hikmah dari perhatian yang
begitu besar akan hari akhir dalam al-Qur’an ini adalah, bahwasanya beriman
kepada hari akhir mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam mengarahkan manusia
untuk selalu meningkatkan kwalitas amal ibadah, membangun komitmen untuk
beramal shalih dan juga untuk bertakwa dan bertawakal kepada Allah ta’aalaa.
Hikmah tersebut terlihat dari
cara al-Qur’an yang Allah ta’aalaa sebutkan dengan dikaitkannya hari akhir
dengan amal shalih dalam banyak tempat, diantaranya,
“Hanya yang memakmurkan
masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
Kemudian” (QS. At-Taubah: 18)
Dan juga firman Allah,
“Dan ini (al Qur’an) adalah
kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan Kitab-Kitab yang
(diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk)
Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang
beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan
mereka selalu memelihara sembahyangnya.” (QS. Al-An’am: 92)
Barangkali pula hikmah akan
seringnya peringatan hari akhir adalah disebabkan seringnya manusia lalai dan
lupa akan hari akhir, dan juga beratnya manusia berpisah dengan dunia, serta kecintaan
mereka akan harta benda yang akan mereka tinggalkan di kemudian hari. Maka,
beriman akan hari akhir dan terhadap apa yang ada di dalamnya dari siksaan,
nikmat dan lain sebagainya akan mengurangi kecintaan seseorang akan dunia,
berlebihan atasnya dan sebagai pendorong untuk berlomba-lomba melakukan
ketaatan kepada Allah SWT. Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman,
Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang)
pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah
kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal
kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat
hanyalah sedikit.(QS. At-Taubah : 38)
Dan tidak ada satupun keimanan
yang bisa menghilangkan keberatan manusia terhadap urusan dunia setelah iman
kepada Allah selain iman kepada hari akhir. Yaitu mengingat akan hilangnya
harta yang dimiliki di dunia, hakikat harta benda di dunia adalah sebagai
sarana untuk beribadah kepada Allah SWT. Mengimani bahwa harta yang digunakan
untuk beribadah di jalan Allah akan diganti dengan harta yang lebih baik, lebih
bernilai, lebih kekal abadi. Dan disaat yang sama ia berkeyakinan bahwa setiap
yang keluar dari perintah Allah dalam kehidupan dunia, dengan tujuan mencapai
harta dunia yang fana, tentu kelak ia akan dibalas di akhirat dengan siksa yang
pedih.
Ketika seseorang beriman kepada
hari akhir, tentu ia yakin bahwa setiap kenikmatan yang ada di dunia tidak
mungkin bisa dibandingkan dengan kenikmatan akhirat. Di sisi lain bahwa
kenikmatan dunia itu tidak sebanding dengan siksaan di akhirat walau hanya
sekejap saja. Dan setiap siksa di dunia karena mempertahankan agama Allah,
sungguh tak bisa dibandingkan dengan kepedihan siksa di akhirat. Dan siksa itu
tidak ada artinya sama sekali jika dibandingkan dengan kenikmatan di akhirat
walau sekejap saja. Wallaahu a’lam.
(Disadur dari kitab Muqarrar
at-Tauhid karya Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdi Lathif, Beriman Kepada
Hari Akhir).
0 komentar:
Posting Komentar